hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Wisata  

Kampung Karst di Sebentang Rammang-rammang

Rammang-rammang berselimut keindahan kabut di pagi hari. Sajian alam khas Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.Potensi alamnya luar biasa dan lengkap. Ada wisata laut, pantai, pulau, gunung, sungai, budaya, sejarah.

NAMANYA Kampung Karst Rammang-rammang. Lokasinya di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Kampung karst Rammang-rammang adalah salah satu destinasi wisata Sulawesi Selatan yang indah. Sejauh mata memandang, yang tampak hanya gunung karst yang dipenuhi vegetasi. Khas dan unik. Seakan kita menyaksikan pemandangan alam yang bukan di Tanah Air.

Dinobatkan menjadi kawasan pegunungan karst peringkat tiga terbesar di dunia. Selain pegunungan, kawasan ini juga dilengkapi dengan keindahan sungai dan kampung adat. Karst sendiri adalah kawasan batuan gamping yang berpori. Daerah karst biasanya memiliki drainase permukaan dan gua. Wisata Rammang-rammang merupakan wisata alam yang membentang gugusan menara karst terpanjang kedua di dunia setelah Cina dan karst tercantik ketiga di dunia setelah Cina dan Vietnam. Luasnya sekitar 43.700 hektare.

Di sini terdapat 280 gua, 16 di antaranya menjadi situs prasejarah tertua di dunia. Membujur dari timur ke barat menjulang menara alam karst yang dibelah sungai air tawar di musim penghujan dan air asin di musim kemarau—membentuk arsitektur dengan karasteristik relief yang khas dan gua-gua parsejarah yang berumur 15.000 sampai 40.000 tahun masa Miosen awal hingga Tengah Miosen.

Dalam sejarahnya, nama Salenrang berasal dari kata Salempang. Yakni ciri khas masyarakat mengunakan sarung sebagai selendang. Sejarah kekuasaan Raja Gowa memiliki dua Dampang yaitu Dampang Salenrang ri Marusu dan Dampang Ko’mara ri Gowa.  Sejarah kekuasaan Dampang Salenrang di Maros dikenal dengan istilah “Male’leng Panaunna, Butta Tattiri’ka Panrai’na, Batu Ma’lipunga Panai’na, Tallang batangan Passulu’na

Di Desa Salenrang terdapat dua dusun wisata yaitu Dusun Salenrang dan Dusun Rammang-rammang yang dijadikan sebagai Destinasi Wisata Alam Rammang-rammang, plus tiga dusun sebagai penyangga wisata. Jumlah penduduk yang mendiami Desa Salenrang 1.527 KK atau >4.945 jiwa. Mereka umumnya masih memegang teguh agama dan adat istiadat setempat. Mata pencaharian mereka petani, petambak, dan pedagang.

Adapun kata ‘rammang-rammang’ terambil dari bahasa Bugis, yang artinya awan atau kabut. Kabut memang sering muncul setiap pagi di objek wisata ini. Kabut itu ada di setiap musim apa pun. Jadi, dapat digambarkan bahwa obyek wisata ini menyajikan pemandangan pegunungan karst dengan kabut yang biasa muncul menghambat pemandangan di pagi hari.

Kini, taman nasional geopark ini sedang bersiap untuk lebih dikenal dunia karena sedang berproses dalam pencanangan Geopark Dunia oleh UNESCO.

Bukan tanpa sebab wisata yang berada di pegunungan kapur Maros-Pangkep ini diajukan menjadi geopark dunia. Alamnya menyuguhkan pesona yang mungkin sangat langka atau bahkan tidak bisa ditemukan di belahan dunia lain.

Kawasan Rammang-rammang juga merupakan area wisata alam yang cukup lengkap. Tak hanya pesona karst. Rammang-rammang juga memanjakan mata pengunjung dengan sejumlah paket objek wisata lain. Misalnya, menyusuri sungai dengan perahu jolloro disuguhkan pemandangan pohon nipah dan bakau, taman batu, sosokeng, dan sepak labbua, Gua Prasejarah, Watching Bird, River Tour, Night Tour, Kampung Berua, dan kampung budaya Massaloeng. Di Kampung Berua inilah yang menjadi salah satu ikon wisata alam.

Sungai Pute. Ini akses jalan yang harus dilalui para wisatwan yang hendak berkunjung ka Rammang-rammang. Maka dari itu, perahu kecil yang disebut Katinting pun telah disediakan sebagi moda transportasinya. Sungai yang mengandung makna ‘putih’ ini mengalir di antara bebatuan karst. Sungai ini memiliki pesona alam yang sangat mengagumkan. Makanya perjalanan ini akan terasa seperti rekreasi. Berbagai tanaman khas seperti Nipah dan Bakau tak ayalnya akan menyambut para wisatawan yang melintasi area ini.

Selain itu, rute sungai yang bervariasi semakin menmbah keseruan perjalanan ini. Papan-papan penunjuk yang bertuliskan–belok kanan dan kiri–awas batu–seakan merupakan isyarat bahwa perjalan ini bukanlah sebuah perjalanan biasa melainkan sebuah petualangan yang lumayan menantang adrenalin.

Kampung Berua. Ini area yang paling sering didatangi. Untuk mencapai lokasi kampung ini pengunjung harus melakukan perjalanan menaiki perahu motor kecil menyusuri Sungai Pute. Perjalanan bisa dimulai dari Dermaga Rammang-rammang di hulu sungai tersebut.

Karena letak kampung yang di kelilingin bukit Karst, maka sudah pasti kampung ini terlihat seperti cekungan. Keindahan nya semakin tercipta dengan adanya jalan papan yang di buat oleh warga. Bahkan tak jarang bagian jalan ini d jadikan sebagai spot foto oleh para pengunjung yang datang.

Pada bagian sisi kiri jalan papan, terdapat 3-4 Deretan rumah panggung suku bugis. Lalu di bagian kanannya terlihat hamparan bentangan perak-petak sawah juga ada beberapa petak tanaman perairan yang dibudidayakan. Jumlah rumah panggung yang ada di kampung berua tidaklah banyak, bahkan mungkin kurang dari 10 rumah. Letaknya pun terpencar-pencar antara rumah satu dan yang lainnya.

Daya tarik inilah yang menjadikan salah satu keunikan daya tarik tersendiri dari kampung ini. Bukan hanya pemandangan bukit Karst yang memanjakan mata, melainkan juga kearifan lokalnya yang masih dipelihara dan dijaga oleh penduduk lokal.

Telaga Bidadari. Pada saat perjalanan menyusuri Sungai Pute, pengunjung akan melewati sebuah dermaga kecil dengan tulisan Dermaga Telaga Bidadari. Dermaga ini merupakan titik awal untuk menuju ke telaga yang berada di tengah bukit kapur, yakni Telaga Bidadari. Karena tempatnya sedikit tersembunyi serta diapit oleh bukit batuan karst yang tinggi dianggap sangat cocok untuk tempat mandi para bidadari.

Situs Pasaung. Salah satu tempat yang memiliki sejarah cukup menarik yang ada di Kampung Berua adalah situs Pesaung. Pesaung sendiri dalam bahasa Makassar memiliki makna menyabung. Penamaan tersebut tak lepas dari seringnya digunakan tempat ini sebagi area untuk adu/menyabung ayam. Selain itu, di kawasan situs pesaung ini terdapat peninggalan prasejarah berupa lukisan telapak tangan manusia dengan warna merah pada dinding goa. Usia lukisan-lukisan tersebut diperkirakan 15.000 sampai 20.000 tahun.

Selanjutnya, pada bagian dinding lainnya juga terdapat lukisan dengan gambar menyerupai seekor kingkong. Maka dari itu tak heran jika area ini pun kerap dijuluki dengan nama “Kingkong Stone”. Peninggalan-peninggalan ini tentunya menjadi salah satu daya tarik istimewa yang membuat para wisatwan tergerak mengunjungi Rammang-rammang.

Menikamati sunrise dan sunset di kawasan Rammang-rammang memang sangat mengasyikkan karena panorama alam di sekitarnya yang memukau. Maka, datanglah sepagi mungkin agar bisa menyaksikan momen ini. Jangan lupa, perlengkapi diri dengan pakaian serta alas kaki yang sesuai, demi kenyamanan dan mengurangi risiko cedera.

Bagi pengunjung yang hendak melakukan aktivitas trekking pada siang hari

pastikan untuk memakai topi. Kalau perlu pakailah sunblock. Selain Rammang-rammang, Maros juga punya kawasan kawasan karst lainnya yakni  Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang terletak di Sulawesi Selatan. Kawasan karst ini sangat masyhur dengan stalaktit dan stalakmit indah di goa-goa sekitar taman nasional. Area ini sekaligus merupakan habitat berbagai macam kupu-kupu.

Untuk air terjun, Maros memiliki Air Terjun Lacolla yang memiliki tujuh tingkatan. Pada empat tingkatan pertama biasanya pengunjung akan ramai berfoto ria dengan latar belakang pemandangan alamnya yang elok. Tingkatan ini pun merupakan area yang paling populer. Tiga tingkatan lainnya berada agak jauh dari lokasi yang tadi.

Lokasi Rammang-rammang tidak sulit dicapai, karena letaknya di jalur antara Kota Makassar dan Tana Toraja. Tepatnya di Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Hanya saja, untuk mencapai tempat ini memang memerlukan usaha yang lebih karena pengunjung harus menyeberangi sungai dengan kapal.

Jalur paling mudah adalah dengan mengikuti rute angkutan umum Pangkep. Rute ini akan melewati Bandara Internasional Sultan Hassanudin, kemudian melintasi pertigaan Semen Bosowa. Dari pertigaan itu, arahkan kendaraan ke kiri untuk menuju dermaga Salenrang. Mobil atau motor bisa kita titipkan di dermaga ini untuk melanjutkan perjalanan dengan kapal.

Jika kita memilih angkutan umum, mulailah perjalanan dari Kota Makassar dengan menggunakan pete-pete, sebutan untuk angkutan kota di Makassar, yang menuju Pangkep. Pengunjung bisa turun di pertigaan Semen Bosowa. Selanjutnya berjalan kaki sebentar menuju dermaga Selenrang.

Dermaga Selenrang menyediakan kapal-kapal wisata yang tarifnya sekitar Rp200.000 untuk kapasitas hingga empat orang dan Rp250.000 untuk kapal berkapasitas hingga 7 orang. Jika datang dengan kelompok lebih besar, ada baiknya menyewa kapal yang berkapasitas hingga 10 orang dengan tarif sekitar Rp300.000.

Fasilitas penunjang ada tersedia kafe dan penginapan. Kafe sederhana milik warga lokal ini menyiapkan tempat makan dan minum yang cukup eksklusif dengan harga murah. Lebih dari itu juga penginapan yang cukup unik dan bernuansa alam.

Penginapan di sana berbentuk gubuk kecil dengan fasilitas tempat tidur, kamar mandi, dan ruangan yang sejuk. Tarifnya Rp350.000 per malam.

Sebelum berpetualangan di Rammang-rammang, sebaiknya lakukan persiapan berikut: Berangkat setelah shalat Subuh untuk dapat menikmati sunrise yang sangat indah; Pakai sepatu/sandal gunung agar nyaman berpetualang; Gunakan topi dan sunblock untuk melindungi mata dan kulit dari paparan sinar matahari, jangan lupa bawalah topi, sunblock dan kacamata gelap; Bawa tisu dan handuk karena aktivitas outdoor bikin anda berkeringat; Setelah seru berpetualang, saatnya persiapkan lidah dan perut untuk menikmati kuliner, yang tersedia tidak jauh dari obyek wisata.●(Nay)

pasang iklan di sini