BANDUNG—Bonus demografi kerap disebut sebagai peluang bagi pertumbuhan Indonesia, tetapi di sisi lain jika tidak didukung dengan kualitas sumber daya manusia yang baik justru akan menjadi bumerang.
Guru Besar Fakultas Pertanian Univeritas Padjadjaran Prof DR Ganjar Kurnia menyampaikan dengan adanya suplai tenaga kerja yang besar tetapi berkualitas baru bonus demografi menjadi kekuatan.
Dalam diskusi virtual bertajuk “Satu Jam Berbincang: Ilmu Memahami Bonus Demografi”, Sabtu (13/2/21) Ganjar menyampaikan, kualitas SDM kelompok usia kerja Indonesia menghadapi bonus demografi masih jauh dari harapan.
Sensus Penduduk 2020 mengungkapkan persentase jumlah penduduk usia kerja (15 – 64 tahun) adalah sebesar 194 juta atau 69,2% dari penduduk Indonesia. Jumlah penduduk usia kerja tersebut ternyata belum seluruhnya mendapatkan pekerjaan.
“Dari 131 juta penduduk produktif yang masuk ke dalam kelompok angkatan kerja, ada 7 juta penduduk yang menganggur. Selain itu, sekira 65% pekerja berada di sektor informal,” ujar Ketua Senat Akademik Unpad ini dalam keterangan tertulis seperti dikutip dari laman situs Unpad.
Sektor ini, menurut Prof. Ganjar, sangat rentan terhadap ketidakpastian pendapatan dan jaminan sosial. Pandemi Covid-19 turut berdampak pada meningkatnya angka pengangguran.
Data Badan Pusat Statistik pada November 2020 memaparkan, tingkat pengangguran terbuka (TPT) untuk kelompok laki-laki serta TPT perkotaan pada Agustus 2020 mengalami peningkatan. Rerata TPT pada 2020 mengalami peningkatan sebesar 7.07%.
“Jangankan mendapat pekerjaan baru, orang-orang yang selama ini sudah bekerja juga banyak yang menganggur,” tuturnya.
Selain itu rata-rata lama sekolah di Indonesia hanya 8,34 tahun. Ini berarti, target harapan lama sekolah sebesar 12,95 tahun tidak tercapai.
Persentase tingkat lulusan perguruan tinggi masih berkisar di angka 9,49%. Angka yang sedikit tersebut masih belum terserap seluruhnya di sektor kerja.
Hal ini dibuktikan dengan data TPT menurut pendidikan pada 2019, TPT pendidikan tinggi sebesar 6,24%. Sementara TPT pendidikan paling tinggi berasal dari lulusan SMK, yaitu 8,63%.
Ganjar mengingatkan, bonus demografi jangan dipandang sebagai insentif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ada beragam masalah yang masih perlu dibenahi.
“Jangan mengira ini adalah ‘bonus’. Orang-orang tidak tahu bahwa kondisi nyatanya seperti apa?” pungkasnya.