Pelaku usaha, terutama pemula perlu menyiapkan kuda-kuda kokoh untuk menopang bisnis berkelanjutan. Mengenali risiko dan melakukan inovasi serta adaptasi dapat menghindari dari kebangkrutan.
Banyak pelaku bisnis menghadapi kesulitan dalam mengembangkan usaha. Bahkan, tidak sedikit yang akhirnya gulung tikar. Terlebih dalam situasi ekonomi penuh tantangan, mempertahankan bisnis merupakan pekerjaan yang tidak ringan.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 90% usaha baru di Indonesia tidak bertahan lebih dari lima tahun. Ini menunjukkan perlunya strategi yang lebih baik dalam mengelola sumber daya dan memanfaatkan peluang.
Keberhasilan bisnis tidak hanya bergantung pada ide yang baik, tetapi juga pada pelaksanaan yang tepat dan manajemen yang efisien. Oleh karenanya, langkah penting seperti membangun kemitraan, meningkatkan kualitas produk, dan memanfaatkan teknologi digital sangat krusial agar bisnis dapat bertahan dan bersaing.
Mengapa Bisnis Gagal?
Kegagalan bisnis sering disebabkan kurangnya perencanaan matang. Tanpa rencana yang jelas, pengusaha kesulitan mengelola sumber daya, mencapai target, dan mengatasi tantangan. Masalah permodalan juga menjadi hambatan besar, membuat bisnis sulit beradaptasi dengan pasar dan memenuhi kebutuhan operasional. Selain itu, kesalahan manajemen dapat menyebabkan pemborosan, konflik internal, dan keputusan yang salah.
Persaingan ketat juga membuat bisnis baru sulit menarik pelanggan dan mempertahankan keuntungan. Oleh karena itu, penting bagi pengusaha untuk memiliki strategi yang adaptif dan inovatif agar tetap kompetitif.
Risiko yang Dihadapi Pengusaha Pemula
Risiko pasar adalah tantangan utama saat memasuki pasar yang jenuh, termasuk kesulitan menemukan pelanggan dan memahami kebutuhan mereka. Selain itu, ada risiko finansial, seperti kekurangan modal atau kesalahan dalam pengelolaan keuangan yang juga dapat menyebabkan kebangkrutan.
Pengusaha pemula juga sering dihadapkan pada risiko operasional, seperti masalah produksi atau logistik, yang berpotensi mengganggu kelancaran bisnis. Oleh karena itu, pengusaha perlu melakukan analisis pasar secara mendalam dan merumuskan strategi untuk meminimalkan risiko tersebut.
Pengusaha dapat mengenali risiko dengan melakukan analisis SWOT, yang menilai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi bisnis. Riset pasar juga penting untuk memahami tren, perilaku konsumen, dan pesaing.
Konsultasi dengan ahli di bidang hukum, keuangan, atau bisnis dapat membantu pengambilan keputusan yang lebih baik. Selain itu, memantau lingkungan bisnis secara terus-menerus akan memastikan bisnis tetap relevan dengan perubahan ekonomi, politik, dan sosial.
Inovasi dan Adaptasi untuk Bertahan
Kemampuan untuk berinovasi dan beradaptasi sangat penting, terutama di masa krisis. Perubahan perilaku konsumen selama krisis menuntut pengusaha untuk kreatif dalam menghadapi tantangan. Dalam ekonomi kerakyatan, inovasi bisa berupa pengembangan produk yang lebih relevan dengan kebutuhan lokal atau meningkatkan efisiensi produksi.
Adaptasi juga penting, seperti yang dilakukan banyak pelaku bisnis selama pandemi, yang beralih ke penjualan online atau promosi melalui media sosial. Inovasi dan adaptasi adalah kunci untuk bertahan di tengah krisis.
Untuk menghadapi krisis, pengusaha membutuhkan mental yang kuat, perencanaan yang baik, dan kemampuan beradaptasi. Ekonomi kerakyatan menawarkan solusi yang kuat untuk membangun bisnis berkelanjutan. Dengan strategi yang tepat, pelaku bisnis dapat bertahan dan tumbuh, menjadi penopang utama ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Sebagai pengingat bahwa bisnis bukan hanya tentang berjualan, tetapi mencakup seluruh proses dari awal hingga akhir. Ini adalah perjalanan yang membutuhkan perbaikan berkelanjutan. Branding dan penjualan hanyalah sebagian kecil dari proses yang melelahkan ini. (Adv)