Yogyakarta (Peluang) : Universitas harus berperan sebagai laboratorium wirausaha menciptakan entrepreneur berbasis kreativitas dan inovasi teknologi.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (MenKopUKM) Teten Masduki mengimbau kepada universitas di Tanah Air untuk mengubah pola pikir melalui kurikulumnya.
Dengan menghadirkan kampus untuk bisa berperan sebagai laboratorium wirausaha, menciptakan enterpreneur unggul berbasis kreativitas dan inovasi teknologi.
“Tak hanya menjadi laboratorium wirausaha, kita harapkan juga universitas termasuk Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta memiliki inkubator bisnisnya serta pusat riset,” ujar Teten saat memberikan kuliah umum secara daring dalam acara Young Entrepreneur Wanted yang diselenggarakan di Kampus ISI Yogyakarta, Kamis (8/12/2022).
Apalagi di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menurut Teten, terdapat matching fund yang bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa.
Sehingga pengembangan kewirausahaan mahasiswa bisa dikoneksikan dengan riset di universitas. Nantinya hasil riset bisa dihilirisasi dan komersialisasi menjadi sebuah produk unggulan para enterpreneur muda yang lahir dari universitas.
“Karena kalau kita lihat sekarang ini, anak muda sangat berminat untuk menjadi enterprenuer,” kata Teten.
Data dari Asia Pasifik Young Enterpreneur Survei tahun 2021, menunjukkan 72 persen generasi Z dan milenial berkeinginan menjadi wirausaha.
“Nah berbeda dengan generasi saya dulu. Banyak anak mudanya justru ingin jadi pegawai, baik pegawai pemerintah maupun swasta,” ucap MenKopUKM.
Seperti ISI Yogyakarta ini kata Teten, di mana para mahasiswa yang masuk, adalah mereka yang ingin terjun di sektor ekonomi kreatif. Berdasarkan riset Deloitte UK menyebutkan, industri kreatif adalah faktor kunci bagi pertumbuhan ekonomi dari sebuah bangsa dalam jangka panjang.
Jika melihat dari negara tetangga seperti Korea Selatan (Korsel) kata Teten, sukses dengan nation branding mereka di industri kreatif. Korea Selatan sukses melalui budaya K-Pop-nya, yang kemudian mendorong Korsel masuk dalam ekonomi dunia.
“Kita sebenarnya punya potensi ekonomi kreatif yang juga luar biasa. Boleh dikatakan dan banyak juga orang yang mengatakan bahwa, DNA seni budaya kita jauh lebih tinggi dibandingkan bangsa lain. Tinggal saya kira bagaimana ini menjadi kekuatan yang nyata,” ungkap Teten.
Kemudian Teten mengutip data dari Focus Economy Outlook 2021 dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bahwa, potensi ekonomi industri kreatif di Tanah Air menyumbang sekitar Rp1,91 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia tahun lalu.
Bahkan di tengah ekonomi Indonesia yang sedang mengalami pandemi Covid-19, kenaikan rata-rata pertumbuhannya itu mencapai 5,76 persen.
Hal ini menurut Teten, menunjukkan ekonomi kreatif merupakan suatu opportunity ekonomi yang sangat baik. Karena itu penting universitas mengubah mindset melalui kurikulumnya, dan bagaimana kampus, bisa berperan sebagai laboratorium wirausaha menciptakan entrepreneur unggul berbasis kreativitas dan inovasi teknologi.
“Saya sudah berbicara dengan beberapa rektor. Mestinya kita sudah selesai, tidak harus lagi memperdebatkan gagasan tersebut. Seperti ISI memang harus melahirkan para seniman, tapi bagaimana juga bisa melahirkan seniman enterpreneur,” kata Teten.
Lebih lanjut, ia mengungkap hal ini juga
terkait dengan kemampuan ekonomi Indonesia dalam menyerap lapangan kerja. Setiap tahun, ada 3,5 juta lulusan sekolah baru yang akan masuk ke dunia kerja dan 1,7 juta di antaranya adalah sarjana.
Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata normalnya di kisaran 5 persen, yang hanya terserap lapangan kerja hanya sebanyak 2 juta orang.
Untuk itu menurut Teten, penting menyiapkan lulusan kampus melahirkan sarjana bukan lagi sebagai pencari kerja. “Justru menjadi pencipta lapangan kerja atau job creation, sehingga tak banyak pengangguran di Indonesia,” ujarnya.
Pasalnya kata Teten, pada 2045, Indonesia diprediksi menjadi empat kekuatan ekonomi dunia setelah Amerika Serikat (AS), China, dan India. Salah satunya untuk menjadi negara maju adalah dengan meningkatkan jumlah wirausaha. Saat ini Indonesia baru sekitar 3,47 persen, dari target minimum adalah 4 persen.
“Target kita seusai arahan Presiden Jokowi, mencetak 1 juta wirausaha baru dari kalangan anak muda terdidik. Sehingga bisa tumbuh berkembang model bisnisnya yang inovatif dan produknya bisa berdaya saing. Itu kenapa, kami menyasar mahasiswa di kampus berkerja sama menghadirkan inkubator bisnis,” urai Teten.
Di banyak negara jelas Teten, evolusi UMKM terjadi dari awalnya produk berteknologi rendah, model bisnisnya sederhana bahkan bisa dibilang kurang inovatif.
Kemudian bertransformasi dari universitas di luar negeri seperti Australia dan AS, hadir berperan menciptakan evolusi kewirausahaan menjadi bisnis model yang inovatif dan unggul.
Dalam inovasi di kampus, harus mulai menumbuhkan ilmuwan yang mendorong anak-anak muda melahirkan wirausaha yang kreatif. “Sudah banyak contoh anak muda Indonesia dengan produk inovasinya berkiprah di dunia. Seperti Nadiem Makariem dengan Gojek-nya, William Tanuwijaya melalui Tokopedia, hingga Muhammad Yuka dengan produk Brodo-nya,” ungkap MenKopUKM.
Teten berharap, melalui kerja sama dengan ISI Yogyakarta dan beberapa kampus, pihaknya dapat mengambil peran menciptakan The Future Enterpreneur yang mampu menguasai ekonomi digital dunia.
Rektor ISI Yogyakarta Agus Burhan mengapresiasi kerja sama dengan KemenKopUKM dan juga dipilihnya ISI Yogyakarta untuk menyelenggarakan kegiatan Kuliah Umum Young Entrepreneur Wanted.
“Semoga kegiatan Young Entrepreneur Wanted ini dapat menggugah harapan dan semangat baru para calon wirausaha muda dan tentunya juga yang hadir di sini,” ucap Agus.
Menurut Agus, dalam hal program KemenKopUKM tersebut sejalan dengan semangat dan program ISI Yogyakarta untuk bisa memberikan kesadaran pada mahasiswa-mahasiswa calon wirausaha di bidang ekonomi kreatif yang menjadi core keahlian dari sumber daya manusia di ISI Yogyakarta.
“Acara ini tentu menjadi semangat yang berkelanjutan dalam upaya ISI Yogyakarta untuk membangun inkubator bisnis mahasiswa khususnya di bidang ekonomi kreatif,” pungkas Agus.