hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Dulu Pelamar ke-10, Kini Jadi Direktur: Kisah Nyata Sondari di Koperasi BMI

Dulu Pelamar ke-10, Kini Jadi Direktur: Kisah Nyata Sondari di Koperasi BMI
Sondari (kemeja biru muda) duduk paling depan, kedua dari kiri saat mengikuti pertemuan umum Koperasi BMI 15 tahun lalu/dok.ist

PeluangNews, Tangerang – Tahun 2003, seorang pemuda dari Pekayon, Tangerang, melangkah ragu menuju sebuah lembaga kecil bernama LPP UMKM. Ia bukan pelamar pertama, kedua, atau ketiga—tapi pelamar ke-10. Tak disangka, dari sebelas orang yang mendaftar, hanya dia yang diterima.

Namanya Sondari. Kini, dua dekade kemudian, ia menjabat sebagai Direktur Operasional Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI)—sebuah lembaga besar yang dulu ia masuki dengan penuh kebetulan.

Tiga Kali Menolak, Luluh karena Doa Ibu

Siapa sangka, karier panjangnya berawal dari permintaan sederhana sang ibu.
“Ibu saya minta saya antar lamaran, tapi saya tolak tiga kali karena lagi sibuk ngajar Pramuka,” kenang Sondari.

Namun akhirnya, rasa sayang pada ibunya mengalahkan segalanya. Ia pun mengantarkan lamaran itu dengan setengah hati—tanpa tahu apa itu LPP UMKM.
“Saya cuma mikir, kalau lulus ya dijalani, kalau enggak ya sudah,” ujarnya sambil tersenyum.

Anak Nasabah Pertama yang Jadi Bagian Sejarah

Takdir punya cara unik. Lembaga yang dilamarnya ternyata baru beroperasi di dua desa, salah satunya Desa Pekayon—kampung halamannya sendiri.
Yang lebih menarik, ibunya adalah nasabah pertama di Rembug Pusat (RP) Pekayon, dengan nomor anggota RP0001 atas nama RP Melati.

“Jadi, ibu saya duluan yang jadi bagian dari lembaga ini. Saya baru nyusul kerja di situ,” ujarnya.
Tak ada yang menyangka, anak nasabah pertama itu kelak jadi direktur operasional.

Dulu Pelamar ke-10, Kini Jadi Direktur: Kisah Nyata Sondari di Koperasi BMI
Sondari, kini salah satu direktur di Koperasi BMI/dok.ist

Dari Salah Paham ke Misi Hidup

Sondari masih ingat betul saat wawancara pertamanya. Ia datang terlalu pagi dan sempat ditanya oleh Kamaruddin Batubara, kini Presiden Direktur Koperasi BMI Group:

“Kamu tahu tidak, bank keliling itu merajalela di masyarakat? Dan apa manfaatnya?”

Dengan polos, ia menjawab,

“Ya, mereka bantu orang yang butuh modal cepat.”

Belakangan ia baru sadar, tujuan lembaga ini justru untuk memberantas praktik bank keliling yang menjerat masyarakat kecil.
“Dari situ saya sadar, kami bekerja bukan cuma cari nasabah, tapi memberdayakan orang agar bebas dari utang yang mencekik,” katanya.

Malu di Kampung Sendiri, tapi Tak Menyerah

Menjadi petugas lapangan di kampung sendiri bukan perkara mudah.
“Saya malu luar biasa. Walau orang lokal, tapi cara bicara saya beda. Saya berusaha menyesuaikan biar terlihat profesional,” ujarnya.

Belum lagi, ia tak punya kendaraan. “Saya sering pinjam motor abang ipar. Baru setelah kerja beberapa bulan, saya berani kredit motor,” katanya tertawa mengenang masa itu.

Perlahan tapi pasti, ibu-ibu nasabah mulai akrab dengannya. Dari rasa malu, tumbuh rasa bangga.

Dari Petugas Lapangan ke Direktur Operasional

Dua puluh tahun berselang, Sondari kini menjadi Direktur Operasional Kopsyah BMI.
“Operasional itu motor penggerak organisasi. Tugas saya memastikan semua kegiatan berjalan sesuai aturan. Semoga saya bisa terus amanah,” ucapnya rendah hati.

Baginya, Koperasi BMI bukan sekadar tempat kerja.
“Di sini saya dibentuk dari luar sampai ke dalam. Para pimpinan seperti Pak Kambara dan Pak Radius tidak hanya mengajari target, tapi juga karakter,” katanya.

Satu Tempat Kerja, Dua Gelar, dan Banyak Pelajaran

Sejak lulus SMA, Koperasi BMI adalah satu-satunya tempat ia bekerja. Tahun 2018, ia meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Muhammadiyah Tangerang—15 tahun setelah mulai bekerja. Kini, ia tengah menempuh Magister Manajemen di kampus yang sama.

Perjalanan itu tidak mudah. “Saya dulu hampir nggak lanjut SMA karena nggak ada biaya. Akhirnya saya panen sayur buat biaya daftar sekolah, diam-diam daftar sama dua teman—Makhrus dan Agus. Sekarang kami bertiga sama-sama kerja di BMI,” ceritanya haru.

Pesan untuk Anak Muda: “Buru-buru Berbakti!”

Kalau bisa berbicara dengan dirinya yang baru lulus SMA, Sondari hanya ingin bilang satu hal:

“Buru-buru berbakti.”

“Jangan sia-siakan masa muda buat hal nggak penting. Gunakan waktu untuk belajar, bekerja, dan bahagiakan orang tua. Jangan remehkan hasil kerja sekecil apa pun,” pesannya.

Ia juga berpesan agar anak muda selalu bersyukur dan menjaga integritas.
“Masih banyak orang cari kerja. Kalau sudah diterima, syukuri dan kerjakan sepenuh hati. Kalau kamu berintegritas, levelmu akan naik—kayak bau durian, ke mana pun nyebar, banyak yang cari,” ujarnya sambil tertawa.

Dari Pelamar ke-10 Jadi Penggerak Utama

Kisah Sondari bukan sekadar cerita karier, tapi cerita ketulusan dan kesetiaan. Dari pelamar ke-10 yang dulu ragu-ragu, kini ia menjadi penggerak utama di Koperasi BMI.

Dua puluh tahun pengabdian itu membuktikan satu hal: sukses tidak selalu tentang seberapa cepat kita naik, tapi seberapa teguh kita bertahan, tumbuh, dan bermanfaat bagi banyak orang. (RO/Aji)

pasang iklan di sini