hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Daerah  

KELAPA PANGANDARAN GUGAH WIRAUSAHA KAUM MUDA

Selain  mempunyai potensi pariwisata yang  tinggi, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat adalah kawasan kebun kelapa  dengan luas sekitar 21.000 hektare.  Setiap harinya Pangandaran menghasilkan sekitar 700 hingga 750 ribu butir kelapa setiap harinya. Jumlah petani kelapa sangat banyak, bahkan boleh dibilang hampir setiap orang punya pohon kelapa.  

Kelimpahan kelapa di Pangandaran sayangnya tidak berjalan simetris dengan kemakmuran para petaninya. Minimnya pengetahuan pasar, membuat kalangan petani hanya menjadi korban para tengkulak, yang memang piawai mengatur harga jual kelapa. Jerat lainnya adalah iming-iming pinjaman mudah tapi berbunga tinggi sehingga petani tak berdaya ketika pembayaran utang-utangnya dikompensasikan  dengan butir-butir kelapa.

Kondisi yang berlangsung menahun itu membuat Yohan Wijaya merasa gelisah. Ia khawatir orang Pangandaran lambat laun hanya menjadi  penonton di kampungnya sendiri. Dia termasuk di antara sebelas anak muda Pangandaran (kebanyakan anggota  karang taruna) pada 2012 menjual kelapa  secara berkelompok ke pabrik-pabrik pengolah santan. Sayangnya, penjualan tersebut tidak  memberikan dampak yang signifikan bagi para petani kelapa.   Bersama dengan rekannya, pada 2014  Yohan mencoba membuat produk olahan kelapa berupa tepung kelapa. Hasilnya cukup lumayan  sehingga  mereka merasakan perubahan positif terhadap nilai kelapa secara stabil.  Wujud perjuangan Yohan dan kawan-kawannya   berujung dengan pembentukan Koperasi Produsen Mitra Kelapa (KPMK) Pangandaran pada 2016.  Dengan bermodal enam ribu butir kelapa dari para anggota koperasi yang berjumlah 42 orang,  Yohan didaulat menjadi  ketuanya. Usaha kolektif melalui koperasi itu  ternyata berkembang  menjadi perusahan yang mempekerjakan ratusan orang.  Omsetnya terakhir tak kurang dari R p1,5 miiar per bulan. Kini anggotanya sebanyak 42 orang dengan pegawai di unit usaha 120 orang.  KPMK  saat ini memiliki empat produk utama dari kelapa, yakni tepung, arang, serat dan cocopeat. Tepung dan arang, diperuntukkan bagi pasar nasional, sementara serat dan cocopeat,diekspor  ke luar negeri.  “Serat atau fiber ini untuk jok mobil, sofa, kasur, tali, ini dikirim ke Tiongkok. Kalau cocopeat untuk media tanam, kita kirim ke Jepang,” ujar pria kelahiran 1982 ini.

Pencapaian bisnis KPMK ini mengundang apresiasi banyak pihak. Terakhir, melalui fasilitasi Kementerian Koperasi dan UMKM, KPMK menerima hibah lebih kurang Rp 500 juta dari lembaga pertanian asal Belanda, Agriterra.

Hibah tersebut, kata Yohan, hanya untuk biaya penyusunan rencana bisnis (business plan)   pengembangan usaha KPMK.

“Kami sedang merancang pabrik terpadu, output-nya tujuh jenis produk turunan dari kelapa. Teknisnya, koperasi nanti mendirikan PT. Investasinya di kisaran Rp 200 miliar,” ujar lulusan Teknik Kimia Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung ini.

Bisnis kelapa, menurut Yohan, berpotensi besar di Kabupaten Pangandaran. Ia menggambarkan, saat ini luas perkebunan kelapa di Pangandaran mencapai 33.400 hektare. Dari luas tersebut, ia merinci, hanya 21 ribu hektare yang memproduksi kelapa, sedangkan sisanya disadap atau dideres untuk bahan gula.

“Kapastitas produksi perkebunan kita 800 ribu butir per hari. Kita saat ini baru mengolah 6 ribu butir per hari, sisanya sebagian besar dijual ke kota,” tutur Yohan.

 

KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Selain menjalin kerja sama dengan lembaga asing, kerja keras Yohan juga menggugah seorang pengusaha  dari Bandung Eep Magdir.  Dia membantu Yohan membentuk branding koperasi  Bahkan ikut melobi sejumblah perbankan syariah untuk membuat semacam dana bergulir bagi petani kelapa di Pangandaran.  Yang jadi masalah, hampir  90 persen lahan petani kelapa di Pangandaran   sudah digadaikan kepada para tengkulak.  Akibatnya,  petani hanya bisa menonton para tengkulak itu memetik buah kelapanya. Padahal dalam aturan gadai, tidak boleh ambil apa pun dari tanah yang digadai.

“Jadi kami gunakan dana bergulir itu untuk bebaskan petani dari jerat tengkulak.  Saat ini  koperasi membebaskan 20 petani  dari jerat tengkulak,” ujar Eep. Alumni Jurusan Fisika ITB ini meminta lebih banyak koperasi  yang didirikan di Pangadaran untuk menghadapi Kawasan Ekonomi Khusus termasuk di bidang pariwisata.  Kalau perlu koperasi yang memiliki hotel, jasa wisata, rumah makan dan sebagainya.   “Badan usahanya Koperasi, tetapi di bawahnya  berdiri korporasi. Koperasi modern sudah seperti itu, soko guru ekonomi yang menghidupi rakyat,” tukasnya lagi.  Eep memotivasi Yohan dan rekan mudanya untuk  bekerja keras  dalam merekrut lebih banyak lagi petani menjadi anggota koperasi.

Sejalan dengan  rencana pemerintah mencanangkan Pangandaran menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)  pertama di Jawa Barat, kata Ketua Kadin Pangandaran  Teddy Sonjaya menggugah para anak muda lainnya terjun menekuni bisnis lapangan, seperti halnya dilakukan Yohan dengan KPMK. Menurut dia  Pemda Pangandaran masih fokus pada pembangunan  infrastruktur.  Itu juga  baik, terutama kalau reaktivasi jalan kereta api dari Bandung tuntas hingga  ke Pangandaran, bukan hanya sampai  di Banjar seperti saat ini.  Tetapi para pelaku UKM  juga perlu mendapatkan pelatihan agar bisa naik kelas. “Masyarakat jangan hanya menjadi penonton,” ujar Teddy kepada Peluang, beberapa waktu lalu.  Saat ini  Kadin Pangandaran membina antara 200 hingga 300 UKM dari sekitar dua ribu UKM yang terdata.   Sedangkan  pihak Pemkab Pangandaran sendiri mecatat  jumlah UKM  sekitar lima ribu. Potensi lainnya yang sudah digarap cukup baik adalah  gula merah Pangandaran yang termasuk terbaik di tingkat nasional.  Gula merah yang disebut gula semut ini sudah diekspor ke Jepang dan kini sudah dicoba ke Korea,  namun masih terbentur soal standarisasi,” timpal Teddy lagi.

Namun demikian, Pangandaran terap lebih dikenal sebaga idaerah pariwisata. Hal itu kata Teddy merupakan bisnis menggiurkan bagi warga setempat.  Umumnya warga setempat sudah memiliki keahlian tinggi, mengelola rumah makan, hotel, setidaknya homestay (menyediakan rumah untuk tempat tinggal turis).  Jalur kereta api, hadirnya bandara dan jalan tol membuat destinasi wisata akan lebih marak. Waktu tempuh Bandung-Pangandaran bisa tiga jam, mobilitas manusia dan ekonomi bisa lebih tinggi.  Kini, masalahnya berpulang kepada kaum muda Pangandaran. Apakah ingin ikut berperan dalam perekonomian ini,” kata Teddy seraya menambahkan, Kabupaten Pangandaran mempunyai  sejumlah destinasi wisata yang baik, seperti  Pantai Krapyak di Bagolo, Kalipuncang , Pantai Batuhiu di Parigi, Pantai Batukaras dan Cukangteneuh atau dikenal para bule sebagai Green Canton di Cijulang (Irvan Sjafari).

pasang iklan di sini