Bisa dihitung jari jumlah jembatan akar di muka bumi. Ada di India, di Jepang, dua di Indonesia (Baduy dan Sumbar). Satu lagi didokumentasikan tahun 1880, terbuat dari tanaman Wisteria–salah satu tanaman rambat paling kokoh.
BUKAN dari besi atau kayu besi/ulin yang umum dikenal, melainkan terbuat dari akar. Akar rambat dua pokok kayu dari kedua sisi sungai dipertautkan begitu rupa. Makan proses panjang untuk jadi sebuah njembatan. Ituah konstruksi sarana perlintasan yang unik. Tampak kurang meyakinkan, tapi sebetulnya lentur, solid, dan tangguh.
Jembatan Batang Bayang berada di Desa Pulut-pulut, Kec IV Nagari Bayang Utara, Pesisir Selatan. Dari Painan, ibukota kabupaten ini, jaraknya 24 km. Atau 80 km dari Kota Padang, melewati Teluk Bayur. Jembatan Akar ini menghubungkan Desa Pulut-pulut dengan Desa Lubuk Silau, membentang sepanjang 25 meter dan lebar 1 meter di atas Batang (sungai) Bayang. Di bagian bawahnya ditambahkan p;ijakan kayu agar lebih nyaman melaluinya.
Dari penuturan tokoh masyarakat, Herman Datuak Rajo Bandaro, diketahui jembatan tersebut dibuat oleh ulama bernama Pakih Sokan. Pakih ini kasihan melihat murid-murid mengajinya dari Pulik-puluik sering tidak datang karena aliran Batang Bayang kerap meluap.
Pada tahun 1916 Pakih Pohan menanam dua batang Jawi-jawi (sejenis pohon beringin yang berdaun lebar) di dua lokasi. Satu di daerah Pulik-puluik, satu lagi di daerah Lubuak Silau. Kuedua lokasi itu dipisahkan oleh Batang Bayang. Lalu akarnya yang bergantungan dijalin di batang bambu yang dijadikan jembatan sebagai tulang jembatan akar. Setelah 3 tahun, akar dua pohon Jawi-jawi tersebut bertaut, tapi jembatan belum bisa dilalui.
Kemudian Pakih Pohan mengadakan acara mandabiah kambing (potong kambing) dan mandarai aka (memberikan darah pada akar yang bertaut tersebut). Ini semacam syukuran bahwa akar Jawi-jawi dari kedua lokasi yang dihubungkan itu sudah bertaut. Bahwa Jawi-jawi yang satu dan lainnya sudah bersenyawa dan menyatu.
Untuk menjadikan sebuah jembatan yang bisa dilalui membutuhkan waktu selama 20 tahun maka jembatan tersebut bisa ditempuh warga Puluik-puluik yang hendak mau ke Lubuak Silau. Sampai sekarang jembatan tersebut berukuran panjang 30 meter dan lebar 1 meter dengan ketinggian dari permukaan batang bayang sekitar 10 meter. Saat ini umur jembatan tersebut sudah seabad (kurang dua tahun) itu masih bisa dilalui. Memanfaatkan jasa infrastruktur inilah 25 KK warga dari daerah Pulik-puluik yang hendak ke daerah Lubuak Silau, dan sebaliknya.
Sebenarnya, sungai di bawah jembatannya sendiri cukup cantik.
Jembatan merupakan salah satu hasil rekayasa infrastruktur untuk mempermudah transportasi manusia. Jembatan-jembatan dibangun di lokasi di atas sungai, lembah, atau laut yang memisahkannya. Tetapi, jembatan yang menghubungkan sungai-sungai itu tidak hanya dibangun, tetapi hidup dan tumbuh. Dan masyarakat di sana dapat memanfaatkannya sampai sekarang.●(dd)