hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Daerah  

Kerja Keras Pasutri Ini Hadirkan Hutan Organik di Mega Mendung

BOGOR—Sejak 1990-an, Rosita dan suaminya Bambang Istiawan, seorang konsultan minyak dan kedua anaknya  ingin tinggal di rumah di tepi hutan.  Keinginan terwujud pada 1997 ketika membeli tanah di kawasan Mega Mendung yang tidak terurus.

Waktu itu lahannya boleh dibilang tandus, ditumbuhi alang-alang dan sekalilingnya  tampak hamparan villa. Rosita dan suaminya kemudian menanam pohon di lahan miliknya. Uniknya mereka menggunaan pupuk organik dari ternak.

“Kami  mulai menanam sejak 2001 pohon-pohon endemik yang ada di seluruh Indonesia, di antaranya pohon rasamala.  Memang perlu kerja keras dan hasilnya baru bisa dipetik sekarang, mimpi kami untuk tinggal di tepi hutan terwujud,” ucap perempuan kelahiran 1962 ini ketika dihubungi Peluang, Selasa (22/6/21).

Kini total lahan yang dimiliki keluarga ini seluas 12 hektar di kawasan Megamendung dan 18 hektar dikawasan Gunung Geulis sudah lebat dan lahan itu menghijau. Rosita mengaungkapkan setidaknya terdapat 40 ribu pohon pada lahan seluas 12 hektare di Mega Mendung dan belum lagi yang di Gunung Geulis.  Kini kawasan ini mempunyai dua guest house bagi yang ingin menginap hingga play ground, hinga musala.

“Mudah-mudahan upaya kami bisa membantu lingkungan hidup di kawasan ini dan ikut mencegah banjir di Jakarta,” ujar Rosita.

Sebagai catatan sebanyak 8 sarjana, dua magister dan satu doktor dari  IPB menyelesaikan peneltian di kawasan hutan ini. Kawasan ini juga fungsi sebagai tempat pembelajaran dan terbuka bagi siapa yang ingin belajar.

Sementara putranya, Yayan Subrata dalam rilisnya menyebutkan setidaknya ada tiga manfaat utama penghijauan bagi lingkungan dan manusia. Pertama, untuk mencegah erosi tanah. Erosi tanah adalah masalah yang umum terjadi di tanah tandus.

Tanah yang tandus akan mengalami angin kencang yang membawa partikel-partikel besar dari tanah sehingga menyebabkan erosi tanah dan juga berdampak negatif pada kualitas udara.

Dengan penghijauan, pepohonan akan bertindak sebagai penghalang angin sehingga melemahkan kecepatan angin dan mengurangi dampak dan kemampuannya untuk membawa partikel yang besar dari tanah.

Akar-akar pohon yang tertanam di dalam tanah juga berguna menahan tanah untuk memastikan bahwa tanah tidak terseret air selama banjir. Daun dan ranting pohon juga membantu untuk mengurangi dampak tetesan air hujan di tanah sehingga dapat mencegah erosi.

Dengan pohon-pohon yang ditanam, akan menahan tanah sehingga tidak mudah longsor, terutama di daerah berbukit dan pegunungan.

Kedua, membuat kualitas udara menjadi lebih baik. Pohon memainkan peran penting dalam memurnikan udara. Orang-orang yang tinggal di daerah dengan banyak pohon memiliki risiko lebih kecil menderita kondisi yang berhubungan dengan udara. Ini karena pohon dapat memurnikan karbon dioksida dan memberikan oksigen melalui fotosintesis.

Seperti kita tahu, banyak aktivitas manusia telah menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah besar, seperti ketika mereka mengemudi, membakar fosil, dan kegiatan industri. Pohon tidak hanya memurnikan karbon dioksida, tetapi juga berguna untuk memurnikan emisi rumah kaca.

“Pohon dapat menjebak partikel tanah di udara sehingga menghasilkan kualitas udara yang lebih baik,” ujar Yayan.

Kerja keras keluarga ini rupa-rupanya menarik perhatian pihak BNI dan mengajak Pengelola Hutan Organik bekerja sama.

Ini merupakan keterlibatan BNI sebagai Bank pelopor Green Banking dalam mengelola dan menjaga kelestarian alam serta keberlangsungan lingkungan. Kerja sama antara Pengelola Kelompok Hutan Organik ini dimulai sejak 2019 dan 2020 lalu,

BNI melalui program CSR-nya terlibat langsung dalam pengelolaan hutan dengan kelompok Hutan Organik di kawasan dengan memasok kebutuhan kebun bibit (nursery) dan pengembangan sarana dan prasarana Kelompok Hutan Organik.

Menariknya, konsep Hutan Organik ini selain sebagai upaya pelestarian lingkungan juga dapat mendorong pergerakan ekonomi masyarakat sekitar. Pasalnya, di sana tidak hanya ditanami pepohonan rindang untuk penghijauan tetapi juga buah-buahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti Durian, Alpukat, Mangga, Rambutan, Cengkeh dan Pala. Di mana, masyarakat bisa merasakan langsung hasil panen buah-buahan tersebut bagi pemenuhan kebutuhan hidup keluarga

“Untuk setiap pohon yang ditanam dalam kerjasama dengan BNI ini akan menyerap dampak buruk karbondioksida. Dari 10 ribu pohon yang ditanam selama 2019, kami perhitungkan penyerapan karbondioksidanya mencapai 45,9 ton. Begitu juga dengan 10 ribu pohon lainnya yang ditanam pada tahun 2020. Ini akan terus lestari dengan adanya pembibitan di lokasi penanaman,” ujar Yuhan.

Rosita dan keluarganya contoh nyata partisipasi masyarakat yang punya kesadaran lingkungan yang tinggi dan menyadari bahwa dengan mengembalikan lingkunan hidup yang baik sebetulnya ikut membantu keberlanjutan umat manusia dan mahluk hidup lainnya (Irvan).

pasang iklan di sini