Pelaksanaan Erau yang terakhir menurut tata cara Kesultanan Kutai Kartanegara diselenggarakan tahun 1965. Sebagai upacara adat Kutai dua tahunan, Erau mulai digelar tahun 1971, atas prakarsa Bupati Kutai saat itu, Drs.H. Achmad Dahlan.
TRADISI budaya lokal Kutai itu bernama Erau. Dilaksanakan setiap tahun, mengambil pusat kegiatan di Kota Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur. Erau berasal dari bahasa Kutai eroh yang artinya ramai, riuh, ribut, suasana yang penuh sukacita. Suasana yang ramai, riuh rendah suara tersebut merangkumkan banyaknya kegiatan sekelompok orang yang mempunyai hajat dan mengandung makna, baik bersifat sakral, ritual, maupun hiburan.
Festival Erau Kertanegara menjadi lambang perayaan adat masyarakat Kutai. Ini ajang untuk melestarikan budaya luhur yang sudah sangat lama hidup dan dikenal masyarakat Kukar. Di acara serba meriah tersebut dipergelarkan berbagai pertunjukan dan pertandingan. Mulai dari lomba memasak, lomba menembak, hingga pentas seni peran.
Erau pertama kali diselenggarakan pada upacara tijak tanah dan mandi ke tepian, ketika Pangeran Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia 5 tahun. Setelah ia dewasa dan diangkat menjadi Raja Kutai Kartanegara (1300–1325), juga diadakan upacara Erau. Sejak itulah Erau selalu digelar setiap terjadi penggantian atau penobatan Raja-raja di Kerajaaan Kutai Kartanegara.
Dalam perkembangannya, selain sebagai upacara penobatan raja, upacara Erau juga untuk Kerajaan memberi gelar kepada tokoh atau pemuka masyarakat yang dianggap berjasa terhadap Kerajaan. Upacara Erau dilakukan oleh kerabat Keraton/Istana. Semua tokoh pemuka masyarakat yang mengabdi kepada Kerajaan diundang. Mereka datang dari seluruh pelosok wilayah kerajaan, membawa bekal bahan makanan, ternak, buah-buahan, dan para seniman.
Pelaksanaan Erau yang terakhir menurut tata cara Kesultanan Kukar dilaksanakan pada tahun 1965, dalam upacara pengangkatan Putra Mahkota Kesultanan Kukar, Aji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat. Sedangkan Erau sebagai upacara adat Kutai dalam usaha pelestarian budaya mulai diadakan pada tahun 1971, atas prakarsa Bupati Kutai saat itu, Drs. H. Achmad Dahlan. Upacara Erau dilangsungkan dua tahun sekali, sekaligus memperingati ulang tahun Kota Tenggarong yang berdiri 29 September 1782.
Pada awalnya, perhelatan ini berlangsung selama 40 hari 40 malam, diikuti oleh segenap lapisan masyarakat. Dalam perhelatan tersebut, rakyat dari berbagai penjuru negeri berpesta ria dengan mempersembahkan sebagian perolehan hasil buminya untuk dibawa ke Ibukota Kesultanan. Hal ini berkaitan dengan salah satu fungsi Erau sebagai wujud rasa syukur atas limpahan hasil bumi yang diperoleh rakyat Kutai. Keluarga besar Kesultanan pun menjamu rakyatnya dengan beraneka sajian sebagai balasan dan bentuk rasa terima kasih.
Erau dilangsungkan bertepatan dengan hari jadi Kota Tenggarong, yaitu setiap tanggal 29 September. Tetapi, sejak tahun 2010, pelaksanaan festival ini dimajukan menjadi bulan Juli, menyesuaikan dengan musim liburan, sehingga lebih banyak wisatawan yang datang. Tahun 2013 menjadi penanda era baru dari pelestarian budaya warisan Kutai Kartanegara. Untuk pertama kalinya, Erau disandingkan dengan perhelatan budaya tradisional dari berbagai negara. Dalam perhelatan bernama “Erau International Folklore and Art Festival (EIFAF)”, delegasi dari berbagai negara diundang untuk ikut terlibat selama pelaksanaan Erau.
Acara puncak dari Festival Erau adalah Berlimbur, yaitu saling membasahi warga yang ada di Kota Tenggarong. Prosesi pertama dari Berlimbur adalah menurunkan ‘Naga’ atau Ngulur Naga ke Sungai Mahakam. Setelah itu, setiap warga saling membasahi warga lainnya dengan air. Awalnya dengan air apa saja. Belakangan ditertibkan dan hanya diizinkan menggunakan air bersih.
Festival yang diadakan sekitar 12 hari, dan diikuti oleh berbagai daerah dan perwakilan beberapa negara, tentu saja menjadi salah satu acara kebanggaan pariwisata nasional. Pada festival ini para peserta unjuk kebolehan atraksi kebudayaan yang beragam dari daerah atau negara mereka. Menu acara yang bisa disaksikan selama festival berlangsung sebagai berikut:
Hari pertama, pergelaran upacara adat Beluluh Sultan, Menjamu Benua, dan Merangin; Hari kedua, lanjutan upacara adat Merangin; Hari ketiga, acara kirab budaya dan upacara adat Merangin, dan acara penyambutan (welcome party); Hari keempat, berbagai acara seperti parade peserta International Folklore & Art Festival, upacara adat “Mendirikan Ayu”, acara pembukaan Erau Pelas, pembukaan Kukar Art & Craft Expo, upacara adat Beluluh dan Bepelas, dan beberapa pagelaran seni dari luar negeri;
Hari kelima, berbagai macam acara pun telah menanti. Mulai dari olahraga tradisional, lanjutan Kukar Art & Craft Expo, resepsi Sultan Kutai bersama delegasi IFAF, festival kuliner, upacara adat Beluluh, IFAF Street Performance, upacara adat Bepelas, dan pergelaran seni berbagai negara; Hari keenam, acara-acaranya hampir sama dengan hari kelima, dengan tambahan festival seni tari, lomba Ngapeh dan lomba Tarsul dan balap perahu Ketinting;
Hari ketujuh, fashion adat Kanak Kutai, pemilihan Teruna Dara Cilik, pembukaan Festival Perahu Naga Mahakam Internasional, upacara adat Dayak Modang, pembacaan doa/barzanji. Selain itu, semua kegiatan sama dengan hari keempat dan kelima; Hari kedelapan, kelanjutan di hari ketujuh, dengan menampilkan acara upacara adat Dayak Benuaq, adat Bepelas, dan fashion show batik daerah;
Hari kesembilan, Green Tenggarong dan penanaman pohon oleh delegasi EIFAF, olahraga nasional, lanjutan Festival Perahu Naga Mahakam Internasional, lanjutan Kukar Art & Craft Expo, upacara adat Beluluh Dayak Kenyah, Bepelas, festival tari, dan pergelaran seni Hari kesepuluh, event Mengulur Naga, Belimbur, farewell party, dan upacara adat Bepelas (malam terakhir); Hari kesebelas merupakan acara penutup, yaitu upacara adat Merebahkan Ayu.
Bagaimana cara mengakses lokasi Festival Erau? Peminat wisata budaya yang berasal dari luar kota atau daerah bisa naik pesawat ke Samarinda dari Bandara Sepinggan Balikpapan. Pilihan lainnya, anda bisa pula menggunakan bus atau mobil travel menuju Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara.●(dd)