Kakak Menkeu Sri Mulyani, Nining I Soesilo Borong BMI Collection

Kakak kandung Menteri Keuangan Sri Mulyani, Nining I Soesilo saat mengunjungi Koperasi BMI Grup/Dok. Peluang News

Peluang news, Jakarta – Kakak Menkeu Sri Mulyani, Nining I Soesilo mengunjungi Kompleks Time Square, Gading Serpong, Tangerang, Selasa (2/1/2024).

Didampingi oleh Presiden Direktur (Presdir) Koperasi BMI Grup, Kamaruddin Batubara, ia meninjau dam memborong sejumlah produk anggota Koperasi BMI di BMI Collection.

BMI Collection sendiri merupakan sentra produk usaha anggota Koperasi BMI yang dikelola oleh Koperasi Konsumen Benteng Muamalah Indonesia (Kopmen BMI).

Selain itu, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) ini juga memborong sepatu, ikat pinggang, daster, peci bambu, dan topi bambu.

Tak hanya barang fashion, ia juga memborong berbagai makanan atau kuliner yang dijual, seperti madu baduy, selai labu madu, beras BMI, minuman herbal, dan bawang goreng.

Lebih lanjut, Nining menjelaskan, Koperasi BMI menjadi best practice Grameen Bank dalam peningkatan ekonomi masyarakat melalui penyaluran Ultra Mikro (UMi).

Diketahui, Grameen Bank memutarbalikkan konsep perbankan umum yang dibuat oleh Bassle Accord dengan memberi pinjaman hanya kepada perempuan dan tanpa agunan dengan syarat utamanya adalah debitur harus miskin.

Bahkan, di Halifax Canada pada 2006, Muhammad Yunus menyampaikan bahwa ‘the more you stay away from Government, the better’. Hal ini dikarenakan Grameen Bank bukan dibiayai oleh pemerintah, melainkan dibiayai oleh gerakan Masyarakat Sipil Dunia.

Kakak kandung Menteri Keuangan Sri Mulyani, Nining I Soesilo saat mengunjungi Koperasi BMI Grup/Dok. Peluang News

Walaupun diilhami oleh Grameen Bank, konsep program UMi berbeda, yaitu justru mengharapkan adanya campur tangan pemerintah.

“Saat saya diundang pertama kali oleh Kemenkeu pada tahun 2014 yang waktu itu menterinya masih Pak Bambang Brodjonegoro, untuk membuat konsep Mekar atau konsep Mengangkat Ekonomi Rakyat, saya sering bertanya, di mana sih peran pemerintah? Ini karena saat ingin memberi pinjaman ke orang miskin, koperasi terpaksa harus meminjam di bank umum dengan biaya dana mencapai 16 persen,” ujar Nining.

Alhasil, anggota koperasi (perempuan miskin) harus mengembalikan pinjaman dengan bunga sebesar 24 persen.

Meski tampak besar, tetapi spread 8 persen ini (yaitu 24 persen dikurangi 16 persen) dimanfaatkan 60 persennya untuk pendampingan usaha. Ini semacam pendidikan dan pendampingan anggota koperasi.

“Buktinya, Kopsyah BMI yang dahulu bernama LPP-UMKM kini telah berhasil memberdayaakan ekonomi anggotanya, mengangkat kehidupan anggotanya hingga produknya bisa dipasarkan oleh Koperasi BMI sendiri,” kata Nining.

“Jadi, kalau mau koperasinya berhasil, dia harus ada pendampingan usaha dan pendidikan koperasi bagi semua anggotanya,” imbuhnya.

Sementara itu, Presiden Direktur Koperasi BMI Grup, Kamaruddin Batubara mengatakan, pihaknya menyadari bahwa pendidikan perkoperasian bagi kesejahteraan bersama merupakan hal yang sangat penting.

Hal ini dikarenakan, menurutnya, pendidikan tidak hanya untuk pengurus saja, melainkan juga ditujukan untuk anggota di 100 cabang Kopsyah BMI untuk mentransferkan pendidikan perkoperasian, mulai dari level manajer cabang, asisten manajer, staf lapang sampai ke anggota.

“Kesadaran berkoperasi anggota hanya bisa dibangun melalui pendidikan perkoperasian. Dengan pendidikan ini, maka mindset anggota jangan hanya berfokus pada pembiayaan semata, melainkan juga ikut aktif sebagai pemilik, pengguna pengendali Kopsyah BMI.  Konsep Umi yang dicetuskan oleh Bu Nining membantu koperasi seperti BMI untuk memberdayakan anggota,” tutur pria yang akrab disapa Kambara itu.

Tak hanya itu, Kopsyah BMI juga memiliki berbagai program pemberdayaan anggota. Pada prinsipnya, pemberdayaan anggota harus dapat menumbuhkan usaha baru dan membantu ekonomi anggota dengan menciptakan usaha.

“Pemberdayaan Kopsyah BMI sendiri meliputi program hortikultura, peternakan bebek petelur dan pedaging, pendidikan perkoperasian, pelatihan otomotif, peternakan sapi dan kambing hingga legalitas usaha anggota seperti izin sertifikat usaha, INB, dan sertifikat halal,” paparnya.

Dengan adanya pendidikan dan perkembangan , Kambar berharap agar para anggotanya dapat lebih memahami seluk beluk koperasi termasuk hak dan kewajibannya.

“Dengan anggota yang semakin terdidik, maka Kopsyah BMI akan jauh lebih kuat karena memiliki anggota yang militant kepada koperasinya,” ucap Kambara. (OL-1)

Baca Juga: Direktur UKM Center FEB UI Minta Pelaku Usaha Tidak Andalkan KUR

Exit mobile version