Berita  

Kepatuhan dan Kepedulian Jadi Kunci Pemulihan Pasien Bipolar dan Skizofrenia

Press Conference “Compliance and Care, a road to recovery for individual with Bipolar and Schizophrenia”. Foto: Ratih

Peluang News, Jakarta-Penyakit gangguan bipolar dan skizofrenia tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, tetapi juga kualitas hidup pasien secara keseluruhan. Dalam rangka memperkuat kesadaran publik terhadap pentingnya pengobatan yang tepat dan dukungan lingkungan, sejumlah pakar dan pelaku industri kesehatan menegaskan perlunya pendekatan yang menyeluruh dalam proses pemulihan dua gangguan mental ini.

Hanadi Setiarto, Country Group Head Wellesta CPI menegaskan bahwa kepatuhan terhadap pengobatan adalah fondasi utama dalam proses pemulihan.

“Sangat penting meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat terkait kondisi penyakit mental yang terkadang tidak disadari. Jika tidak diatasi dengan baik, gangguan bipolar dan skizofrenia akan terus bertambah dan berdampak pada peningkatan mortalitas dini serta penyakit fisik lainnya seperti kardiovaskular dan metabolik,” katanya dalam sebuah diskusi kesehatan mental di Jakarta, (14/5/2025).

Wellesta, yang bergerak di bidang kesehatan dan teknologi medis, menggandeng Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) untuk memperluas edukasi serta menjangkau lebih banyak pasien melalui pendekatan klinis dan sosial.

“Kami ingin memastikan masyarakat memahami gejala awal, memberikan dukungan kepada individu dengan gangguan jiwa, dan mengetahui ke mana harus mencari bantuan agar terhindar dari disabilitas jangka panjang,” ujar Hanadi.

Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ, SubSp A.R. (K), MIMH, Guru Besar Psikiatri FKUI-RSCM menekankan bahwa gangguan bipolar dan skizofrenia tak lagi hanya menyerang orang dewasa, tetapi kini mulai ditemukan pada anak-anak dan remaja. “Beberapa kasus muncul di usia yang sangat muda dan sering tidak dikenali karena disalahartikan sebagai perilaku remaja biasa. Padahal, jika tidak ditangani, kondisi ini bisa mengganggu perkembangan pendidikan dan sosial mereka,” jelas Prof. Tjhin.

Ia menguraikan, gangguan bipolar ditandai dengan perubahan suasana hati yang ekstrem, sedangkan skizofrenia ditandai dengan gangguan proses pikir, halusinasi, delusi, dan perilaku tidak sesuai konteks. “Perawatan yang efektif, baik farmakologis maupun psikososial, dapat membantu anak dan remaja belajar mengelola perasaannya, sehingga mereka bisa pulih dan tetap produktif,” ungkapnya.

Kepatuhan dalam menjalani pengobatan menjadi tantangan utama. “Mereka yang patuh umumnya jarang kambuh, bisa menjalani pendidikan secara normal, dan memiliki fungsi sosial yang lebih baik. Tapi masih banyak yang takut pada stigma, efek samping obat, dan kurang literasi tentang kesehatan mental,” tambah Prof. Tjhin. Ia menekankan pentingnya dukungan dari keluarga dan lingkungan yang disebut sebagai support system utama dalam pemulihan pasien.

Senada dengan itu, Dr. dr. Khamelia Malik, SpKJ(K), dari FKUI-RSCM, menjelaskan bahwa ketidakpatuhan juga merupakan masalah serius pada pasien dewasa. “Ketidakpatuhan terhadap pengobatan meningkatkan risiko kekambuhan, rawat inap, bahkan risiko bunuh diri. Padahal ada banyak strategi untuk mendukung pemulihan, termasuk terapi psikososial dan teknologi digital seperti aplikasi pemantauan mood dan pengingat obat,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa pasien dewasa tetap dapat menjalani kehidupan produktif jika pengobatan dijalankan secara konsisten. “Kunci keberhasilan pengobatan adalah kombinasi antara terapi medis, strategi koping yang sehat, dan dukungan sosial. Psikoedukasi untuk keluarga penting agar mereka bisa menjadi pendukung aktif dalam proses pemulihan,” tegas Dr. Khamelia.

Para ahli sepakat bahwa pendekatan multidisipliner dan holistik adalah strategi terbaik untuk menangani gangguan bipolar dan skizofrenia. Dukungan emosional, pemantauan rutin, serta edukasi publik diperlukan agar pasien tidak hanya bisa bertahan, tetapi juga berkembang dalam kehidupan sosial dan produktif.

Exit mobile version