Jatuh Bangun Kopdit Tertua di Sikka Berdayakan Ekonomi Anggota

Sempat berhenti beroperasi karena tingginya angka kredit macet, tidak menghalangi niat pendiri Kopdit Sube Huter dalam berkoperasi untuk melepaskan masyarakat dari jeratan kemiskinan. Kini, kgigihan itu berbuah manis dengan semakin berkembangnya usaha.

Kemiskinan ekstrem merupakan fenomena umum yang mudah dijumpai di era 70an, termasuk di Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka NTT. Sebagian besar masyarakat hidup susah. Jangankan menyisihkan sebagian penghasilan untuk menabung, untuk makan saja sulit. Bahkan ketika sakit beberapa warga kesulitan berobat hingga harus meregang nyawa.

Melihat kondisi tersebut, nurani orang tua Anastasia Onsi General Manajer Kopdit Sube Huter, terusik. Ia lantas berdiskusi dengan beberapa orang yang tergabung dalam Sako Seng (kelompok tani dalam bahasa Maumere) untuk mengatasi kondisi tersebut. Setelah beberapa kali pertemuan, akhirnya disepakati untuk membentuk Kopdit Sube Huter pada 20 Februari 1970.

Pada saat awal berdiri masyarakat menyambut antusias kehadiran koperasi pertama di Sikka tersebut. Selama 10 tahun berjalan, Kopdit Sube Huter berhasil merekrut 250 orang dari kalangan petani, guru, pegawai hingga PNS untuk berkoperasi. Secercah harapan sempat timbul untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan.

Sayangnya, harapan itu sirna karena minimnya kesadaran anggota berkoperasi. Mereka senang meminjam namun abai dalam mengangsur. Akibatnya koperasi terbelit kredit macet sehingga terpaksa ditutup.

“Kesadaran berkoperasi yang minim, membuat anggota Kopdit Sube Huter cenderung memanfaatkan pinjaman untuk kebutuhan, selanjutnya tidak mengangsur. Akhirnya koperasi ini mati selama beberapa tahun, ” jelas Anastasia.

Setelah 10 tahun berhenti beroperasi, Anastasia bersama orang tuanya kembali menghidupkan koperasi  tersebut pada 15 Januari 1989 dengan 16 anggota dan modal awal sebesar Rp52 ribu. Untuk menambah jumlah anggota, ia menggunakan arisan. Cara ini cukup efektif karena dalam waktu satu tahun jumlah anggota bertambah menjadi sebanyak 35 orang.

Untuk lebih mengembangkan usaha koperasi, Anastasia kemudian sowan kepada Romanus Woga, tokoh koperasi NTT.  Atas petunjuk beliau, Anastasia kemudian dikirim ke Waigete untuk belajar cara menghimpun dan menyalurkan dana melalui kelompok. Setelah selesai “berguru”, ia kemudian langsung mempraktikan ilmunya tersebut dengan membentuk kelompok di berbagai wilayah.

Tiada hasil yang mengkhianati usaha. Perjuangan Anastasia dan orang tuanya dalam membesarkan Kopdit Sube Huter berbuah manis. Kini usahanya semakin berkembang dan mendapatkan dukungan luas yang ditunjukan dari semakin banyaknya masyarakat yang menjadi anggota koperasi. Ini menunjukan tingkat kepercayaan yang semakin baik terhadap pengelolaan usaha Sube Huter.

Per 31 Desember 2023, jumlah anggota sebanyak 7.202 yang tersebar di Kabupaten Sikka, Ende dan Nagekeo. Jumlah anggota itu meningkat dibanding 2022 sebanyak 6.653 orang. Anggota Kopdit Sube Huter memiliki latar belakang dan profesi yang beragam seperti petani, pedagang, dan aparatur sipil negara (ASN).

Exit mobile version