INDUSTRI bioskop menjadi salah satu sektor yang paling terdampak dari adanya Covid-19. Secara global, industri ini diperkirakan mengalami kerugian mencapai U$32 miliar atau sekitar Rp451,44 triliun pada tahun 2020, dengan pendapatan menurun hingga 71 persen. Salah satu perusahaan distribusi bioskop dunia adalah American Multi Cinema (AMC). Seandainya saham yang direncanakan dijual tidak bisa memenuhi kebutuhan, tahun 2021 ini bisa jadi tahun terakhir AMC.
Salah satu jaringan bioskop terbesar di AS, AMC Entertainment, melaporkan kerugian sebesar US$2,2 miliar/sekitar Rp30,9 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Hal itu terjadi karena penutupan bioskop secara global yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Dalam sebuah pernyataan, AMC Entertainment mengatakan bahwa pihaknya fokus pada likuiditas karena akan dibuka kembali pada Juli depan.
Pekan lalu, AMC Entertainment menyatakan bahwa pihaknya mengkhawatiran ancaman kebangkrutan itu. Adanya keraguan substansial tentang kemampuannya untuk bangkit kembali menjadi hal yang sangat diperhatikan secara berkelanjutan. “Ini benar-benar masa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kami telah mengambil berbagai langkah yang diperlukan untuk memastikan masa depan AMC menghadapi masa-masa bergejolak yang serba tidak pasti ini,” ujar CEO Adam Aron.
Meski demikian, dengan sejumlah analisis soal keuangan yang telah dilakukan, Aron membantah bahwa AMC Entertainment akan dipaksa untuk bersaing walau sedang krisis keuangan. “Pada akhirnya, AMC akan berhasil dan makmur,” katanya. Pada kuartal tahun sebelumnya, AMC hanya mengalami kerugian sebesar US$130 juta atau Rp1,8 triliun. Mewakili analis dan investor, Aron mencatat bahwa bisnis bioskop telah dilanda tsunami kesehatan masyarakat dan bencana ekonomi.●