JAKARTA—Hilda Mahdalena masih terkenang empat tahun yang lalu ketika mendirikan warung makan Padang Mak Tuo pada 2016 di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan. Nama warung itu teringat karena teringat ibunya menemani dagang.
Setelah anaknya melahirkan, dia mengurus cucu dan ibunya eninggal, Hilda berhenti berdagang. Kemudian dia memutuskan membuka warung sendiri dengan menu ayam bakar dan ikan bakar resep sendiri dengan tetap menggunakan brand Mak Tuo.
Ternyata lancar, apalagi Hilda menggunakan jasa daring untuk penjualannya. Sebelum pandemi dengan harga satu paket ayam bakar atau ikan bakar Rp20 ribu, Hilda meraup omzet Rp1,5 juta per hari.
“Ketika pandemi Covid-19 datang, warung saya tutup selama tiga bulan karena PSBB. Kemudian saya sempat buka lagi, tetapi omzet masih menurun hingga tetap harus tutup lagi,” ujar Hilda kepada Peluang, Sabtu (14/11/20).
Dia berharap agar keadaan normal kembali. Sekalipun nama usahanya masih terdaftar di berbagai situs, tetapi Hilda memutuskan libur dulu. Saat ini dia juga mengikuti program Jakpreneur dan berharap bisa mendapatkan bantuan.
“Saya harapkan semoga pandemi cepat selesai dan keadaan mulai kembali normal dan pemerintah dapat memperhatikan kesulitan rakyatnya,” ucap dia.
Hilda tidak sendirian. pengusaha warung tegal (warteg) Rojikin mengaku terpaksa menutup lima warungnya di Jakarta karena pendapatannya anjlok selama masa pandemi Covid-19. Untungnya lima warteg lain miliknya di Tangerang maish buka. Seperti halnya Hilda, Rojikin juga mengalami penurunan omzet.
“Untung satu warteg di Jakarta per hari saya bisa mendapatkan omzet Rp3 juta. Selama pandemi Rp500 ribu per hari. “Saya tidak bisa menutup biaya operasional, terpaksa tutup,” katanya seperti dikutip dari Kompas.com (13/11/20).
Sementara Ketua Komunitas Warung tegal Nusantara Mukroni mengungkapkan seperempat dari 40 warteg di kawasan Jakarta tutup karena pandemi (van)







