octa vaganza

Komunitas Serlok Bantaran dan Konservasi Sungai Cikapundung

BANDUNG—Sekira dua tahun lalu Nusep Supriadi tersentuh hatinya melihat Sungai Cikapundung pernuh dengan sampah hingga limbah kotoran sapi.  Sebagai penggiat sungai, Nusep kemudian menggagas Komunitas Serlok Bantaran untuk konservasi sungai.

Padahal sebelum mengalami kerusakan Sungai Cikapundung menjadi habitat banyak ikan, seperti ikan badar, nilem, kekel, beunteut dan lalawak.  Sayang kini ikan ini nyaris punah di sungai, yang ada hanya ikan seperti lele yang sebetulnya menjadi predator.  Komunitas ini resminya berdiri 28 Juni 2018.

“Awalnya kami hanya tiga orang, namun kemudian kami banyak mendapat dukungan dari relawan lingkungan hidup lainnya. Bahkan di antara mereka datang dari tiap daerah,  “ujar Nusep ketika dihubungi Peluang, Kamis (7/1/21).

Pada awal 2021 komunitas ini menggalakan perawatan tanaman bambu di Serlok Bantaran, di Jalan Bukit Jarian, Kota Bandung.  Menurut Nusep pihaknya ingin mengembalikan ekosistem tanaman bambu serta sebagai upaya mengantisipasi kerusakan lingkungan di wilayah bantaran sungai Cikapundung. 

Lanjut Nuseup, komunitas ini juga ingin mengembalikan ikan-ikan yang tadi hilang seperti semula dan merevitalitalisasi fungsi mata air. Ke depan Nusep menginginkan sungai ini menjadi tempat destinasi wisata alam, di mana pengunjung mendapat nilai edukasi.

Di kawasan ini terdapat berbagai kerajinan olahan bambu, seperti sedotan bambu dan berbagai kerajinan lainnya.  Menurut Nusep sedotan bambu diproduksi dengan itikad mengurangi sedotan plastik yang hanya jadi barang sekali pakai,

Sebagai catatan sejak pertengahan 2020 lalu Pemkot Bandung menggandeng Komunitas Serlok Bantaran untuk menghadirkan wisata alam dan urban biodiversity.

“Progresnya sudah rampung. Sekarang tinggal perawatan dari masyarakatnya terlibat langsung dan komunitas. Alhamdulillah sementara masih berjalan beriringan masyarakat  dan pemerintah,” ungkap Nusep (Van).

Exit mobile version