
PeluangNews, Jakarta-Pembangunan Jembatan Pandansimo oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menandai babak baru konektivitas pesisir selatan Pulau Jawa, tepatnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Jembatan ini tidak hanya menjadi penghubung penting Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS), tetapi juga dirancang sebagai simbol harmoni antara kemajuan teknologi, kelestarian lingkungan, dan kearifan budaya lokal.
Membentang megah di atas Sungai Progo, Jembatan Pandansimo menghubungkan Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul melalui ruas Congot–Ngremang serta Pandansimo–Samas. Dengan hadirnya jembatan ini, konektivitas Jalur Pantai Selatan (Pansela) di wilayah DIY yang membentang sekitar 110 kilometer kini semakin lengkap.
“Pengembangan jaringan jalan serta pembangunan jembatan yang menghubungkan kota, pulau, hingga daerah tertinggal di seluruh Indonesia kami lakukan untuk membuka akses bagi masuknya investasi, mendukung pengembangan kawasan industri, mendorong pertumbuhan sektor pariwisata, dan memperkuat konektivitas antar pusat-pusat ekonomi regional,” ujar Menteri PU Dody Hanggodo.
Pembangunan Jembatan Pandansimo merupakan proyek strategis nasional yang menghubungkan Desa Banaran di Kulon Progo dengan Desa Poncosari di Bantul. Pekerjaan konstruksi dimulai pada November 2023 dengan panjang penanganan mencapai 2.300 meter dan lebar rata-rata 24 meter. Proyek ini rampung pada Juni 2025 dengan nilai anggaran dari APBN sebesar Rp863,7 miliar.
Didesain dengan mempertimbangkan kondisi pesisir selatan yang dinamis dan rawan gempa, Jembatan Pandansimo menggunakan teknologi Lead Rubber Bearing (LRB) yang mampu menyerap energi gempa dan mengurangi deformasi struktur. Selain itu, material Corrugated Steel Plate (CSP) diterapkan karena sifatnya yang ringan namun kuat, membuat proses pemasangan lebih efisien.
Pada bagian oprit, digunakan sistem Mechanically Stabilized Earth Wall (MSE Wall) untuk memperkuat struktur jalan, serta mortar busa sebagai pengisi ringan yang membantu mengurangi beban dan getaran tanah.
Keistimewaan lain dari Jembatan Pandansimo terletak pada desain arsitekturnya yang memadukan estetika modern dengan sentuhan budaya lokal Yogyakarta. Bentuk dasar gunungan wayang dihadirkan pada gapura dan lampu jalan sebagai simbol perjalanan serta keseimbangan antara alam dan manusia. Motif sulur keris pada batang gunungan memperkaya detail visual, menggambarkan keteguhan dan keluwesan masyarakat Jawa.
Selain itu, corak batik nitik disematkan pada struktur baja modern jembatan, memberi sentuhan tradisi dalam karya infrastruktur masa kini. Perpaduan elemen budaya dan teknologi ini menjadikan Jembatan Pandansimo bukan sekadar sarana transportasi, tetapi juga karya arsitektur yang menghidupkan kembali semangat budaya pesisir selatan Yogyakarta.
Kehadiran jembatan ini diharapkan mampu memperlancar mobilitas antarwilayah serta menjadi penopang pertumbuhan ekonomi, pariwisata, dan distribusi hasil pertanian serta perikanan. Infrastruktur ini membuka akses ke 2.164 hektare lahan pertanian di Kecamatan Galur, dengan potensi produksi lebih dari 9.000 kuintal hasil pertanian dan 13 ton hasil perikanan setiap tahun.
Lebih dari itu, Jembatan Pandansimo juga diproyeksikan menjadi koridor wisata baru yang menghubungkan berbagai destinasi unggulan seperti Pantai Depok, Pantai Glagah, Hutan Mangrove, hingga Kali Biru. Dengan perpaduan teknologi tahan gempa, desain berestetika lokal, dan manfaat ekonomi yang luas, Jembatan Pandansimo berdiri sebagai contoh nyata infrastruktur yang menyatukan keberlanjutan, budaya, dan kehidupan masyarakat pesisir selatan Yogyakarta.







