octa vaganza

Kebijakan ARB 15% Dinilai Kurangi Risiko Likuiditas

Peluangnews, Jakarta – Per 5 Juni 2023 ketentuan batas auto reject bawah (ARB) sebesar 15% berlaku, dari sebelumnya 7%. Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto, menilai kebijakan ini telah mengurangi risiko likuiditas dengan signifikan.

“Apakah kebijakan ini positif atau negatif? Tergantung point of viewnya. Menurut saya positif,” kata Rudiyanto, dalam edukasi melalui media sosial Twitternya, dikutip Minggu (18/6).

Dia menggunakan studi kasus emiten PT GoTo Gojek Tokopedia. Pada peristiwa ARB GOTO di bulan November-Desember 2022 hingga 11 hari berturut-turut, menurutnya hal itu berkontribusi besar terhadap window dressing yang batal di Desember 2022.

“Suatu saham ketika ARB, tidak hanya turun tapi tidak bisa dijual. Menggunakan GOTO sebagai contoh, tidak ada penawaran beli (BID) sama sekali, hanya ada penawaran jual (Offer). Itupun antriannya sampai 52 juta lot di harga 125 artinya kalau mau jual sekarang di harga yg sama, harus menunggu terjual Rp650 miliar dahulu baru giliran kita,” kata Rudiyanto.

Jika situasi tersebut terjadi pada institusi yang sedang butuh dana untuk membayar redemption atau kewajiban segeranya, yang terjadi pengelola terpaksa harus jual saham lain.

ARB 11 hari berturut-turut dengan bobot yang agak lumayan besar dalam indeks, dimana waktu 2022 bobot GOTO di atas 5% dan masuk top five IDX30 dan LQ45 menyebabkan situasi saham lain terpaksa harus dijual.

“Belum lagi “kepanikan” investor awam karena IHSG & harga saham turun, jadinya mereka ikut-ikutan,” kata Rudiyanto.

Dalam reksa dana, risiko suatu saham sulit dijual berpotensi juga menyebabkan keterlambatan pembayaran dana redemption ke nasabah disebut dengan Liquidity Risk. Biasanya risiko ini ada di saham berkapitalisasi kecil dan menengah. Tapi dengan ARB 7% bisa terjadi juga pada saham penghuni LQ45 juga.

Momentum ARB berdekatan dengan dibukanya kunci larangan bagi pemegang saham existing menjual sahamnya 8 bulan setelah IPO yang jatuh pada 30 Nov 22. Dari 28 November s.d. 30 November, transaksi harian GOTO Rp 270-500 miliar. Begitu ARB hari 4, nilai transaksi turun jadi Rp 65 miliar hingga Rp 20 miliar per hari.

Sebetulnya Rp 20 miliaran per hari “not bad” untuk ukuran saham berkapitalisasi kecil dan menengah, tapi dengan free float yang besar, GOTO sudah masuk dalam 5 besar dan banyak dipegang asing dan institusi jadi terlalu kecil.

“Apakah dengan ARB 15% menyelesaikan masalah, menurut saya, at some point, iya,” kata Rudiyanto.

Per 5 Juni jam 14.27 WIB, angka turnover di Rp 394 miliar menunjukkan jumlah transaksi yg jauh lebih besar waktu vs Desember tahun lalu yang Rp 20-60 miliar.

“Bagi asing dan institusi, likuiditas itu sangat penting. Berdasarkan perbandingan nilai transaksi GOTO waktu ARB 7% di 2022 dan ARB 15% di Juni 2023, saya berkesimpulan bahwa kebijakan ini telah mengurangi risiko likuiditas dengan signifikan. Memang jadinya bisa turun lebih dalam, tapi selama bisa dijual cepat, kenapa tidak,” kata Rudiyanto.

Cek Fundamental

Pengamat pasar modal Teguh Hidayat memberikan saran bagi investor mengenai pemberlakuan batas auto reject bawah (ARB) sebesar 15% telah diterapkan mulai bulan Juni 2023, dari selama pandemi kemarin, batas ARB saham yang diberlakukan oleh BEI berada di level 7%.

Dengan naiknya batas ARB, kerugian nilai investasi yang dialami investor bisa meningkat secara harian, dan perlu diantisipasi.

Dia menjelaskan dalam risetnya, ada tiga cara agar investor bisa tetap untung meski batas ARB dinaikkan, salah satunya adalah diversifikasi.

“Dengan diversifikasi, maka kerugian pada saham yang anjlok bisa ditutupi oleh keuntungan yang dihasilkan oleh saham yang lain,” demikian kata Teguh pada risetnya, dikutip Minggu (18/6)

Untuk menghadapi batas ARB 15%, sebaiknya investor mendiversifikasi minimal 10 saham dan jangan hanya menyimpan dana di 1-2 saham.

Dengan melakukan diversifikasi, maka kalaupun salah satu saham kita bernasib seperti Waskita yang terkena suspensi, maka sisa investasi tetap banyak karena sebagian besar dana ditempatkan di saham-saham lain.

Kedua, segera melakukan analisis ulang terkait penempatan saham, termasuk bila ada dana yang ditempatkan di saham emiten yang tengah bermasalah. Ketika prospek bisnis perusahaan sudah tidak bagus baik di saat ini maupun nanti, sebaiknya segera jual saham tersebut untuk menghindari kerugian pada nilai yang diinvestasikan.

Ketiga, adalah selalu memilih saham dari perusahaan yang benar-benar bagus secara fundamental.

“Jadi bukan saham-saham gorengan ‘calon auto rejection atas (ARA)’ tidak jelas yang katanya bakal dikerek bandar, dan mungkin sahamnya benar-benar naik bahkan sampai ARA. Tapi, karena fundamentalnya tidak ada, maka tak lama kemudian dia ARB berjilid-jilid,” kata Teguh.

Pemberlakuan batas ARB 15%, nantinya bertahap akan menajdi 35% pada September 2023. Teguh menilai, pemberlakuan batas ARB 35% itu dapat berdampak positif kepada pasar modal Indonesia karena aktivitas spekulasi pada saham-saham bandar akan berkurang signifikan dan investor akan kembali ke saham-saham berfundamental baik.

“Investor angkatan Corona yang baru beli saham sejak tahun 2020, belum pernah melihat sebuah saham turun sampai 20-35% dalam sehari, maka mereka tentu akan kaget dan panik jika batas ARB langsung kembali lagi ke 20-35%. Jadi, memang sebaiknya pelan-pelan dengan ARB 15% dulu,” kata Teguh. (Aji)

Exit mobile version