hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Kilas Balik Pemilu di Negeriku, Dari Waktu Ke Waktu

Sejak pertama digelar pada tahun 1955, telah 13 kali kita menggelar Pemilihan Umum. Baik dalam format terpisah antara Pileg dan Pilpres maupun yang dilaksanakan bersamaan.

PeluangNews – SEPULUH tahun sejak proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia menggelar Pemilu pertama kalinya pada 29 September 1955 untuk anggota DPR dan 25 Desember untuk anggota Dewan Konstituante menggunakan sistem Pemilu proporsional. Dari 43,1 juta pemilih terdaftar, tingkat partisipasi 80%. Biaya yang dikeluarkan mencapai Rp479.891.729, yang dianggap mahal untuk ukuran saat itu.

Dari 257 total kursi—dengan populasi 77.987.879 dan pemilih terdaftar 43.104.464, tingkat partisipasi 87,66%—kelompok 6 besar memunculkan PNI dan Masyumi sama-sama 57 kursi, NU 45, PKI 39, PSII sama-sama 8.

Pileg pertama yang digelar Orde Baru menggunakan sistem perwakilan berimbang (proporsional), dengan sistem stelsel daftar. Peserta Pemilu 3 Juli 1971 dibatasi hanya 9 partai dan Golkar. Dari jatah 360 kursi di Senayan—dengan tingkat partisipasi 96,6% dari suara sah 54.669.509—lima besar perolehan parpol adalah NU 58 kursi, Parmusi 24, PNI 20, PSII 10, Parkindo 7.

Pengurangan dari 172 parpol (dan perseorangan) di Pemilu 1955 menjadi 10 kekuatan politik peserta pemilu di Pemilu 1971 dinilai belum efektif. Pemerintah Orde Baru, pada tahun 1973, akhirnya mendorong fusi sejumlah parpol, hingga hanya tersisa tiga kekuatan politik peserta pemilu, yaitu PPP, Golkar dan PDI. Jatah 360 kursi di Senayan pada Pileg 2 Mei 1977, merujuk 70.378.750 jiwa pemilih, terdistribusi menjadi Golkar 232 kursi, PPP 99 dan PDI 29.

Pemilu 4 Mei 1982 adalah kontestasi politik ketiga yang digelar di era Orde Baru. Di Pemilu ini, untuk kedua kalinya, tiga parpol hasil fusi menjadi peserta. Dari 364 kursi DPR yang diperebutkan pada 4 Mei 1982, berdasarkan jumlah pemilih 82.134.195 dan suara sah 91,46%, partai berlambang pohon beringin berhasil meraih 242 kursi. Naik 10 kursi dibanding jumlah kursi yang diraihnya pada Pemilu 1977.

Pemilu 23 April 1987 menjadi babak baru bagi partai politik di Indonesia. Untuk pertama kalinya setiap partai diwajibkan menerapkan asas yang sama, yaitu Pancasila. Dari 400 kursi yang diperebutkan, mengacu pada jumlah pemilih 93.737.633 jiwa, Golkar memenangi 299 kursi, PPP 61, PDI 40.

Pemilu ke-6 diselenggarakan 9 Juni 1992. Ketakutan kaum oligarki kian terlihat jelas saat rezim mulai menggembosi kekuatan partai-partai oposisi. Dari 400 kursi yang diperbutkan, mengacu pada jumlah pemilih 107.565.697 dan tingkat partisipasi 90,91%, Golkar memenangi 282 kursi, PPP 62 kursi, dan PDI 56 kursi.

Pemilu 29 Mei 1997 menjadi pemilu terakhir sebelum Indonesia memasuki masa reformasi. Publik semakin jenuh dengan kuatnya cengkeraman ideologi, birokrasi, bahkan kekuasaan pemerintah. Indonesia pun diterpa krisis moneter dan ekonomi. Masa Orde Baru tamat ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto yang telah memimpin pemerintahan selama 32 tahun. Dari 425 kursi Senayan yang diperebutkan, dengan jumlah pemilih 124.740.987 dan tingkat partisipasi 93,35%, Golkar memperoleh 325 kursi, PPP 89, PDI 11.

Pemilihan umum 7 Juni 1999 menjadi pintu gerbang bagi Indonesia memasuki era demokrasi setelah 32 tahun lebih berada dalam kekuasaan rezim Orde Baru. Pemilu yang digelar di era pemerintahan BJ Habibie ini relatif sukses, bahkan dikenal dalam sejarah sebagai pemilu paling demokratis, setelah Pemilu 1955. Dari 462 total kursi yang diperebutkan—mengacu pada jumlah pemilih 116.254.217 dan tingkat partisipasi 91,04%—lima besar di antara 48 partai peserta Pemilu adalah PDI-P 153 kursi, Golkar 120, PPP 58, PKB 51, PAN 34.

Pemilu 5 April 2004 merupakan pemilu ke-9 sepanjang perjalanan demokrasi di Indonesia. Dari 24 parpol peserta, 16 partai merupakan partai nasionalis, tujuh partai merupakan partai berasaskan ajaran Islam, dan satu partai berasaskan ajaran Kristen/nasionalis. Enam belas partai lolos ke parlemen. Tujuh besar dibukukan oleh Partai Golkar 128 kursi, PDIP 109, PPP 58, PD 55, PAN 53, PKB 52, PKS 45.

Di jalur eksekutif, Pilpres 5 Juli diikuti 5 paslon, dengan dua peraih suara terbesar SBY-Jusuf Kalla (33,57%) dan Megawati Soekarnoputri-HasyimMuzadi (26,61%); berlanjut ke putaran kedua, 20 September 2004, dengan angka kemenangan 60,62% buat SBY-JK dan Mega-Hasyim memperoleh 39,38%.

Pemilu legislatif 9 April 2009 diikuti oleh 38 partai politik nasional dan enam partai lokal di Provinsi NAD. Pelaksanaan Pemilu 2009 dibayang-bayangi persoalan penggelembungan DPT. DPT mencapai 171 juta pada pemilu legislatif dan 176 juta pada pemilu presiden. KPU dan Kemendagri pada masa itu dianggap gagal mengelola sistem administrasi kependudukan yang berimbas pada kacaunya daftar pemilih pada pemilu.

Pileg 9 April 2009 diikuti 121.588.441pemilih.

Dari 560 kursi yang diperebutkan 38 parpol, enam besar pemenangnya adalah PD 148 kursi, Partai Golkar 106, PDI-P 94, PKS 57, PAN 46, PPP 38, PKB 28. Adapun Pilpres 8 Juli 2009, pertarungan tiga kandidat paslon SBY-Budiono, Jusuf Kalla-Wiranto dan Megawati-Prabowo dimenangkan SBY dalam satu putaran (60,80%).

Pileg 9 April 2014 dengan pemilih 185.286.024, yang diikuti 12 parpol, menghasilkan: PDI-P 109 kursi, Golkar 91, Gerindra 73, Demokrat 61, PAN 49, PKB 47, PKS 40, PPP 39, Nasdem 35. Adapun Pilpres yang dilaksanakan pada 9 Juli 2014 menjadi pemilihan presiden langsung ketiga di Indonesia. Persaingan di Pilpres 2014 menghasilkan polarisasi dua blok politik karena hanya ada dua pasang kandidat. Joko Widodo-Jusuf Kalla menang dengan raihan suara 53,15% dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa 46,85%.

Pileg 17 April 2019 adalah pemilu pertama bagi bangsa Indonesia melaksanakan pemilu legislatif bersamaan dengan pemilu presiden-wakil presiden. Dari 16 partai yang bersaing memperebutkan 158.012.506 suara pemilih, dihasilkan urutan parpol PDI-P 128 kursi, Gerindra 85, Golkar 78, Nasdem 59, PKB 58, Demokrat 54, PKS 50, PAN 44, PPP 19. Adapun Pilpres dimenangkan JokoWidodo-Ma’ruf Amin 55,50% atas Prabowo Subianto-Salahudin Sandiaga Uno 44,50%

Pileg-Pilpres 2024 digelar 14 Februari 2024. Tak kurang dari 9.917 caleg se-Tanah Air dari 80 Dapil bersaing memperebutkan 580 kursi di Senayan dari 204,8 juta suara pemilih via 823.220 TPS, 3.059 di antaranya TPS luar negeri. Mereka berasal dari 24 parpol, termasuk 6 partai lokal. Hasilnya? Hingga akhir Februari KPU belum mengumumkannya. Situasinya sama dengan Pilpres, yang diikuti tiga paslon: Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD●(Zian)

pasang iklan di sini