hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Januari-April, Cathay Pacific Tekor HK$4,5 Miliar

MENINDAKLANJUTI pernyataan Juni lalu, pemerintah Hong Kong kucurkan paket dana talangan HK$40 miliar/Rp72,3 triliun (asumsi kurs Rp1.811/HK$) kepada Cathay Pacific Airways. Dengan dana pinjaman jangka pendek (bridging loan) itu, pemerintah berhak atas  dua kursi komisaris di dewan pengawas. Kesepakatan bailout terebut jadi bagian dari restrukturisasi modal guna menyelamatkan Cathay menghadapi pandemi Covid-19.

Pemerintah Hong Kong membeli saham preferen (saham dengan hak suara terbatas) senilai HK$19,5 miliar sehingga akan memberikan 6% saham perusahaan, dan mendapatkan waran (pemanis saat membeli saham) senilai HK$1,95 miliar yang bisa dieksekusi di kemudian hari. Bantuan ini merupakan pinjaman jangka pendek (bridging loan). Kesepakatan tersebut juga termasuk penerbitan saham baru atau rights issue senilai HK $11,7 miliar.

Dana ini akan diserap oleh pemegang saham lama yang dipimpin oleh Swire Pacific Ltd dan Air China Ltd. Swire memegang 45% saham, Air Cina 30% dan Qatar Airways direncanakan menyerap 10% saham baru untuk berpartisipasi dalam rights issue tersebut. Maka, kepemilikan mereka akan terdilusi menjadi 42%, 28% dan 9,4%.

Cathay telah mendaratkan (grounded) sebagian besar pesawat akibat turunnya permintaan dan aturan pembatasan perjalanan terkait. Sejauh ini, Cathay hanya menerbangkan pesawat kargo, dan penumpang ke tujuan utama Beijing, Los Angeles, Singapura, Sydney, Tokyo, dan Vancouver.

Cathay membukukan kerugian yang tidak diaudit sebesar HK$4,5 miliar dari bisnis maskapai full-service Cathay dan Dragon selama periode Januari-April. Maret lalu, Cathay juga menjual enam jet Boeing 777-300ER dan peralatan terkait senilai US$703,8 juta kepada BOCAviation Ltd.●

pasang iklan di sini