hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Jokowi Salah Kaprah, Proyek IKN Harus Sekretif karena Bukan Bangun Perumahan

Peluangnews, Jakarta – Presiden RI Joko Widodo berpendapat tidak mempermasalahkan penggunaan pengawas asing untuk proyek pembangunan di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur. Alasannya untuk menjaga kualitas barang yang dihasilkan.

Pendapat Jokowi, sapaan Presiden RI ini, disesalkan ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat. Sebab Presiden belum paham bahwa membangun IKN berbeda dari membangun kluster perumahan untuk swasta seperti BSD, Lippo Karawaci ataupun Meikarta.

“Membangun IKN diperlukan prinsip secretive dan kehati-hatian karena IKN adalah simbol kedaulatan dan simbol eksistensi sebuah bangsa,” kata Achmad Nur Hidayat, melalui keterangan yang diterima, Sabtu (17/6/2023).

Menurut Achmad Nur Hidayat, dalam best practice negara lain membangun ibu kotanya, tidak ada campur tangan asing sebagai pengawas, pekerja dan konsultan.

“Jika pun ada, partisipasi asing hanya bentuk capital (modal) yang sifatnya monetary bukan How-Know-Techincal membangun IKN,” ungkap Achmad.

Sebelumnya Presiden Jokowi antusias menjelaskan bahwa pengawas asing dalam proyek IKN bukan untuk menarik investor asing namun untuk memastikan hasil pembangunan ibu kota baru sesuai harapan. Presiden mengatakan tujuan menggunakan pengawas asing karena ingin menaikan level kualitas.

“Jangan nanti hasilnya nanti kayak SD Inpres, mau?” kata Jokowi beberapa waktu lalu.

Achmad berpandangan pernyataan Presiden Jokowi yang mengizinkan pengawas asing melakukan penjagaan terhadap kualitas barang bangunan IKN adalah salah arah.

Dia mempertanyakan apakah Presiden tidak dinasehati oleh Panglima TNI, Lemhanas ataupun Dewan Penasehat Militer, bahwa IKN adalah rahasia negara dan blue print IKN merupakan sesuatu yang harus dijaga kerahasiannya dengan nyawa.

“Bila ini dilakukan dengan sengaja, berarti konsep IKN sudah bergeser dari ibukota negara menjadi kluster perumahaan yang motifnya adalah mencari untung. Bila untuk kluster property sebaiknya tidak perlu ada UU IKN dan kehebohan sampai ke MK. Itu namanya prank nasional,” kata Achmad.

Pengawas Asing Asal Tiongkok dan UEA

Sebelumnya Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia mengharapkan dukungan dari Tiongkok, khususnya dari tim ahli dari Shenzhen, untuk merancang, mengelola, dan membangun klaster pendukung di IKN.

Luhut katakan, pemerintah telah bertemu dengan perwakilan khusus dari Presiden Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed (MBZ) yang akan bergabung dengan tim dari Shenzen dan tim IKN. Dalam IKN, terdapat sembilan klaster yang dibangun bersama oleh pemerintah dan swasta. Pemerintah mengklaim Tim IKN juga banyak menerima minat dari perusahaan Tiongkok.

Menanggapi hal tersebut, Achmad berpandangan kehadiran pengawas ahli dari Shenzhen Tiongkok, dan UEA sebenarnya sangat membahayakan kerahasiaan blue print IKN, kecuali bila IKN berubah konsep hanya sekedar proyek property seperti halnya BSD, Lippo Karawaci atau Meikarta.

Sebab bila begitu konsepnya, itu bukan IKN sebagai simbol negara dan simbol kedaulatan NKRI namun sekedar proyek bisnis yang sebenarnya tidak perlu melibatkan Presiden seintens itu.

“Bila konsep ini IKN sebagai simbol kedaultatan NKRI, maka kehadiran pengawas asing asal Tiongkok dan UEA harus dilarang dan para pejabat yang mendorong kehadiran asing harus ditanya oleh DPR , niat dan kepentingan pribadi mereka dari proyek IKN tersebut,” kata Achmad. (Aji)

Baca Juga: Jokowi : Pengawas Asing di Proyek IKN Demi Jamin Kualitas

pasang iklan di sini