
PeluangNews, Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan kondisi utang negara saat ini masih cukup rendah dibandingkan banyak negara, baik negara tetangga maupun negara G20.
“Berdasarkan data per Juni 2025, nominalnya dengan rasio GDP itu 39,86%. Itu level yang cukup rendah dibandingkan banyak negara, baik negara tetangga maupun negara G20,” kata Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Suminto dalam pemaparan APBN 2026 di Bogor, Jumat (10/10/2025).
Suminto mengatakan, bahwa negara mengambil kebijakan berutang secara hati-hati untuk memastikan utang itu mendukung tujuan-tujuan pembangunan. Utang, jelasnya, adalah instrumen, bukan tujuan.
“Kita memastikan betul utang itu untuk belanja-belanja yang berkualitas dan pada saat yang sama kita ingin utang kita sesuai dengan kemampuan kita membayar di masa mendatang,” kata dia.
Menurut Suminto, utang itu untuk membiayai APBN, baik membiayai defisit maupun pembiayaan investasi. Pemerintah berutang karena pendapat negara belum cukup.
“Kita ingin mencapai sesuatu yang lebih cepat melalui APBN sebagai katalis perekonomian, maka dibenarkan kita belanja lebih besar dari pendapat dengan utang,” ujarnya.
Dia berujar, “Yang penting adalah bagaimana belanja-belanja itu menjadi belanja yang betul-betul produktif berkualitas, menjadi katalis pertumbuhan ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat.” Demikian kata pejabat Kemenkeu tersebut.[]