Peluangnews, Jakarta – Anggota Komisi VII DPR RI Bambang Patijaya melihat kemunduran rencana pengembangan Blok Masela dari runutan awalnya yakni ketika tarik menarik antara mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli dengan mantan Menteri ESDM Sudirman Said.
Waktu keduanya masih menjabat, Rizal dan Sudirman masuk pada polemik pembangunan kilang LNG di Blok Masela tersebut. Bahkan polemik keduanya mengemuka di sosial media.
“(Kemunduran pengembangan) tidak lepas dari kondisi ego keduanya (Rizal dan Sudirman), dan berbagai pihak. Mantan Wamen (wakil Menteri ESDM) nya Arcandra Tahar, beberapa pihak merasa pada level (kekuasaan),” ujar Bambang mengatakan kepada Redaksi, Senin (10/7/2023).
Upaya pemerintah Indonesia untuk mengembangkan proyek Blok Masela, Maluku sempat terkatung-katung karena memang belum ada kejelasan. Kondisi diperparah dengan rencana cabutnya Shell Upstream Overseas Ltd, salah satu mitra Inpex Corporation dari proyek gas raksasa tersebut.
Padahal, pengembangan Blok Masela ini sudah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) di era Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Persoalan Blok Masela, itu persoalan apakah pengelolaan pengeboran onshore (daratan yang mendekati laut) atau offshore (jauh atau berjarak dari daratan). Karena ego pejabat dan banyak kepentingan, masyarakat Maluku yang dirugikan sampai sekarang. Tidak ada manfaat apapun kepada mereka,” kata anggota fraksi Partai Golkar ini.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, PT Pertamina (Persero) akan mengambil hak partisipasi Shell di Blok Masela bulan ini. Arifin meminta agar pengambilalihan hak partisipasi ini tak boleh mundur lagi.
Arifin yakin rencana bisa efektif berjalan per Juli 2023. Soal kabar Pertamina akan masuk bersama dengan Petronas di Blok Masela, Arifin menyerahkan urusan tersebut ke perusahaan, dengan skema B2B (business to business ).
“Komisi VII akan terus awasi, jangan sampai ada penundaan lagi. Karena Blok Masela salah satu PSN (proyek strategis nasional),” tutur Bambang. (alb)