
Peluangnews, Jakarta – Kinerja pasar modal relatif baik dan berdaya tahan, namun potensinya masih relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara ASEAN tertentu lainnya.
Demikian disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar pada pembukaan Perdagangan Perdana Saham Pasar Modal Indonesia Tahun 2024, di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1/2024).
“Meski menggembirakan, tapi ditinjau dari potensi masih relatif kecil. Nilai market kapitalisasi pasar modal Indonesia baru 46% dari PDB, dibandingkan negara-negara ASEAN tertentu yang sudah lebih dari 100%. Begitu juga dengan jumlah SID. Baru 6,4% dari penduduk usia produktif di Indonesia,” kata Mahendra.
Untuk memaksimalkan potensi domestik, langkah OJK melalui percepatan penyelesaian pemeriksaan dan pengaturan sanksi terintegrasi untuk lembaga jasa keuangan.
Hal penting lainnya yaitu memberikan perlindungan ke investor dan masyarakat diantaranya dengan pengawasan perilaku jasa keuangan atau market conduct.
“Seluruh anomali Unusual Market Activities (UMA), termasuk pergerakan harga saham yang tidak normal dikaji dianalisis dan dipantau ketat. Sehingga menjamin tidak terjadi pelanggaran aturan yang berlalu,” kata Mahendra.
Dia melanjutkan, sejak anggota dewan komisioner ditugaskan sejak Juli 2022, seluruh masalah yang terjadi di setiap bidang industri jasa keuangan dibahas dan diputuskan oleh dewan komisioner melalui proses yang terintegrasi.
Perkembangan ekonomi global ini, semakin menuntut integritas, kredibilitas dan tata kelola pasar, termasuk OJK selaku regulator.
Sebab penggalangan dana dan pembiayaan ke depan akan semakin mengandalkan kemampuan dalam negeri yang semakin besar. Ini hanya bisa terjadi bila disertai peningkatan integritas kredibilitas dan governansi pasar serta perlindungan konsumen yang dijamin.
“Semua perusahaan pelaku pasar dan industri harus mematuhi tanpa pengecualian. Semua proses yang kami lalukan secara reguler kami laporkan ke publik sebagai bentuk keterbukaan dan akutabilitas OJK,” kata Mahendra.
Pada 2023, kinerja pasar modal mencatatkan sejumlah capaian. Per 29 Desember 2023 pada penutupan perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup 7.272,8, tumbuh 6,16% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan IHSG merupakan tingkat tertinggi ke 2 setelah Vietnam.
Kemudian, kapitalisasi pasar modal Indonesia mencapai Rp 11.674 triliun, tumbuh 22,9% yoy. Indeks acuan obligasi Indonesia, tumbuh 8,63%, level 374,61.
Indeks saham syariah ditutup 212,64, terkoreksi 2,33% yoy. Namun kapitalisasi pasar mereka menjadi Rp6.146 triliun, meningkat 28,41%.
Peningkatan penghimpunan dana di pasar modal, melalui penawaran umum juga meningkat. Sampai 29 Desember 2023, OJK telah menerbitkan 222 penawaran umum terdiri dari 77 penawaran umum perdana saham 25 penawaran umum terbatas, 120 penawaran umum efek bersifat utang dan sukuk.
Total nilainya Rp255,21 triliun, jauh di atas target Rp200 triliun pada 2023. Dari 222 kegiatan penawaran umum tersebut, 80 di antaranya emiten baru.
Penghimpunan dana Securities Crowd Funding (SCF) juga bertambah, yaitu menjadi 494 pelaku UKM, dengan total dana dihimpun Rp1,04 triliun, dari 168 ribu pemodal melalui 16 platform.
Jumlah investor pasar modal, Single Investor Identification (SID) mencapai 12,16 juta naik 5 kali lipat dalam 4 tahun terakhir, didominasi investor berusia di bawah 40 tahun.
Ekonomi Global
Di sisi eksternal, kinerja pasar modal di tengah tensi geopolitik yang terus meningkat, dan prospek pertumbuhan ekonomi global yang melambat, beberapa indikator ekonomi global mulai menunjukan sedikit perbaikan.
Tingkat inflasi di negara-negara maju menurun, sekalipun masih jauh di atas target bank sentral negara-negara maju.
“Sehingga sentimen di pasar keuangan cenderung lebih positif didukung harapan berakhirnya kenaikan suku bunga global,” kata Mahendra.
Optimisme juga turut dipengaruhi oleh peluncuran berbagai insentif di Tiongkok. Perkembangan tersebut mendorong penguatan pasar keuangan global, dan menurunkan volatilitas di pasar saham, surat utang, dan nilai tukar.
“Investor luar negeri mulai kembali ke pasar keuangan emerging market sebagai net buyers,” kata Mahendra. (Aji)
Baca Juga: Potensi Ekonomi Digital Indonesia Capai Rp 330 Miliar Dolar AS