Jakarta (Peluang) : Pelatihan ini bertujuan meningkatkan ketrampilan agar produk khas Papua berdaya saing dan terhubung dalam ekosistem UKM ekspor.
Guna meningkatkan daya saing produk usaha kecil menengah (UKM) Papua sekaligus menembus pasar ekspor. Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) kembali menggelar pengembangan UKM berbasis kemitraan UKM ekspor bagi UKM di Papua dan Papua Barat.
Kegiatan di Papua Barat diikuti para pelaku UKM kota Sorong. Sedangkan di Papua oleh UKM dari 3 kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom dan Kota Jayapura.
Kegiatan ini merupakan kolaborasi KemenKopUKM dengan PGGPB (Persekutuan Gereja Gereja Papua dan Papua Barat) dalam rangka mengimplementasikan atau melaksanakan amanat Inpres no 9 tahun 2020 tentang percepatan pembangunan kesejahteraan di provinsi Papua dan Papua Barat.
“Pengembangan SDM dilakukan melalui pelatihan vocational teknis produksi dan desain branding bagi UKM Papua Barat dan Papua,” kata Asisten Deputi Pengembangan SDM Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Dwi Andriani Sulistyowati dalam keterangan resminya, Sabtu (15/10/2022).
Dwi mengatakan, produk UKM Papua khususnya di sektor kriya, home decor, dan furnitur memiliki keunggulan tersendiri dan potensi besar untuk diekspor ke mancanegara.
Keunggulan itu antara lain, dari bahan baku yang mudah diperoleh dan produknya sangat unik. Mayoritas masih original artefak atau belum mengalami banyak perubahan, berupa hasil keahlian turun-temurun karena adat yang masih dijaga dengan baik berdasarkan kearifan lokal budaya khas Papua.
“Dengan karakteristik produk tersebut, semakin menguatkan sektor pariwisata Papua karena barang yang asli hanya dapat dibeli langsung saat berkunjung ke Papua,” ujar Dwi.
Namun jelas Dwi, karena adanya kendala khusus, diperlukan peningkatan keterampilan agar produk khas Papua bisa memiliki daya saing dan efisien dalam proses pembuatannya, sekaligus dihubungkan dengan ekosistem UKM ekspor.
Kendala khusus yang dihadapi UKM Papua antara lain proses produksi masih menggunakan peralatan yang sederhana atau tradisional. Sehingga untuk produksi dengan kuantitas besar memerlukan waktu yang lama. Selain itu, masih perlu dibangun kesadaran pentingnya merek atau brand bagi suatu produk.
Dalam hal manajemen keuangan juga masih belum terkelola dengan profesional atau masih satu kantong dengan keuangan rumah tangga. Sehingga terjadi banyak kebocoran keuangan dalam usaha.
Faktor lain adalah kurangnya regenerasi keahlian untuk generasi muda. Sehingga tenaga kerja terampil hanya dimiliki generasi yang lebih tua yang sebagian besar di antaranya terkendala dengan keterbatasan tenaga dan kesehatan.
Selain itu, kurangnya ketersediaan bahan baku penunjang yang berkualitas, sehingga kombinasi bahan seadanya atau kurang optimal.
Maka dari itu kata Dwi, KemenKopUKM berupaya membantu mengatasi berbagai kendala, salah satunya dengan melakukan kegiatan pengembangan SDM, dan tindak lanjutnya proses pendampingan pasca pelatihan yang telah diberikan.
“Terutama mengenai manajemen keuangan, pembuatan merek atau brand, inovasi disain baru, dan pemasaran digital,” ujar Dwi.
Hal ini perlu berkolaborasi dengan kementerian/lembaga lain untuk berbagi peran sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
“Setelah tahap ini dilakukan, maka diperlukan juga percepatan program pelatihan dan pendampingan lanjutan mengenai legalitas sepeti Legalitas usaha dan HAKI atau merek,” kata Dwi.
Langkah Strategis Bangkitkan UKM Papua
Menurut Dwi, dari identifikasi di lapangan, ada beberapa usulan langkah strategis agar UKM Papua bisa bangkit, berkesinambungan, dan memiliki daya saing.
Pertama, perlu membangun pesan pada generasi muda Papua bahwa industri kerajinan itu sangat baik dari sisi potensi komersialnya dan menjaga warisan budaya lokal, yang akan menjadi trademark dari generasi ke generasi berikutnya.
Kedua, perlu melibatkan pemerintah lokal untuk membangun branding yang kuat tentang eksotisme tanah dan budaya Papua. Serta filosofi ketinggian derajat wanita Papua yang terampil menganyam dan merajut
Ketiga, perlu juga melibatkan pemerintah lokal untuk membangun sentra-sentra tanaman bahan baku seperti tanaman noken, pandan, rumput, pelepah pisang, dan sebagainya.
Adapun keempat, yakni perlu banyak membangun sentra-sentra pelatihan proses produksi dan ide-ide inovatif yang didukung oleh survei pasar dan konsisten.
Kelima, membangun kesadaran berkomunitas (kemitraan) untuk saling bersinergi. Dan semakin baik lagi jika komunitas berbadan hukum seperti koperasi.
Sedangkan keenam perlu dukungan pembiayaan untuk modal kerja yang fokus menjaga ketersediaan bahan baku, memperluas akses pasar, membangun ide-ide kreatif, dan meningkatkan kapasitas produksi.
Terakhir ketujuh memperbanyak sentra-sentra kanal pemasaran yang bekerjasama dengan sektor lain seperti pariwisata, pendidikan, dan lain sebagainya.
“Semua usulan langkah strategis di atas, dilakukan dengan terus menjalin komunikasi peserta untuk menajamkan identifikasi masalah dan jalan keluar yang terbaik membantu program percepatan pertumbuhan seluruh tanah Papua,” pungkas Dwi. (S1).