hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Kei, Kabar Laut Dari Celah Dedaunan Nyiur

Kapal-kapal feri berfungsi menghubungkan puluhan pulau-pulau di sana. Meski memesan penginapan cukup sulit, Kei menjanjikan pesona wisata bahari yang beragam.

Kepulauan Kei adalah destinasi eksotis yang kaya budaya, alam, dan sejarah di Maluku Tenggara. Pemekaran menjadi Kota Tual menjadikan sekitar 100 pulau terbagi dalam 5 (lima) kelompok gugus pulau-pulau, yaitu Kei Besar (Nuhu Yuut), Kei Kecil (Nuhu Roa), Tanimbar Kei (Tnebar Evav), Tayando (Tahayad), dan Kur. Struktur tanah di Kepulauan Kei berbatu-batu dan tandus. Batu dalam bahasa Portugis disebut “kayos”, sehingga puak Portugis yang singgah di sana pada abad-abad lampau menamakannya Pulau Kei.

Beribu kota Langgur, Maluku Tenggara memiliki 119 pulau dan 6 kecamatan. Mayoritas penduduknya adalah suku Kei, diikuti oleh Jawa, Bugis, Makassar, dan Buton. Oleh warga setempat, Kepulauan Kei disebut Nuhu Evav atau Kepulauan Evav. Selain Kei Kecil dan Kei Besar, pulau-pulau besar lainnya adalah Tanimbar Kei, Kei Dulah, Dulah Laut, Kuur, Taam, dan Tayandu.

Tanah putih mendominasi struktur tanah di Kepulauan Kei. Semua pantai berpasir putih dengan lambaian pohon nyiur. Tanah merah yang subur jarang ditemui di sini. Oleh karena itu, sangat jarang masyarakat Kei mengusahakan tanaman pertanian atau perkebunan, kecuali jenis umbi-umbian.

Satu hal yang pasti, wilayah ini menyimpan jejak sejarah kolonial Belanda dan Portugis. Ada Gereja Tua di Kei Besar, bangunan peninggalan misionaris Katholik abad ke-19; dan patung-patung Megalitik peninggalan zaman prasejarah terdapat di beberapa desa seperti Ohoidertawun.

Sadsuitubun, diambil dari nama pahlawan revolusi Ajun Inspektur Polisi Dua Karel Sadsuitubun, yang disalahtuliskan menjadi Satuit Tubun, disingkat KS Tubun, adalah satu-satunya bandara. Lokasinya di Pulau Kei Kecil. Tidak dibangun di Kei Besar karena kontur Kei Besar yang berupa hutan lebat dan perbukitan sulit dijadikan landasan pesawat terbang. Sayangnya, sarana dan prasarana bandara kurang terawat, bahkan kumuh. Pun begitu, bandara ini merupakan fasilitas sangat penting, yang menghubungkannya dengan dunia luar.

Orang Kei dikenal sangat ramah dan menjunjung tinggi nilai gotong royong (masohi). Siapa pun yang datang ke sana akan membenarkan hal itu. Para orang tua pun tersenyum dan senang saat mengajak anak-anak mereka bicara atau bermain dan selalu tersenyum tulus. Di Kei Kecil, taman-taman dihiasi patung Yesus atau salib di dekat pintu masuk setiap desa. Adapun desa Muslim biasanya hanya ditandai dengan adanya masjid.

Masyarakat patrilinial di Kepulauan Kei mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat erat. “Vu’ut ain mehe ngifun, Manut ain mehe tilur”, artinya “telur dari satu ikan dan satu burung”. Sejak leluhur hingga kini, pepatah “ain ni ain”, yang berarti “kita semua adalah satu” tetap mereka pegang teguh.

“Larwul Ngabal” pada hakikatnya adalah dua hukum yang dipersatukan, yaitu Hukum Larwul dan Hukum Ngabal. Hukum Larwul lahir di Pulau Kei Kecil. Di Kepulauan Kei terbagi dalam 22 ratschaap (wilayah adat) yang masing-masingnya dipimpin oleh seorang rat atau raja. Setiap ratschaap masuk dalam salah satu dari tiga persekutuan besar yaitu Ur Siu (Rumpun Sembilan, 10 ratschaap), Loor Lim (Rumpun Lima, 10 ratschaap) dan Loor Labai (Rumpun Penengah, 2 ratschaap).

Setiap ratschaap terdiri dari satu atau beberapa desa (ohoi) yang mempunyai hubungan erat dalam segi teritorial atau geneologis. Ohoi merupakan gabungan beberapa dusun (soa) yang dipimpin oleh orang kay (kepala desa). Setiap dusun atau soa dipimpin oleh seorang kepala soa (kepala dusun).

Di Kei tersedia angkutan umum, tetapi rute dan armadanya terbatas. Sebaiknya menyewa mobil karena dapat menjangkau semua tujuan. Kapal-kapal feri berfungsi menghubungkan pulau-pulau di sana. Meski memesan penginapan cukup sulit, Kei menjanjikan pesona wisata bahari yang beragam.

Terumbu Karang & Spot Diving: Lokasi menyelam yang menakjubkan di sekitar Pulau Kei, seperti Dispensary Reef dan Blue Light Dive Spot. Pulau Bair terletak di Kota Tual, memiliki keindahan dari batu karang yang menjulang tinggi dan disebut juga “surga yang tersembunyi” atau “Raja Ampat Kecil”

Alternatif lain adalah Goa Hawang. Atau Bukit Masbait adalah tempat berdoa untuk umat beragama Katholik. Dari sini wisatawan akan dapat melihat keindahan Pulau Kei Kecil, Pulau Kei Besar dan lautan luas yang berwarna biru kehijauan. Bisa juga Pantai Metro, dengan ciri khas pohon kelapa miring ini 40 km dari Ibu kota Langgur, yang kerap dinaiki oleh wisatawan.

Pantai Pasir Panjang (Ngurbloat) dengan pasir putih halus dan air laut jernih, sering disebut sebagai salah satu pantai terindah di Indonesia. Telah dinobatkan sebagai pasir terhalus di Indonesia. Di sini digelar Festival Danau Ngurbloat. Inilah acara tahunan pertunjukan budaya, lomba perahu, dan pameran kuliner.

Pantai Ngurtafur dengan hamparan pasir putih memanjang ke laut (tombolo) yang bisa dilihat saat air surut hingga dua kilometer. Pantai pasir timbul ini hanya dapat dinikmati pada waktu-waktu tertentu. Anda beruntung jika berada di  pantai ini pada Juli hingga Oktober, hingga dapat menaksikan burung pelikan yang bermigrasi dari Australia.

Hampir semua barang kebutuhan pokok, baik berupa beras, sayur-sayuran ataupun buah-buahan didatangkan dari Jawa, Ambon, Makasar atau Papua sehingga barang-barang kebutuhan berharga beberapa kali lipat dibandingkan dengan di tempat asalnya. Jangan heran jika biaya hidup di kejauhan tenggara Maluku ini tergolong mahal, meski tidak semahal harga-harga di Papua Pegunungan, misalnya.

Potensi ikan cukup melimpah, dengan struktur pantai yang landai menjadikan daerah pasang surut sangat panjang. Saat surut itulah hasil laut seperti ikan, teripang, kerang lola (trochus niloticus), dan sejenisnya dapat dengan mudah dipanen oleh masyarakat. Naasnya, semakin hari hasil laut tersebut semakin sulit didapat seiring rusaknya terumbu karang akibat penggunaan potasium atau bom oleh para nelayan yang difasilitasi para pengusaha ikan.●(Zian/DM)

pasang iklan di sini