MAJALAYA—Yoga Irawan,30 tahun harus memutar otak untuk mencari jalan untuk menjelaskan kenaikan harga sarung tenun Majalaya produksinya kepada para pelanggannya. Untuk itu dia memutuskan baru menaikan harga pada kiriman ketiga setelah harga dinaikan, setelah terlebih dahulu menghabiskan stok produknya.
Laki-laki kelahiran 1988 ini membenarkan kenaikan dolar mempengaruhi harga produksi tenunnya. Pasalnya benang yang menjadi bahan bakunya masih impor. Kenaikan ini sebetulnya sudah terjadi sebelum Ramadan, hanya saja kenaikan tipis, sekitar Rp1.000 hingga Rp1.500. Namun sejak Agustus 2018 kenaikannya mencapai Rp3.000 per kilogram.
“Sebelum Ramadan satu kilogram benang masih berkisar Rp40 ribu, sekarang menembus Rp44 ribu per kilogram,” ungkap Yoga pada Peluang, Rabu (12/9/2018).
Meskipun demikian produksi dan penjualan dari usaha yang dikelolanya sejak 2013 belum terpengaruh secara serius. Setiap bulan usahanya masih mampu memproduksi 500 kodi dengan harga berkisar Rp400 ribu hingga Rp550 ribu per kodi.
Menurut dia, peluang penjualan sarung Majalaya masih terletak pada momen tertentu penjualan, seperti Ramadan.
“Mudah-mudahan tidak sampai berakibat drastis,” harapnya.
Hal yang serupa dialami Aep Hendar, pengusaha sarung tenun Majalaya lainnya. Aep menyebutkan kenaikan benang yang menjadi bahan baku kain sarung bisa mencapai Rp 10 ribu. Padahal harga normal benang per gulungnya hanya Rp 25 ribu, namun saat ini sudah mencapai Rp35.000 per gulung.
“Katanya akan naik lagi menjadi Rp40.000 per gulung,” kata dia seperti dilansir Ayobandung.
Namun untuk penjualan Asep mengaku sudah terpengaruh sejak Idul Fitri. Dia khawatir kalau kenaikan terus terjadi maka akan berdampak besar pada industri tenun sarung Majalaya yang sebagian besar merupakan pengusaha kecil dan menengah.
Koordinator IKM Tekstil dan Produk Tekstil Majalaya Agus Ruslan mengatakan, akibat harga bahan baku benang yang naik menyebabkan sebagian pelaku usaha gulung tikar. Tanpa kenaikan dolar saja setidaknya dua pelaku IKM sarung Majalaya tutup usaha awal 2018.
Salah satunya yang gulung tikar memiliki 500 mesin dengan volume produksi 5000 kodi per minggu dan mempekerjakan sedikitnya 1000 karyawan. Saat ini hanya 59 IKM Sarung Majalaya bertahan (van).