
Peluangnews, Jakarta – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengaku belum bahas secara komprehensif upaya pengumpulan data dan pembuatan database alat berat seperti backhoe, shovel, Motor Grader, bulldozer, forklift, excavator dan lain sebagainya.
Sementara penggunaan alat berat pada sektor konstruksi semakin lumrah dan massif di tengah proses pembangunan infrastruktur, untuk lebih cepat selesainya.
Baca juga : https://industri-konstruksi-indonesia-butuh-banyak-tenaga-dengan-keahlian-khusus/
“(PUPR) belum bahas, belum temu (dengan stakeholders alat konstruksi). Kami sebetulnya memang harus sering temu. Kita bersama-sama melihat potensi dan kapasitas di tengah percepatan proses pembangunan, kaitannya dengan penggunaan alat-alat berat,” ujar Direktur Kelembagaan Dan Sumber Daya Konstruksi (Kementerian PUPR) Nicodemus Daud mengatakan kepada Redaksi, Jumat (3/11/2023).
Secara keseluruhan, alat berat bisa membantu Anda mencapai hasil akhir yang lebih memuaskan. Industry alat berat memberikan kontribusi terhadap jalannya konstruksi, selain ada tantangan dalam proses pengerjaan proyek. Sehingga PUPR juga akan terus desak berbagai asosiasi, termasuk para Pengusaha dan Pemilik Alat Konstruksi Indonesia (APPAKSI) untuk meningkatkan kapasitas.
“Untuk bangun negara ini, perlu kebersamaan. APPAKSI juga bagian dari bangsa, dan sudah punya banyak anggota. Kita diskusi mencari tahu berapa alat yang tersedia, berapa kapasitasnya, termasuk bagaimana produksinya. Kita masih sangat butuh alat konstruksi dalam jumlah banyak. Indonesia ini dari Sabang sampai Merauke, dengan tujuh belas ribu pulau. Kalau lihat IKN (Ibu kota negara di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim), ngeri!” kata Nicodemus pada workshop APPAKSI di JIExpo.
Di tempat yang sama, guru besar teknik sipil bidang Geoteknik sejak 1998 sampai dengan sekarang di Universitas Indonesia, Budi Susilo Soepandji juga melihat urgensi pengumpulan data, pembuatan database alat berat untuk menopang pembangunan infrastruktur di Indonesia. Soepandji, seorang Akademisi dan Birokrat juga melihat urgensi database sebagai bagian dari pemetaan kemiskinan, serta penyediaan tenaga kerja.
Baca juga : https://ut-school-membuka-kelas-alat-berat-di-sorong
“(pembuatan database) tidak mudah. Kalau ada, (pemetaan) alat-alat digunakan dimana saja. Sehingga kita bisa bersatu menjalankan proyek besar. Database yang lengkap nantinya mencakup penyebaran dan titik titik operasional alat berat seperti backhoe, shovel, Motor Grader di berbagai daerah di Indonesia,” tutur Soepandji, yang juga chairman Yayasan President University, Cikarang. (alb)