hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Kambara Paparkan Model BMI sebagai Masa Depan Pembiayaan dan Pemberdayaan UMKM di Indonesia

Kambara Paparkan Model BMI sebagai Masa Depan Pembiayaan dan Pemberdayaan UMKM di Indonesia

Kambara, Presiden Direktur Koperasi BMI Group, memaparkan Model BMI sebagai pendekatan terintegrasi untuk pembiayaan dan pemberdayaan UMKM
Kambara, Presiden Direktur Koperasi BMI Group./dok.ist

PeluangNews, Depok – Kamaruddin Batubara, atau yang akrab disapa Kambara, Presiden Direktur Koperasi BMI Group, menjadi salah satu narasumber utama dalam seminar nasional bertajuk “Peran Koperasi dalam Pembiayaan dan Pemberdayaan UMKM”. Acara ini berlangsung di Auditorium R. Soeria Atmadja, Gedung Dekanat FEB UI, Kampus Widjojo Nitisastro UI Depok, dan dipandu oleh Emy Nurmayanti, Senior Research Associate UKM Center FEB UI.

Seminar dibuka oleh Herbert Siagian, Plh Sekretaris Kementerian Koperasi RI sekaligus Deputi Pengawasan, yang tampil sebagai Keynote Speaker sebelum memasuki sesi materi dari empat narasumber.

Kebijakan Pembiayaan Luas Tidak Cukup Tanpa Tata Kelola Koperasi yang Kuat

Dalam sesi pemaparannya, Kambara menarik perhatian peserta melalui pandangan kritis dan praktis tentang ekosistem pembiayaan koperasi. Ia menegaskan bahwa pemerintah kini menyediakan semakin banyak fasilitas pembiayaan—mulai dari LPDB, PIP, BPDLH hingga penguatan UPDB di daerah. Namun, menurutnya, keberhasilan pembiayaan tetap bergantung pada kualitas tata kelola, integritas, dan manajemen risiko di tubuh koperasi itu sendiri.

“Pembiayaan hanyalah pintu masuk. Pertumbuhan koperasi ditentukan oleh profesionalitas pengelolanya dan keberpihakan nyata kepada anggota,” ujarnya.

Model BMI: Integrasi Bisnis, Sosial, dan Pemberdayaan

Kambara kemudian menguraikan Model BMI, sebuah model tata kelola koperasi yang ia bangun dan kembangkan sendiri. Ia menjelaskan bahwa Model BMI memiliki karakter unik karena mengintegrasikan:

  • Bisnis,
  • Sosial, dan
  • Pemberdayaan anggota secara langsung.

Model ini diperkuat oleh Model Pembiayaan BMI Syariah, yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan anggota dengan pendekatan kekeluargaan. Dalam praktiknya, Koperasi BMI berperan sebagai pemodal, pendamping, sekaligus offtaker, sehingga anggota mendapatkan dukungan yang lengkap—mulai dari modal, pengembangan usaha, hingga akses pasar.

Salah satu keunggulan model ini adalah kemampuan memberikan pembiayaan tanpa jaminan. Penilaian dilakukan berdasarkan karakter, prospek usaha, dan manfaat sosial, bukan sekadar aset yang dimiliki anggota.

Struktur 5 Instrumen, 5 Pilar, dan 3 Prinsip: Pondasi Pemberdayaan Model BMI

Pada bagian berikutnya, Kambara memperkenalkan Best Practice Pemberdayaan Koperasi Syariah BMI yang dibangun dari struktur fundamental:

5 Instrumen

  1. Sedekah
  2. Pinjaman
  3. Pembiayaan
  4. Simpanan
  5. Investasi

Kelima instrumen ini memberi ruang bagi seluruh kebutuhan—mulai dari bantuan sosial hingga pembiayaan komersial.

5 Pilar Pemberdayaan

  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Sosial
  • Spiritual

Pilar ini menjadi bukti bahwa koperasi bukan hanya lembaga keuangan, tetapi institusi yang membangun manusia secara utuh.

3 Prinsip Ekonomi Syariah

  • Ketauhidan
  • Keadilan
  • Kemaslahatan

Nilai-nilai inilah yang menjadi fondasi setiap aktivitas dalam Model BMI.

Kambara menegaskan bahwa melalui struktur tersebut, koperasi harus menjadi penggerak perubahan sosial, bukan sebatas penyedia layanan finansial.

Perspektif dari Narasumber Lain: Koperasi sebagai Penguat UMKM

Selepas pemaparan Kambara, seminar menghadirkan tiga narasumber lainnya yang memperkaya diskusi:

  • Niken Wulandari, Asisten Deputi Pengembangan Talenta dan Daya Saing Koperasi Kemenkop RI, yang menekankan bahwa koperasi dan UMKM adalah ekosistem saling menguatkan—mulai dari agregasi produksi, akses pasar, digitalisasi, hingga penguatan rantai pasok.

  • Andi Arslan Djunaid, Ketua Umum Kospin Jasa, memaparkan empat pilar keberhasilan lembaganya: jaringan luas, SDM tangguh, inovasi teknologi, dan loyalitas anggota.

  • Setia Irawan, CEO Koperasi Pesantren Al-Ittifaq, menyoroti pentingnya kolaborasi koperasi dengan sektor riil untuk memastikan keberlanjutan pemberdayaan berbasis potensi lokal.

Menuju Model Koperasi Modern yang Humanis dan Berkelanjutan

Rangkaian diskusi dalam seminar ini memberikan gambaran kuat bahwa masa depan koperasi Indonesia terletak pada model yang terintegrasi, profesional, humanis, dan berorientasi pada kemaslahatan. Pendekatan seperti Model BMI menunjukkan bahwa koperasi dapat menjadi motor penguatan UMKM, bukan hanya penyedia pembiayaan, tetapi juga penggerak perubahan sosial yang nyata. (RO)

Baca Juga:Indonesia–Timor Leste Perkuat Kerja Sama Koperasi: Menkop Ferry Desak Revisi MoU dan Aksi Nyata

pasang iklan di sini