Kemenperin Dorong Hilirisasi Sawit untuk Suplemen Kesehatan

Peluang News, Jakarta-Guna mendorong peningkatan nilai tambah komoditas kelapa sawit nasional dan memperkuat ketahanan nutrisi masyarakat, Kementerian Perindustrian menegaskan komitmennya untuk terus menjalankan hilirisasi industri kelapa sawit. Fokus hilirisasi kali ini diarahkan pada pengembangan produk Betacarotene (Pro Vitamin A) dan Tocopherol (Vitamin E).

“Riset kolaborasi ini merupakan langkah strategis untuk mendukung kecukupan nutrisi masyarakat melalui produk kesehatan yang berasal dari komoditas andalan nasional, kelapa sawit, termasuk dalam rangka menanggulangi stunting dan wasting,” ujar Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika dalam Rapat Kick Off Kerja Sama Riset Kolaboratif antara Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI) dengan PT Kimia Farma Tbk di Jakarta, Jumat (9/5).

Kerja sama ini ditujukan untuk mengembangkan produk suplemen kesehatan berbasis kelapa sawit sebagai pendukung program makan bergizi gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah.

Putu menjelaskan bahwa inisiatif ini sejalan dengan arahan Presiden RI untuk mengoptimalkan peran kelapa sawit dalam ketahanan nutrisi nasional. “Kelapa sawit selama ini dikenal sebagai sumber ketahanan energi dan pangan. Sekarang saatnya kita juga menggarap potensi nutrisinya,” jelasnya.

Ia menambahkan, masyarakat selama ini belum banyak menyadari bahwa minyak sawit mengandung nutrisi penting seperti Betacarotene, Tocopherol, MCT (Medium Chain Triglyceride), Squalane, dan Antioxidants. Sayangnya, proses pemurnian kimiawi dalam produksi minyak sawit modern sering kali menghilangkan kandungan-kandungan penting tersebut.

“Suplementasi vitamin dari sumber nabati, termasuk dari minyak kelapa sawit yang diproses alami, merupakan opsi cerdik untuk menjaga kecukupan nutrisi masyarakat, terutama bagi kelompok rentan seperti anak sekolah dan ibu hamil atau menyusui,” lanjut Putu.

Kemenperin, lanjut Putu, juga tengah menyusun Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) untuk produk suplemen kesehatan berbasis kelapa sawit sebagai bentuk dukungan terhadap program MBG.

“Keberadaan SNI ini sangat penting untuk membuka peluang keterlibatan berbagai pihak, baik BUMN, swasta, maupun lembaga lainnya, dalam upaya menjaga kecukupan nutrisi masyarakat,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Putu juga menegaskan bahwa rapat kick off ini ditujukan untuk membentuk model pionir kerja sama kolaboratif lintas sektor. “Kami ingin hasil riset tidak hanya berhenti di laboratorium, tetapi mampu ditransformasikan ke skala komersial dengan fasilitasi dari Kementerian Perindustrian,” ucapnya.

Kemenperin akan memfasilitasi pertemuan teknis ilmiah bersama para ahli gizi nasional guna mematangkan konsep produk. Selain itu, kementerian akan menjembatani aspek legal kerja sama, pengelolaan kekayaan intelektual, hingga penentuan syarat agar hasil riset bisa diimplementasikan secara nasional.

“Diharapkan model pionir collaborative research antara MAKSI dan PT Kimia Farma Tbk ini dapat menjadi tonggak sejarah baru dalam pengembangan industri agro berbasis sawit yang potensial dikembangkan hingga ke skala industri komersial,” pungkas Putu.

Exit mobile version