
Peluang News, Jakarta – Badan Pusat Statistik Rephblik Indonesia (BPS RI) mengungkapkan bahwa nilai tahunan ekspor dan impor Indonesia kerap mengalami penuruan belakangan ini.
Bahkan, secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia dari Januari hingga Mei 2024 mencapai US$104,25 miliar atau turun sebesar 3,52 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.
Kemudian, nilai ekspor nonmigas juga turun sekitar 3,84 persen atau sekitar US$97,58 miliar.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyatakan, yang terpenting adalah nilai ekspor bulanan pada April 2024 yangmasih mengalami surplus atau peningkatan hingga saat ini.
“Ekspor bulan April kemarin kan masih surplus sebesar 2,9 dan ekspor bulan kemarin juga angkanya naik,” ucap Airlangga di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (21/6/2024).
Sedangkan untuk penurunan secara Year on Year (YoY), Airlangga mengaku masih akan terus memantau pergerakannya hingga bulan depan.
“Kalau secara year on gear (yoy) itu nanti kita akan lihat di bulan depan akan seperti apa,” singkatnya
Sementara terkait melemahnya Rupiah belajangan ini, Ketua Umum Partai Golkar terdebut masih menganggap hal tersebut ialah hal yang wajar.
Ia mengatakan, pihaknya akan memonitor terlebih dahulu dan menilai bahwa menguatnya tingkat perekonomian Amerika Serikat (AS) merupakan salah satu penyebab melemahnya rupiah.
“Jadi, kita akan monitor saja dinamika atau fluktuasi berbagai mata uang dunia (currency), US dollar menguat, karena salah satunya memang karena ekonomi Amerika sedang kuat atau sedang membaik untuk saat ini,” ujarnya.
Oleh sebab itu, ia menekankan, pihaknya akan terus melakukan berbagai upaya, termasuk engawasan terhadap seluruh pergerakan nilai rupiah ke depannya.