Solusi  

Kehabisan Energi Digempur Bisnis Konglomerat

Omzetnya menyusut beberapa hari pascaAlfamart dibuka. Dua pekan kemudian, situasi pulih. “Banyak pelanggan yang tergoda ke sana; tapi karena tidak ada yang menarik, mereka pun kembali,” ujarnya.

Indarto

Dia berangkat dari nol. Sejak masih berstatus mahasiswa, Indarto sempat berjaya dengan usaha roti manis. Omzet bulanannya pun tak bisa dikatakan kecil. Produknya digemari karena ia selalu berinovasi. Nyah Ping sukses sebagai trendsetter dalam hal varian bentuk dan rasa.

Namanya sempat berkibar dalam dunia bakery, khususnya di DIY dan Jawa Tengah Selatan. Ia pemilik brand Nyah Ping, sebuah merek yang tak lazim. Produknya aneka olahan roti manis. Sekitar satu dasawarsa lalu, Nyah Ping sempat menguasai pasar camilan di sana.

Di saat Indarto di atas angin, tiba-tiba produk Sari Roti menggempur pasar lewat berbagai cara. Ini sebuah raksasa bisnis yang masuk ke warung-warung dan pasar di pelosok desa. Dalam persaingan yang tidak imbang, si kecil otomatis jadi korban. Berguguran. Indarto coba bertahan. Namun serangan yang dirasakan membuat energinya terkuras. Dia terpental. Sungguh berat melawan konglomerat,” ujarnya.

Di saat ia sedang berjuang untuk menghindari pupusnya sumber penghidupan keluarganya, ia merasakan kejadian yang dirasakan di luar nalar. Beberapa karyawan bagian distribusi mengalami kecelakaan. Selain itu, produknya mendapat banyak komplain dari pelanggan karena cepat basi.

Tak mampu lagi bertahan, ia pasrah dan menyerah. Ia tak mampu membayar utang hingga seluruh harta kekayaannya disita. Termasuk rumah orang tuanya, yang digunakan untuk jaminan bank, harus terbang karena dilelang. “Saya tak lagi memiliki harga kecuali istri dua anak yang masih balita,” ujarnya.

Ia membuka usaha toko pakan burung. Dimodali teman baik yang bersedia membantu. Bertahan setahun, modal habis, utang berceceran di mana-mana. Ketika nyaris putus asa, ia ketemu sahabatnya, Latif Nuryadi, seorang sales bahan roti yang sukses dengan usaha snack dan jajan pasar. Ia mulai dari menyewa teras rumah di pinggir jalan raya Pleret Kotagede. Berbulan-bulan ia mengambil dagangan dan setor uang hasil penjualan sebelumnya. Alhamdulillah itulah jalannya pemulihan.

Di warung yang dinamainya Kanjaya tidak lagi hanya fokus jualan snack dan jajan pasar saja, tapi berhasil dikembangkan menjadi toko sayuran. Warung yang semula hanya buka dari padi sampai siang diubah buka sampai malam dengan menampah jualan sayur mayur segar.

Setelah menambah item sayur mayur, Kanjaya berkembang pesat. Kebetulan lokasinya berada di area yang sedang tumbuh. Banyak perumahan yang bermunculan di kawasan yang masuk Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul. “Kami sebenarnya membidik semua kelas tapi yang menjadi pelanggan mayoritas segmen atas,” ujar Indarto.

Kini, Kanjaya sudah memiliki kios yang represntatif untuk toko snack, aneka sayur dan kebutuhan dapur. Warungnya hanya menyediakaan barang yang berkualitas. Iajuga  menyiapkan kebutuhan sayuran hidroponik yang dipasok petani secara langsung. Satu hal penting, da tidak mentapkan batasan minimal belanja untuk konsumennya. Ketika toko Alfamat dibuka, jantung Indarto berdenyut cepat. Apalagi selama beberapa hari omzetnya menyusut. Sepekan kemudian omzetnya kembali normal. “Banyak pelanggan yang tergoda ke sana, tapi karena tidak ada yang menarik, mereka pun kembali,” ujarnya. Selain melayani belanja offline, Indarto juga melayani konsumen secara online. Mereka yang tidak bisa datang belanja bisa telepon dan dilayani dengan layanan antar. Saat ini, jasa antar itu masih terbatas di area radius 5 km.●(Nay)

Exit mobile version