Jakarta (Peluang) : Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah mengedepankan pariwisata berbasis kualitas dan berkelanjutan. Demi menjaga kedua aspek tersebut, sejumlah implikasi pengembangan diterapkan.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, di masa yang penuh ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 dan gejolak perekonomian dunia, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia harus bangkit dengan mengedepankan pengembangan kepariwisataan yang berkualitas dan berkelanjutan.
“Aspek kualitas dan berkelanjutan destinasi wisata menjadi fokus utama pemerintah guna mendukung konservasi dan ekonomi di sektor pariwisata Indonesia,” kata Sandiaga, dalam weekely press briefing, secara virtual di Jakarta, Senin (15/8/2022).
Mantan wakil gubernur DKI Jakarta ini menjelaskan, bahwa visi misi dan arah pembangunan sektor parekraf Indonesia di masa mendatang terfokus pada pengembangan kepariwisataan berkelanjutan. Pengembangan ini diharapkan memiliki sejumlah implikasi yaitu kelayakan ekonomi, kemakmuran lokal, kualitas kerja, keadilan sosial, pemenuhan pengunjung, kesejahteraan masyarakat, kekayaan budaya, keragamaan hayati, efisiensi sumber daya, dan lainnya.
Kemenparekraf juga melaksanakan berbagai program yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas produk, pengelolaan destinasi wisata, service and hospitality management, dan sumber daya manusia (SDM).
Lebih lanjut Sandiaga menegaskan, aspek kualitas dan berkelanjutan destinasi wisata menjadi fokus utama pemerintah demi mendukung konservasi dan ekonomi di sektor pariwisata. Maka itu, ia mengajak seluruh seluruh pengelola destinasi wisata untuk bisa mendukung pariwisata berbasis kualitas dan berkelanjutan.
“Bagaimana agar kita bisa mengembangkan ke depannya sehingga upaya konservasi dan peningkatan ekonomi ini bisa berjalan secara beriringan. Diharapkan semua destinasi wisata harus mempunyai kedua aspek tersebut,” ujar pria kelahiran Pekanbaru, 28 Juni 1969.
Berkaitan dengan aspek tersebut dalam upaya memberikan kenyamanan pengunjung, pemerintah memastikan tidak semua destinasi wisata nantinya mengalami kenaikan tarif . Hal ini kata Sandiaga berkaca pada rencana kenaikan tarif Candi Borobudur di Jawa Tengah dan Taman Nasional Komodo di Nusata Tenggara Timur (NTT), yang dilakukan untuk membatasi pengunjung demi mendukung konservasi destinasi tersebut.
“Tentu bukan berarti semua akan dinaikkan tarifnya, tapi justru harus ada kajian pembatasannya seperti apa, dan bagaimana kita juga bisa memberikan layanan yang lebih baik kepada wisatawan,” kata mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI)
Pada Juni 2022, pemerintah sempat mengumumkan kenaikan tarif masuk Candi Borobudur sebesar Rp750 ribu bagi WNI dan 100 dolar Amerika Serikat (AS) bagi turis asing. Penetapan tarif ini bertujuan untuk membatasi jumlah wisatawan yang masuk hanya sebanyak 1.200 orang per hari. Namun, rencana tersebut diprotes banyak pihak hingga kemudian pemerintah membatalkan.