hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Komunitas Literasi, Ajakan Kembali Membaca

Apa yang diupayakan unit-unit kecil agar generasi belia mencintai buku sangat patut diapresiasi. Ketika sekolah makin jadi industri,  mereka justru terpanggil ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’.

Kegiatan membaca buku dewasa ini tampaknya makin merupakan hal mewah. Dahulu, yang jadi kerisauan itu cuma minat baca. Kini lebih parah dari itu: daya baca masyarakat, yang makin tergerus. Baik di kalangan dewasa maupun pada kelompok usia belajar.

Keberadaan buku konvensional makin tergeser oleh gadget yang efisien. Ponsel pintar menyediakan begitu banyak kemudahan bagi siapa pun yang berminat mengakses informasi.

Satu-dua dekade silam, hanya pelajar SMU yang mesti mengerjakan PR dengan desktop/laptop. Kini, sebagian besar anak SD pun dituntut sekolahnya untuk menggunakan perangkat itu. Desktop mungkin bisa menyewa di berbagai warnet. Tapi harus dimiliki. Dibeli. Rancangan dasar laptop adalah instrumen yang penggunaannya perorangan, pribadi.

Di tengah derasnya arus yang menggilas dan meminggirkian buku sebagai jendela pengetahuan, untungnya, di sana sini muncul unit-unit kecil yang peduli. Lewat tangan-tangan kecil mereka, berbagai upaya dan siasat digagas. Anak-anak usia pertumbuhan mereka dekatkan dengan buku. Diakrabkan sebagaimana generasi-generasi masa lalu memperlakukan buku. Berikut profil mereka:

Buku Berkaki

Ini gerakan sosial yang berfokus pada penyediaan bacaan variatif untuk adik-adik di panti asuhan, rumah singgah, dan sekolah yang kesulitan mengakses buku bacaan. Mereka prihatin karen minat baca adik-adik di panti asuhan begitu rendah. Konsep gerakan ini mirip perpustakaan keliling. Bedanya, di perpustakaan keliling buku yang dipinjamkan bergantung pada ada atau tidaknya yang ingin meminjam.

Di Buku Berkaki, selain buku yang dipinjam oleh anak-anak, di panti asuhan pun akan di-drop dengan sejumlah buku selama tujuh hari. Pekan berikutnya, satu paket bacaan baru akan di-drop,  dan paket tersebut diedarkan ke panti lainnya. Lebih jauh dari itu, Buku Berkaki yang berdiri 30 September 2011 ini juga membantu pengadaan buku bagi adik-adik di daerah terpencil yang positif kesulitan mengakses buku bacaan.

Rintisan mereka tergolong kreatif. Relawan Buku Berkaki meluncurkan program, antara lain, Krucil (akronim dari Kru Cilik). Lebih dari 200 orang dengan beragam latar belakang profesi berhimpun di sini. Selain di Jabodetabek, komunitas ini juga eksis di Pontianak, Bandung, Yogyakarta, Lumajang, Balikpapan, Makassar, dan Surabaya. Sayangnya, kegiatan di daerah tidak semeriah di Jabodetabek.

Salah satu sumber dana Buku Berkaki didapat dari kerja sama para pemilik usaha (UKM). Yakni melalui kolom Jejualan di website resmi Buku Berkaki. Donasi buku dapat dikirimkan secara langsung ke Perpustakaan Buku Berkaki (UP Belantara Budaya) yang berlokasi di Museum Kebangkitan Nasional Jl. Abdul Rachman SalehNo.26, Senen, Jakarta Pusat 10410.

TAMAN BACA INOVATOR (TBI)

Lahir dari keyakinan kuat, bahwa minat baca yang tinggi sangat penting dalam pendidikan dan pembentukan karakter anak. Lalu, mereka susun berbagai program menyenangkan, yang menarik minat anak untuk datang dan membaca. Salah satunya program Kreadta. Bersama pegiat buku dari berbagai komunitas—seperti Indoreadgram, Buku Bagi NTT, Campaign, dan Indorelawan—TBI menggelar aksi  Program Kereadt.

TBI sangat terobsesi menumbuhsuburkan minat baca ini. Bacaan yang baik, dan bermutu, akan membekas kuat dalam memori anak hingga dewasa bahkan hingga tua. Dari bacaan yang bergizi semacam itulah karakter anak ikut terbentuk.

Masalahnya, budaya baca tak mendukung, di samping akses untuk materi bacaan yang baik dan bermutu, juga minim. Di banyak sekolah pun belum terkondisi iklim (fisik dan non-fisik) yang merangsang kebiasaan membaca di kalangan siswa.

Minimnya jumlah dan variasi buku di perpustakaan di sekolah, serta kondisi perpustakaan yang ala kadar, menyebabkan perpustakaan sekolah tak

/kurang menarik bagi siswa. Pada saat yang bersamaan, kses ke hiburan seperti games playstation, games online, sosial media Facebook, tv dan lainnya mudah didapatkan dengan biaya ringan. Maka, TBI merancang berbagai program yang berhubungan dengan variasi buku yang tersedia.

Program tersebut antara lain: Hari Kreativitas/Art n Craft, English Day, Reading Contest. TBI saat ini telah memiliki tiga Taman Baca, yaitu TBA Inovator Thomas Alva Edison di Teluknaga, Tangerang (Desember 2014), TBA Inovator Graham Bell di Balaraja, Tangerang (Maret 2015), dan TBA Inovator Albert Einstein di Pulo Gebang, Bekasi (Desember 2015).

TBA Inovator memang berfokus pada buku-buku anak, tapi juga menyediakan buku-buku umum. Seringkali emak-emak yang datang mengantarkan anaknya ikut nimbrung. Mereka melihat-lihat, memilih-milih dan membaca bila menemukan buku yang menarik minat mereka.

TAMAN BACAAN ANAK (TBA) 1001 BUKU

seperti juga unit-unit yang peduli pada masalah perbukuan untuk anak-anak usia dini, merupakan organisasi nirlaba. Jaringan relawan dan pengelola taman bacaan anak ini didirikan di Jakarta, Mei 2002. Secara fungsional mereka tergabung dalam Jaringan Taman Bacaan Anak 1001 Buku. Komunitas ini pun melakukan kampanye literasi sambil menyiasati tumbuhnya jiwa kerelawanan masyarakat di seluruh Nusantara.

“Sementara era teknologi semakin berkembang dan internet semakin mudah di akses, namun budaya membaca menjadi sesuatu yang langka”. Komunitas kami telah berkembang menjadi yayasan dengan jaringan taman baca anak yang tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi sampai ke Papua. Saat ini, TBA1001 Buku sudah punya 450 lebih jaringan di seluruh pelosok negeri

Jaringan Taman Bacaan Anak 1001 Buku melalui pengembangan kapasitas, penyediaan materi dan acara yang dibutuhkan agar taman baca menjadi lebih berkelanjutan. Semboyan mereka bagus juga: Keep Breathing, Keep Inspiring.

Pesan kemanusiaan dari inisiatif aktivitas swadaya murni kelompok-kelompok sadar bacaan di atas adalah tentang pentingnya berbagi dalam kebersamaan. Sharing. Jangan pernah membuang buku atau majalah apa pun. Atau menyerahkan begitu saja kepada tukang loak. Hal yang tak berguna di rumah anda bisa menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat bagi mereka yang memerlukan.●(dd)

pasang iklan di sini