octa vaganza
Solusi  

Jalan Berliku Ari Bara Menuju Supplier Buah

Pernah menjadi store manager. Keadaan ekonomi sulit membuatnya dirumahkan. Berdiri sendiri nyatanya tak gampang. Seorang teman datang membantu, tapi juga mengkhianati saat omzet usaha mereka membaik.

PUTARAN roda nasib memang ajaib dan gaib. Tak ada yang tahu, kapan kita terlambung ke atas dan kapan terhenyak ke bawah. Lelaki ini pernah bekerja dengan penampilan necis. Seragam kemeja, sepatu mengilap. Sempat merasakan posisi tinggi dengan gaji memuaskan. Tapi, angin bisnis berubah arah. “Perusahaan mulai tidak kondusif. Keuangan perusahaan menurun. Saya dirumahkan,” ujar Ari Bara.

Bulan keempat atau kelima nganggur, dia memutuskan berhenti. “Saya lihat memang sudah susah. Tapi saya harus terus bergerak,” katanya. Untuk menyambung hidup, Ari menjual apa saja yang bisa dijadikan uang. Berbekal tabungan, ia yang kala itu tinggal di Depok coba membuka usaha. Pada dasarnya, jiwanya memang seorang pengusaha. Dari kecil ia sudah berjualan. “Sembari saya melamar ke mana-mana, tapi belum ada juga panggilan kerja,” tuturnya.

Sebagai langkah awal, ia jadi reseller jam tangan murah. Diambil dari agen lalu dijual di sebuah pusat perbelanjaan di Depok. Ari lanjut dengan membuka salon mobil. “Kerja sama dengan seorang rekan. Saya ikut kerja semata-mata demi pemasukan. Jadi, tak soal berapa pun dibayarnya. Niat saya memang ingin belajar salon mobil. Mulai dari memoles hingga cuci mobil saya pelajari,” katanya.

Dari segi pendapatan, jelaslah jauh lebih kecil dibanding ia terakhir bekerja. Bara tidak malu turun kelas dari manajer jadi “kacung”. Dibayar hanya seadanya saja. Ia sempat berpikir untuk bekerja di Korea Selatan. Soalnya, ia melihat temannya sukses bekerja di sana. Berjalan satu tahunan, pada 2017, ia pindah ke Balikpapan. Ia hijrah dengan bekal ala kadar. “Modal nekat, saya menikah”.

Di Balikpapan, ia sempat diajak mertuanya bekerja di tambang batu bara. “Di Balikpapan saya memutuskan kembali bekerja. Namun, tidak bertahan sampai satu tahun saya keluar. Saya merasa memang minat di dunia usaha,” ujarnya. Tapi membuka usaha tidak selalu mulus. Ia membuka usaha bakso, pindah ke konter handphone, tetapi garis tangannya tidak di situ, modalnya amblas.

Titik baliknya, ia bertemu teman rantaunya dari Jawa. “Teman saya ini sudah dahulu usaha supplier buah dan sayur. Sudah besar tapi bangkrut. Ia ajak saya untuk memulainya lagi,” tuturnya. Usahanya ini mulai berjalan dengan baik. Karena pengalaman supplier temannya ini, ia bisa memperoleh income yang memadai. Perlahan mulai pulih, mendekati saat menjadi store manager di masa lalu.

Berjalan setahun, dia diajak membuka cabang di Manado. “Dari sini saya merasa dimanfaatkan. Ternyata benar, saya ditipu. Singkat cerita saya pecah kongsi. Tak tanggung-tanggung, dia langsung membuka toko buah dan sayur tepat di depan tempat saya. Sempat jatuh lagi saya karena jelas saya kalah. Dia yang memegang konsumen saya. Alhamdulillah, Allah masih membukakan rezeki. Hanya beberapa waktu, usaha teman saya ini bangkrut. Akhirnya, konsumen yang ada semuanya kembali ke saya,” ujarnya. Pria kelahiran 1989 ini akhirnya bisa sukses hingga kini. Tiga tahun, usahanya menjadi supplier buah dan sayur kini mengubah hidupnya. “Saya bisa menafkahi istri dan anak saya. Beli BBM pun tidak mikir lagi. Kata kuncinya, selalu bersyukur walau di posisi apa pun. Allah sudah mengatur rezeki setiap umatnya. Tinggal ikhtiar kita saja. Kena pengurangan kerja jangan lantas memutuskan harapan. Siapa sangka rezeki yang lebih diberikan,” ujarnya.●

Exit mobile version