octa vaganza

Kami Tetap Survive di Tengah Pandemi

Kebijaksanaan pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Work From Home (WFH) sebagai upaya memotong rantai penyebaran Covid-19,  berdampak pada lumpuhnya roda perekonomian. Tidak hanya memukul kinerja perusahaan besar yang terpaksa harus merumahkan bahkan mem-PHK karyawannya, sektor usaha kecil menengah dan koperasi pun tak luput terimbas pelemahan ekonomi. Memang tidak seluruh sektor usaha terimbas negatif Covid-19. Perusahaan bidang farmasi, kesehatan dan pangan, ternyata mampu bertahan kalau tak boleh dibilang justru mencatat kinerja positif. Seperti diungkapkan Ketua Koperasi Pegawai Logistik Perum Bulog (Kopel Bulog) Fatah Yasin, koperasi yang dipimpinnya tidak terlalu berdampak akibat Covid-19 karena selain berbasis anggota yang solid, juga ikut sibuk bersama induk perusahaannya (Perum Bulog) mengamankan ketersediaan pangan bagi masyarakat. “Kopel Bulog memang tidak terlalu berat terimbas covid-19, namun daya tahan kami sangat tergantung pada sampai berapa lama daya beli anggota dan masyarakat,” ujar Fatah saat bincang via WhattsApp dengan Irsyad Muchtar dari Majalah PELUANG. Berikut petikannya.

COVID-19 MENYEBABKAN EKONOMI DI BERBAGAI SEKTOR TERMASUK KOPERASI TERPURUK. BAGAIMANA DENGAN KOPEL BULOG?

Sebagai koperasi karyawan imbas ini tidak terlalu berpengaruh sepanjang induk perusahaan kami yaitu Perum Bulog tetap eksis. Perum Bulog sendiri di tengah pandemi covid-19 ini bekerja ekstra keras karena harus mampu menjamin ketersediaan pangan untuk seluruh masyarakat

Indonesia. Apalagi dengan adanya kebijaksanaan penerapan PSBB dan WFH ini, berimbas pada melonjaknya permintaan sembako terutama gula, beras, terigu dan minyak goreng. Kami melihat ini sebagai peluang meningkatkan usaha penjualan sembako. Alhamdulillah sejak pemberlakuan PSBB dan WFH, sejumlah lembaga/instansi dan masyarakat luas meminta kami sebagai pemasok Paket Sembako yang akan dibagikan kepada masyarakat terdampak.

BISNIS UTAMA KOPEL SEBENARNYA DIMANA?

Kopel itu jenis koperasi serba usaha, sehingga kita mengerjakan berbagai usaha yang sesuai dengan keputusan Rapat Anggota. Sembako hanya salah satu segmen usaha kami, apalagi koperasi ini memang ada di bawah induk perusahaan pengadaan pangan nasional. Lantaran itu, tak dipungkiri usaha Kopel selama ini sangat tergantung pada induk perusahaannya. Karenanya, ketika saya jadi Ketua Umum, saya melakukan terobosan dengan dua strategi. Pertama, mengembangkan pasar di luar organisasi induknya (Bulog). Jika sebelumnya monopoli pasarnya dikasih (given), antara lain kerja sama dengan Rumah Pangan Kita, maka sambil tetap menjaga pasar yang given itu saya coba mencari pasar lain di luar Bulog.

BAGAIMANA DENGAN DUKUNGAN ANGGOTA?

Anggota tetap solid, apalagi di tengah pandemi  saat ini dimana koperasi kebanjiran banyak permintaan Paket Sembako dalam jumlah besar. Hal ini semakin meyakinkan para anggota bahwa Kopel Bulog tetap survive di tengah masa pandemik. Alhamdullilah Anggota tetap percaya

dan tetap menggunakan jasa koperasi.

MENYOAL KERJA SAMA DENGAN PIHAK LUAR ITU APA SAJA MODELNYA?

Kerja sama dengan pihak eksternal itu dalam rangka mengembangkan variasi usaha yang bersifat out of the box seperti kerjasama dengan BRI berupa BRILink dan Bank Mega Syariah berupa Transmart dan Vinet Telkomsel. Kami menyadari bahwa iklim usaha sedang dalam kondisi yang tidak menguntungkan, jika tidak diantisipasi, pasti berakibat pada penurunan keuntungan. Maka berbagai terobosan mulai dilakukan, salah satunya dengan mendirikan anak perusahaan. Nah dengan anak perusahaan akan kami jadikan untuk merespon strategi pengembangan pasar dan variasi usaha. BRILink untuk program pelayanan jasa keuangan, Bank Mega Syariah bersama Telkomsel untuk program penjualan online, digitalisasi database Anggota dan digitalisasi operasional pelayanan kepada Anggota.

STRATEGI KEDUA ANDA APA?

Kalau strategi pertama itu adalah pengembangan pasar di luar Bulog, maka strategi kedua adalah

menambah usaha-usaha baru yang selama ini sudah dijalankan oleh Bulog. Variasi-variasi usaha itu saya ingin kembangkan dengan jaringan pemasaran berbasis IT. Perlahan semuanya  kita arahkan

pada digitalisasi dengan istilah KOPEL BULOG GO DIGITAL, untuk merespon pasar milenial. Apalagi sekarang menggema istilah “millennials kill everything”. Selain itu, juga memanfaatkan e-commerce seperti Tokopedia dan Shopee.

JIKA COVID-19 INI SELESAI, APA RENCANA KOPEL KE DEPAN?

Kami akan tetap mempertahankan bisnis lama yang sudah berjalan, seperti simpan pinjam, minimarket, apotek, pom bensin sewa menyewa mobil dan aset, serta sembako yang berkembang

sejalan dengan era digital. Pendirian anak perusahaan adalah concern kami untuk menopang 2 strategi besar yang sudah saya jelaskan di atas, yaitu pengembangan pasar baik pasar Pemerintah

maupun swasta dan strategi variasi usaha.

Exit mobile version