Sosok  

Kerja Nilai Ibadah

Bekerja sebagai pegiat koperasi bukanlah jalan yang dicita-citakan oleh Supana. Yang terlintas di benaknya saat tamat SLTA hanyalah bekerja bantu kakaknya di Rembang, Jawa Tengah. “SLTA saya di Gunung Kidul Yogyakarta dan begitu lulus langsung menuju Rembang. Pokoknya kerja apa saja asal ikut kakak,” ujar pria kelahiran 1965 ini.

Yang ia ingat waktu itu, sang kakak adalah pegiat koperasi berbasis anggota perajin gerabah. Lantaran tekadnya ingin kerja bantu kakak, Supana pun ikut terjun ke dunia koperasi. “Saya tidak tahu koperasi itu apa? Pokoknya bantu kakak dan bisa kerja, tapi belakangan saya ngerti berkoperasi itu adalah urusan tolong menolong dan membangun solidaritas antar anggota,” cetusnya lagi.

Itu kenangan 41 tahun lalu sejak ia tiba pertamakali di Rembang pada 1984. Kini koperasi yang digelutinya sudah tumbuh besar, Koperasi Simpan Pinjam Bhina Raharja dengan anggota lebih dari 80 ribu orang. Posisinya kini Ketua I mendampingi sang kakak, HM Atna Tukiman, tokoh senior koperasi yang beberapa waktu lalu masuk deretan salah satu dari 100 orang koperasi terkemuka di Indonesia.

Apa resepnya bertahan selama empat dasawarsa? Supana mengaku tidak ada beban baginya menjalankan usaha koperasi. Semua kerja yang baik itu bernilai ibadah, maka saya niatkan mengabdi di koperasi juga sebagai sebuah nilai ibadah,” cetusnya. KSP Bhina Raharja yang kini sudah memiliki 59 kantor cabang dan 43 kantor cabang pembantu di empat provinsi di Jawa tentunya bukan koperasi kaleng-kaleng. Koperasi ini dibangun dengan tata Kelola dan SDM unggul. “Semua pegawai harus tamatan S1, karena peraturan seperti itu maka saya harus kuliah lagi di S1,” pungkas Supana yang berhasil menyelesaikan kuliahnya sebagai sarjana Ekonomi Universitas Bojonegoro.(Irm)

Exit mobile version