
Peluang news, Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) berkomitmen untuk terus mendorong ekspor produk pangan Indonesia ke internasional atau pasar global.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Jerry Sambuaga menyampaikan, salah satu cara tersebut dilakukan dengan memastikan keamanan pada produk yang dijual para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui berbagai program dan inisiatif yang digencarkan.
‘”Untuk itu, Kementerian Perdagangan mendukung penuh berbagai upaya ekspor produk pangan ke pasar global,” ujar Jerry dalam keterangannya, Senin (12/2/2024).
Menurutnya, strategi yang komprehensif sangat diperlukan untuk menggenjot ekspor pada 2024 ini.
Adapun, strategi itu meliputi diversifikasi produk ekspor, peningkatan kualitas dan keamanan produk, serta perluasan pasar ekspor ke negara-negara nontradisional.
Oleh karena itu, ia mengatakan, Kementerian Perdagangan telah mempunyai program pendampingan dan sertifikasi Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis and Critical Control Point/HACCP) untuk membantu UMKM ekspor di bidang pangan.
Program yang telah berjalan sejak 2020 ini rencananya akan mendorong sebanyak 12 UMKM ekspor sektor pangan untuk mendapatkan pendampingan dan sertifikasi HACCP pada 2024.
Sertifikasi Hazard Analisys and Critical Control Point atau HACCP ini dibutuhkan sebagai upaya untuk meningkatan kualitas dan keamanan produk pangan ekspor Indonesia.
“HACCP adalah sebuah sistem yang bertujuan untuk memastikan keselamatan konsumen dalam mengonsumsi makanan,” jelas Jerry.
“HACCP meminimalkan risiko kesehatan yang berkaitan dengan konsumsi makanan dan meningkatkan kepercayaan akan keamanan makanan olahan sehingga dapat mempromosikan perdagangan dan stabilitas usaha makanan,” sambungnya.
Dengan demikian, Jerry menegaskan bahwa pihaknya akan terus menjaga kualitas, keamanan, dan keberlanjutan produk sebagai kunci daya saing produk ekspor ke pasar global.
Selain itu, pihaknya juga akan memperluas jangkauan pemasaran produk dengan memanfaatkan peluang pasar nontradisional juga menjadi keniscayaan dalam keberhasilan mengembangkan ekspor.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus sebesar USD 36,93 miliar sepanjang 2023.
Nilai ekspor Indonesia pada periode Januari-Desember 2023 mencapai USD 258,82 miliar, sedangkan nilai impornya sebesar USD 221,89 miliar.
Mengenai hal ini, Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer, Miftah Farid menuturkan, keamanan pangan merupakan hal yang sangat penting untuk penetrasi dan akses ke pasar internasional.
Apalagi, keamanan pangan juga dapat menciptakan reputasi yang baik terhadap produk dan perusahaan dalam jangka panjang.
“Regulasi keamanan pangan saat ini telah menjadi salah satu perhatian di pasar global. Urgensi keamanan pangan meningkat seiring penolakan atas pengiriman ekspor yang tidak memenuhi persyaratan keamanan pangan,” tutur Miftah.
“Hal ini mengakibatkan pemeriksaan yang lebih ketat pada negara pengimpor dan biaya transaksi perdagangan juga ikut meningkat,” imbuhnya.