octa vaganza

Jurus Brand-Brand Global Hadapi Problematik 1.026

            “Kami percaya, jika kami selalu menghadirkan produk-produk hebat ke hadapan konsumen, mereka akan terus membuka dompet mereka,” ujar Steve Jobs.

BANYAK cara menyiasati krisis. Alih-alih menggunakan strategi bertahan, perusahaan-perusahaan berikut ini justru meluncurkan produk baru, meningkatkan budget marketing untuk mendongkrak pemasaran produk unggulan, dan meluncurkan program yang cerdik dan kreatif.

Apple Malah Luncurkan iPod dan MacBook. Pada 2001 Amerika Serikat mengalami resesi ekonomi. Kondisinya diperparah dengan peristiwa serangan 9/11 yang pada akhirnya membuat Amerika mencetak rekor utang terbesar sepanjang sejarah negara adidaya itu. Di tengah kondisi ekonomi yang tidak kondusif, Apple justru meluncurkan produk iPod.

Bukannya memangkas jumlah pegawai dan cost pascaserangan tersebut, Apple justru memilih menciptakan dan memasarkan produk-produk barunya yang berkualitas premium.“Kami percaya, jika kami selalu menghadirkan produk-produk hebat ke hadapan konsumen, mereka akan terus membuka dompet mereka,” ujar Steve Jobs pada 2003 silam. Strategi ini tidak hanya membantu Apple bertahan dalam menghadapi resesi ekonomi, sekaligus mengantarkannya menjadi salah satu brand raksasa dunia.

P&G Naikkan Marketing Brand Deterjen.  Alih-alih memangkas budget marketing, ketika Great Depression melanda Amerika pada dekade tahun 1930-an, P&G justru menggenjot marketing produk sabun cuci (deterjen) merek Oxydol yang merupakan kebutuhan primer masyarakat. P&G mengevaluasi serius produk-produknya. Kesimpulannya, P&G berfokus pada brand deterjennya.

Dengan tagline branding “mencuci 25% hingga 40% lebih cepat” dan promosi bahwa produk mereka menghasilkan cucian 4 hingga 5 tingkat lebih putih dibanding sabun lainnya, Oxydol mampu memperkuat posisi pasarnya kala itu. P&G juga menggunakan strategi marketing melalui siaran radio yang pada masa itu merupakan sumber hiburan yang paling banyak diakses ibu rumah tangga. Bahkan, pada 1933, Oxydol memiliki siaran opera sabun di radionya sendiri, yang bertajuk “Oxydol’s Own Ma Perkins”.

Hyundai Luncurkan Program Jaminan Pengembalian Mobil. Ketika resesi ekonomi menerpa Amerika pada tahun 2008, banyak konsumen yang menahan untuk membeli barang-barang yang bukan kebutuhan primer. Tentu saja hal ini memukul telak industri mobil Amerika. Penjualan mobil menurun sebesar 25%.

Saat itu, Hyundai hadir dengan program “Hyundai Assurance.” Program ini memberi jaminan kepada konsumen bahwa mereka dapat mengembalikan mobil yang mereka beli dalam waktu satu tahun ke belakang—jika mereka terkena PHK, mengalami kecelakaan yang berakibat cacat, kehilangan SIM karena alasan-alasan medis, kebangkrutan bagi para wiraswasta, dan kematian yang disebabkan oleh kecelakaan. Strategi tersebut sangat sukes. Pada Januari 2009, tingkat penjualan Hyundai meningkat 14% dibanding tahun sebelumnya. Market share Hyundai juga naik 0,7% berkat program tersebut.Tupperware Gunakan Sales PHK. Resesi ekonomi Amrika 2008 membuat banyak pekerja di Amerika terpaksa dirumahkan oleh kantornya. Tak terkecuali Tupperware. Pada 2007—sebelum resesi melanda, jumlah sales representative Tupperware mencapai 1.851.450 orang, tapi pada 2008 jumlah tersebut meningkat pesat jadi 2.275.934 juta orang. Pada 2009, satu tahun sejak resesi ekonomi, penjualan Tupperware meningkat 20%. Hal ini juga terdorong oleh perubahan perilaku konsumen yang cenderung berhemat dalam segala hal, termasuk dalam urusan makanan. Memetik pelajaran dari tren tersebut, Tupperware meluncurkan berbagai produk wadah yang dapat digunakan untuk menyimpan bahan-bahan makanan maupun makanan sisa di kulkas.

Exit mobile version