Menjalin kemitraan dengan induk perusahaan jadi kiat sukses Koperasi Karyawan Wijaya Karya menoreh kinerja unggul. Hingga Mei lalu, asetnya tembus satu trilun rupiah, modal besar untuk menggenjot visi menjadi koperasi terbaik di lingkungan perusahaan milik negara.
Menguatnya orientasi bisnis di sejumlah koperasi golongan fungsional merupakan angin segar bagi perkembangan koperasi di tanah air. Koperasi yang tumbuh di lingkungan perusahaan atau kantor pemerintahan ini kerap dinilai tidak kompetitif, sehingga pamornya jauh mencorong jika disbanding dengan Koperasi Sinpan Pinjam yang kian menjamur. Asumsi miring itu memang harus direvisi manakala kita lihat pertumbuhan koperasi fungsional yang cukup fantastis. Bukti terkini adalah Koperasi Karyawan PT Wijaya Karya Tbk (Kokar Wika) yang per Mei 2019 lalu asetnya menembus angka psikologis satu triliun rupiah. Sukses ini menyusul tiga koperasi fungsional lainnya, yaitu Koperasi Indonesia Seluler (Kisel), Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG) dan Koperasi Karyawan Astra International.
“ Sukses Kokar Wika tidak bisa dipisahkan dengan adanya komitmen kuat dari perusahaan karena diyakini sukses koperasi bakal berimbas pada kesejahteraan anggotanya yang notabene adalah karyawan perusahaan,” kata Direktur Keuangan PT Wijaya Karya Tbk. Ade Wahyu dalam Rapat Anggota Tahunan Kokar Wika Sabtu (11/05/19) di Jakarta. Pada bagian lain, Ade yang pada kesempatan itu segera melepaskan jabatannya sebagai Ketua Kokar Wika menegaskan, bisnis koperasi harus dikelola profesional sebagaimana halnya korporasi. Sejak berkiprah selama 24 tahun, KokarWika tumbuh dengan kemandirian namun tetap mengikuti jalur bisnis yang sesuai dengan induk perusahaan. Karenanya, beralasan jika bisnis utama Kokar Wika terkait dengan penyewaan perlatan konstruksi, bahkan sudah termasuk dalam pelaku usaha yang handal.
Berkat kiprahnya yang intens di bisnis persewaan peralatan konstruksi, Kokar Wika kini sering diundang oleh para supplier peralatan konstruksi dari manca negara, untuk hadir meninjau langsung pabrik perusahaan-perusahaan twersebut di negara mereka masing-masing. “Ini adalah suatu bentuk pengakuan dan penghargaan dari industri perlatan konstruksi internasional terhadap Kokar Wika dan harus dipertahankan dan ditingkatkan secara berkelanjutan,” ujar Ade lagi sambal menambahkan lantaran komitmen pengelolaan yang profesional itu Kokar Wika pantas menembus pencapaian aset lebih dari satu triliun rupiah.
INVESTASI BESAR
Peningkatan aset Kokarwika didorong oleh investasi yang relatif besar sepanjang 2018, mencapai Rp511,367 miliar atau naik 4.840 persen dibandingkan 2017 sebesar Rp10,840 miliar. Di antara investasi tersebut berupa pembelian surat berharga dari perusahaan induk PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Pencapaian kinerja yang membaik juga ditunjang pertumbuhan sejumlah unit usaha, antara lain dari simpan pinjam, sewa kendaraan, mini market, alat tulis kantor (ATK), seragam, fotokopi dan kafe, serta katering. Yang paling menonjol adalah pada bisnis sewa kendaraan meningkat dari Rp40,366 miliar menjadi Rp50,142 miliar pada 2018 atau naik sebesar 24,91 persen.
Peningkatan terjadi karena semakin bertambah besarnya perusahaan induk PT Wijaya Karya Tbk dan anak-anak perusahaannya. Akibatnya, kebutuhan sewa kendaraan juga meningkat. Saat ini Kokar Wika memeberikan kontribusi antara 30 hingga 40 persen dari kebutuhan kendaraan di lingkungan Wijaya Karya.
Bisnis simpan pinjam pada 2018 tumbuh positif sebanyak Rp5,859 miliar atau naik 2,65 persen dibandingkan 2017 sebesar Rp5,797 miliar. Hal ini terjadi karena terobosan yang dilakukan pengurus dengan penawaran fasilitas pinjaman dengan bunga yang ringan. Selain itu koperasi menawarkan fasilitas simpan (tabungan) dengan imba hasil lebih menarik dibandingkan tabungan di perbankan nasional.
Pertumbuhan bagus juga tampak di bisnis kantin/katering yang didorong oleh bertambah banyaknya anak perusahaan yang mendekati lokasi kantor pusat. Bisnis kantin meraih pendapatan sebesar Rp9,8 miliar, naik dibandingkan 2017 sebesar Rp8,106 miliar. Bisnis andalan Kokar Wika penyewaan alat konstruksi juga naik signifikan sebesar Rp53,195 miliar dibandingkan 2017 Rp46,725 miliar.
Total pendapatan usaha dari koperasi dengan 2.535 anggota ini pada 2018 sebesar Rp137,181 miliar meningkat dari 2017 sebesar Rp113,813 miliar. Sedangkan keuntungan bersih (SHU) Rp21,972 miliar, naik 1,96 persen dibandingkan 2017 sebesar Rp21,549 miliar.
Kendati tidak lagi menjabat pengurus, Ade Wahyu berjanji untuk tetap memberikan komitmennya kepada Kokar Wika. Koperasi berusia 24 tahun ini, kata dia harus terus melakukan pertumbuhan yang berkelanjutan. Pada 2019 mendatang Kokar Wika menargetkan pertumbuhan kinerja bisnis sebesar 15 persen. Di antara terobosan yang dilakukan adalah rencana berinvestasi kembali di bidang peralatan-peralatan infrastruktur untuk mengantisipasi booming pembangunan proyek infrastrktur yang masih terus berjalan. Selain itu, juga sedang disiapkan pengembangan usaha baru bidang property.
“Bisnis properti yang dikerjakan Kokar Wika adalah membangun perumahan kelas middle low untuk anggota koperasi. Ini bagian dari komitmen kami mensejaterahkan anggota koperasi,” pungkas Ade. (Irvan/Irm)