JAKARTA—Direktur Jenderal, Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi menyampaikan diperlukan suatu upaya keras agar beras Indonesia punya daya saing global.
“Saya meyakini konsep feed the world, Indonesia suatu saat akan menjadi pemasok pangan dunia ada 2045. Kalau bisa lebih cepat, lebih bagus,” ujar Suwandi dalam diskusi “Ngopi Bareng Nozomi” yang dihadiri unsur Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian, pengusaha penggilingan, pelaku usaha serta eksportir, Minggu (15/11/20).
Saat ini lanjut Suwandi, seluruh dunia butuh sehat dan untuk sehat perlu pangan. Pangan yang baik hanya di Indonesia.
“Kita mampu memasok pangan dunia suatu saat ini. Berapapun kondisi pangan yang diproduksi petani harus dibeli,” ujar Suwandi.
Selama ini yang diekspor dari Indonesia adalah beras khusus seperti beras organik, beras merah, beras hitam dan lainnya. Selain itu ada juga produk samping seperti dedak, bekatul, dan sekam.
“Memang ada banyak permintaan beras kemarin, namun karena terkendala pandemi covid jadi beberapa masih proses. Suwandi pun meyakini peluangnya akan bagus ke depan.,” kata dia.
Strategi yang harus dilakukan saat ini adalah harus memperbanyak negara dan memperbesar volume ekspor. Salah satu kiatnya dengan menambah wilayah binaan untuk mengembangkan lokasi berdaya saing dan bekerjasama dengan eksportir.
Kementerian Pertanian menurut Suwandi telah melakukan upaya untuk hal itu, apalagi adanya program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks) arahan Mentan Syahrul Yasin Limpo menjadi tugas utama untuk meningkatkan potensi ekspor produk pertanian saat ini.
Bagaimana caranya agar berdaya saing, Kementan telah memberikan beberapa dukungan fasilitas seperti dengan bantuan sertifikasi bagi pertanian organik, uji mutu hasil produk pertanian, peningkatan SDM pembina mutu, pengajuan rancangan SNI sebagai sertifikasi jaminan mutu, serta bantuan alat pascapanen.
Tahun 2021 Kementan akan tetap fokus pada pangan beras, dengan intervensi pemerintah 2,8 juta hektar akan ada preferensi fasilitasi kegiatan untuk padi lahan kering, padi sawah, padi rawa, padi tadah hujan, padi di daerah rawan stunting serta budidaya beras khusus dan premium.
Di tempat sama pakar pertanian Sutarto Alimoeso menyebut ada beberapa faktor yang menjadi tantangan ekspor beras. Seperti produksi, produktivitas, kontinuitas, kesesuaian lahan, posisi Indonesia, harga.
Peluang meningkatkan produksi dan provitas masih ada, pola panen 2020 juga terjadi pergeseran waktu panen, dengan panen sepanjang waktu diharapkan tidak ada defisit bulanan.
“Kalau saya lihat berdasarkan data BPS akan ada banyak stok beras, saya rasa tidak perlu lagi ada impor, stok pangan aman, apalagi tahun ini tidak ada el nino,” tambah Suwandi lagi.
Suwandi mengatakan, ada beberapa strategi meningkatkan daya saing beras, yaitu meningkatkan produksi, meningkatkan efisiensi dan modernisasi dari hulu hilir.
“Selain itu fokus pada beras khusus dengan kualitas tinggi dan promosi membuka pasar ke negara luar,” pungkasnya.