BANDUNG—-Aktivis masjid seharusnya tidak hanya berkutat dengan aktivitas keagamaan saja, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat, bahkan bagi lingkungan hidup. Semangat ini ditunjukan Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Nurul Fikri, Kelurahan Cisaranten, Kecamatan Gedebage, Bandung Badru Hidayat mengkoordinir warga dari RW 12 dan RW14 untuk menyetor sampah plastiknya dan mengubahnya menjai komoditas ekonomis, yaitu pavling block.
“Kami bisa mengolah sebanyak lima belas kilogram sampah plastik per hari. Pembuatan paving block ringkas, sederhana dan cepat menghasilkan uang,” ujar Badru beberapa waktu lalu.
Sejak berdiri Desember 2018, bank sampah ini telah mengumpulkan hampir 1 ton material, terdiri dari 600 kg dus, 200 kg plastik, dan sampah-sampah lain.Menurut pria yang juga menjadi Ketua Bank Sampah di wilayahnya, para pengurus sempat berencana untuk mengolah sampah plastik menjadi bijih yang bernilai tinggi.
“Sayangnya mengolah plastik itu menjadi bijih plastik uraian pekerjaannya terlalu rumit dan memerlukan biaya banyak,” ungkap Badru.
Pemberdayaan warga Kota Bandung untuk mencintai lingkungannya, juga dilakukan Yayasan Hijau Lestari yang menggerakan ibu-ibu untuk mengelola sampah. Ketua LSM Hijau Lestari sekaligus Direktur Bank Sampah Induk Hijau Lestari, Elis Solihat mengungkapkan para ibu didorong untuk memilah sampah mulai dari sumbernya.
“Mengumpulkan dan memisahkan sampah dimulai dari rumahnya masing-masing. Hasilnya setiap hari kami mampu mengumpulkan sekitar dua ton sampah dengan petugas setiap unit 12 orang,”ujar Elis, seraya mengatakan pihaknya mengelola 151 unit bank sampah.
Bank sampah telah memiliki satuan harga per kilogram untuk setiap jenis sampah. Nominal tersebut nantinya akan dimasukkan ke dalam buku rekening. Melalui tabungan itu, nasabah dapat berbelanja di EcoMart atau saldonya dicairkan menjelang Hari Raya Idulfitri.
Wali Kota Bandung Oded M Danial menyebut upaya yang dilakukan warga sejalan dengan program pengelolaan sampah, Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan (Kang Pisman) yang dijalankan oleh Pemerintah Kotamadya Bandung.
Sejak program ini dijalankan berbagai kelompok mulai dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perusahaan swasta mendatangi Wali Kota Bandung dengan membawa gagasan alternative mengelola sampah.
Selain itu melalui Kang Pisman, komunitas yang giat mengelola sampah mulai menggerakan kelompok baru di sejumlah Kawasan Bebas Sampah binaan hasil kerja sama Pemkot Bandung dengan Kota Kawasaki Jepang. Penurunan jumlah sampah di KBS itu mencapai 60 hingga 70 persen sejak program ini berjalan.
“Pemkot mendorong agar bank sampah ada di 1.586 RW yang ada di seluruh Kota Bandung. Saat ini jumlah bank sampah yang ada baru mencapai sekitar 300,” tutur Oded.
Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat Dadan Ramdan menyambut baik program Kang Pisman. Setidkanya sudah ada upaya dan arah yang positif untuk mengurangi sampah. Sekalipun masih perlu kajian yang komprehensif apakah program dari Pemkot Bandung ini benar-benar sudah mengurangi volume sampah.
“Kalau kami menyarankan Pemkot lebih banyak melibatkan komunitas untuk mengurangi sampah. Kalau perlu kesadaran memilah sampah ada di setiap rumah tangga. Pemkot perlu lebih banyak mengadakan edukasi sampai ke bawah. Sampah organik untuk dikelola jadi pupuk dan biogas harus lebih banyak digalakan,” ujar Dadan kepada Peluang, Senin (15/4/2019) (van/berbagai sumber).