Jelang Ramadan Permintaan Kurma Tinggi, Mesir Pemasok Terbesar Capai 10,15 ribu ton

BPS: Tren Deflasi Sejak Mei 2024 berakhir di Oktober 2024
BPS: Mesir pemasok kurma terbesar ke Indonesia | dok.tangkapan layar/peluangnews.id

Peluang News, Jakarta – Permintaan kurma di Indonesia menjalang bulan Ramadan mengalami peningkatan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tren impor kurma dalam beberapa bulan terakhir ini sudah terlihat persiapannya.

Pada Januari 2025, impor kurma mencapai 16,43 ribu ton dengan nilai sebesar US $20,68 juta.

Menurut Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, Mesir menjadi negara pemasok terbesar dengan total impor mencapai 10,15 ribu ton atau sekitar 61,8% dari keseluruhan impor kurma Indonesia.

Arab Saudi menyumbang 1,88 ribu ton atau 11,42%, diikuti oleh Uni Emirat Arab dengan 1,76 ribu ton atau 10,71%.

“Tren impor kurma yang dalam beberapa bulan terakhir ini sudah mulai terlihat persiapannya menjelang periode Ramadan dan Lebaran,” kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (17/2/2025).

Perlu diketahui, BPS mencatat nilai impor Indonesia per Januari 2025 mencapai US $18 miliar atau turun 15,18% secara bulanan (month to month/mtm) persen dibandingkan dengan Desember 2024.

Adapun Impor migas senilai US $2,48 miliar, turun 24,69%. Penurunan nilai impor secara bulanan ini, kata Amalia, didorong oleh penurunan nilai impor non migas sebesar 11,34% dan juga penurunan nilai impor migas sebesar 3,84%.

“Secara tahunan, nilai impor Januari 2025 menurun 2,67%. dan nilai impor migas turun 7,99%. Sementara non migas turun sebesar 1,76%,” ujar Amalia.

Di sisi lain, secara bulanan nilai impor barang konsumsi turun sebesar 28,65%, bahan baku penolong ini menyumbang setidaknya 72,43% dari total impor Januari 2025.

Sedangkan secara tahunan, nilai impor barang konsumsi turun 7,16%. Bahan baku penolong turun 3,15%. Sementara barang modal naik impornya sebesar 1,74%.

“Impor menurut penggunaan ada Januari 2025, seluruh jenis penggunaan barang impor mengalami penurunan secara bulanan. Secara tahunan, terjadi penurunan pada impor barang konsumsi dan bahan baku penolong, namun impor barang modal masih meningkat,” ucap Amalia, menambahkan. []

Exit mobile version