
Peluang News, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, dirinya sangat mendorong integrasi kerja dari pemerintah pusat maupun daerah dalam mengendalikan inflasi di tanah air.
Apalagi, ia mengatakan bahwa Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memberikan peringatan bahwa saat ini dunia tengah mengalami perubahan iklim dengan gelombang panas yang tinggi dan berpotensi akan berpengaruh pada urusan pangan.
“Bahkan, di India sampai 50 derajat celcius, di Myanmar 45,8 derajat celcius, panas sekali. Kalau orang panas mungkin bisa masuk ke rumah, berteduh bisa, tapi urusan pangan. Hati-hati masalah ini,” kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat (14/6/2024).
Oleh karena itu, ia meminta agar berbagai perencanaan dalam menghadapi gelombang panas tinggi harus dapat dikalkulasi dan diantisipasi mulai saat ini.
“Hal ini guna menghindari kekeringan yang akan berpengaruh terhadap produksi pangan nasional. Diperkirakan 50 juta petani akan kekurangan air, tidak ada air dan akan masuk pada tadi kekurangan pangan. Artinya apa, jangan main-main urusan kekeringan, jangan main-main urusan gelombang panas. Larinya nanti bisa ke inflasi,” tegasnya.
Selain itu, mantan Wali Kota Solo ini mengungkapkan, dalam tiga bulan terakhir, ia juga telah menginstruksikan Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bekerja sama dengan Panglima TNI untuk memasang sejumlah pompa air di daerah.
Nantinya, pompa-pompa yang dipasang tersebut akan digunakan untuk mengairi sawah dari para petani di seluruh Indonesia.
“Jadi, mungkin 20-an ribu pompa akan kita pasang di daerah-daerah yang memiliki produksi utamanya beras, tapi bukan hanya beras saja, utamanya beras. Pompa dari sungai naikkan ke atas untuk mengairi sawah. Baik itu sungai besar, maupun sungai sedang, sungai kecil semuanya manfaatkan air jangan biarkan air terus masuk ke laut,” ungkapnya.
Tak hanya itu, ia juga mendorong agar pemerintah daerah dapat segera meningkatkan sistem pertanian menjadi lebih modern dengan menggunakan sistem smart agriculture terutama untuk produk pangan unggulan.
Hal ini dikarenakan, menurutnya, investasi juga diperlukan untuk membangun industri pengolahan sehingga nilai tambah produksi pertanian meningkat.
“Undang investasi untuk membangun industri pengolahan, untuk membangun pabrik pengolahannya, sehingga nilai tambah dari setiap produksi yang ada di pertanian, perkebunan kita menjadi berlipat. Kemudian bangun juga sistem distribusi yang naik dan terintegrasi,” terangnya.