octa vaganza

Jurus “Power of Kepepet” Dorong Pasutri Jombang Ini Bisnis Pelindung Wajah

JOMBANG—-Pada 2015, Elok Lailatul Maghfiroh bersama suaminya Budi Setiadi memutuskan untuk mendirikan usaha, karena gaji sebagai guru madrasah tidak cukup memenuhi kebutuhan hidup. Mulanya mereka membuat undangan, suvenir hingga kreasi mahar untuk pernikahan. Kemudian akhirnya mereka mendirikan Wedding Organizer dengan nama Java Store Jombang.

“Usaha kami kemudian menunjukan hasil, kami bisa membeli rumah hingga mobil, walau dengan cara mencicil.  Setiap bulan kami bisa meraup omzet hingga Rp100 juta dengan margin antara Rp15 hingga Rp20 juta,” papar Elok ketika dihubungi Peluang, Kamis (18/6/20).

Sayangnya pandemi Covid-19 membuat usaha pasangan suami-istri (pasutri) drop. Kondisi Covid-19 menyebabkan tidak boleh adanya hajatan. 

“Ketika puasa kami  beralih usaha dengan mini parcel, sembako, jualan dus, intinya karyawan tidak dirumahkan.  Setelah Hari Raya berlalu,  kita bingung juga, karena kondisi makin parah. Lalu Kita dapat tawaran dari teman buat pelindung wajah (face shield).  Lalu  buat sendiri, ketika diupload di media sosial dan banyak pesanan masuk,” kata Elok.

Setelah melalui perjuangan bisnis baru ini mendapatkan ahsil sebulan terakhir. Produksi mereka bisa dikirim ke Bali, Kalimantan selain dipasarkan di Jawa. Mereka juga menjadi imprtir produk dari Tiongkok.  

“Boleh dibilang senang, ya senang, tetapi juga susah, ya susdah dengan kondisi seperti ini.  Kalau boleh meminjam ungkapan seorang motivator, ini merupakan power of kepepet dan mudah-mudahan pandemi berakhir,” cetus Elok.

Selama satu bulan, omzetnya sekitar Rp80 juta dan dari jumlah itu marginya puluhan juta rupiah. Dalam sehari mereka dibantu karyawan harus memproduksi seribu hingga dua ribut unit pelindung wajah. Pemasaran dilakukan 40 persen melalui media sosial.

Elok memproduksi pelindung wajah ini di rumahnya, kawasan Griya Anugerah, Denanyar, Jombang dengan sepuluh karyawan dan dibantu tetangganya. Tidak mengherankan, kalau setiap hari sejumlah perempuan tampak memotong karet elastis, ada yang menempelkan busa ke ujung mika, juga ada yang sibuk melakukan pengepakan.

Perempuan-perempuan itu begitu cekatan. Tangan-tangan mereka cukup terampil memilih, memilah, hingga merakit bahan-bahan yang sudah disiapkan. Sejurus kemudian, benda yang awalnya terpisah-pisah itu menjadi barang jadi, yakni face shield atau pelindung wajah.

“Ini model face shield yang bisa dibuka-tutup atau flip. Ada juga model paten. Kami memproduksi untuk anak dan dewasa,” kata Elok memamerkan produksinya, seperti dikutip dari Beritajatim, Rabu (17/6/20).

Elok menawarkan beberapa model face shield. Di antaranya, model flip dan paten, baik untuk anak maupun dewasa. Menariknya lagi, untuk model anak terdapat hiasan stiker tokoh kartun seperti doraemon, spiderman, frozen, dan gambar tokoh kartun lainnya.

Semua itu semakin klop dengan bahan dasar yang berkualitas. Yaitu menggunakan bahan mika PVC dengan ketebalan 0,40 milimeter, kemudian menggunakan busa yang lebarnya 3 centimeter dengan tebal 2 centimeter. Sudah begitu, harga yang dibanderol juga tidak menguras kantung.

“Face shield anak harganya antara Rp 17 dan Rp 20 ribu, sesuai model. Sedangkan dewasa antara Rp 20 sampai Rp 25 ribu, juga tergantung model. Harga tersebut bisa jauh lebih murah jika pembelian reseller atau minimum order satu lusin (12 biji). Eceran dengan reseller tentu beda harga,” ujarnya menawarkan.

“Kedepan, setelah pandemi usai, kami  akan kembali ke bisnis semula yakni wedding, percetakan undangan, suvenir, mahar, hantaran, dekorasi dan sebagainya.  Karena ada pengalaman impor kemungkinan kita akan ada usaha baru yakni impor dari Tiongkok,” tutup dia (Irvan Sjafari).

Exit mobile version