JAKARTA—Presiden Direktur Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia Kamaruddin Batubara mengatakan, mayoritas masyarakat yang tidak memiliki air minum dan sanitasi yang memadai adalah masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Berangkat dari kesadaran perlunya masyarakat miskin mendapatkan akses air bersih, maka Kopsyah BMI menjadi lembaga keuangan, sekaligus koperasi yang pertama yang hadir untuk pembiayaan pembangunan sarana sanitasi , kamar mandi lengkap dengan septic tank.
Hingga 2018 Kopsyah BMI menghabiskan Rp48 miliar untuk keperluan ini. Pembiayaan yang diberikan Kopsyah BMI untuk mereka yang tidak mampu berupa hibah.
Untuk anggota koperasi dengan masa keanggotaan satu tahun bisa memanfaatkan Program SKIM Mikro Tata Air untuk membangun sanitasi. Plafon pinjaman hingga Rp10 juta per orang yang membutuhkan MCK yang layak.
“Harapan saya perlu keterlibatan lembaga keuangan lain. Bank jangan hanya menyediakan KPR, tetapi juga kredit kepemilikan WC atau membangun sanitasi. Padahal pembuatan sanitasi punya nilai ekonomis. Kami dalam membangun kamar mandi untuk kaum dhuafa melibatkan ratusan tenaga kerja,” kata Kamaruddin dalam satu sesi diskusi “Indonesia Development Forum 2018:Terobosan dalam Mengatasi Kesenjangan dalam Tingkat Regional”, di Jakarta, Selasa (10/7/2018).
Kamaruddin mengusulkan pemerintah bisa berperan, misalnya dengan menciptakan program Kredit Air Sanitasi untuk Rakyat (KASUR). Pendanaan bisa bisa datang dari donator luar negeri dan CSR.
Dalam diskusi dia mengungkapkan persoalan sanitasi ini penting untuk meningkatkan taraf hidup rakyat. Bagi sebagian masyarakat Buang Air Besar belum menjadi prioritas mereka. Hal lain yang terungkap ialah, pengalaman Kopsyah BMI membangun kamar mandi untuk masyarakat miskin, menjadi satu-satunya bangunan dengan lantai keramik, sementara rumah utamanya masih berlantai tanah dan dinding bilik bambu.
Selain membangun kamar mandi, Kopsyah BMI mempunyai program membangun rumah gratis, membantu pembuatan tempat air wudhu dan sumber air untuk musala di tempat-tempat yang terpencil.
“Kami ingin menunjukkan bahwa koperasi bisa beperan untuk mengatasi masalah pengetasan kemiskinan dan kesenjangan regional,” tutupnya(Van).