
Peluang News, Jakarta – General Manager Koperasi Simpan Pinjam atau KSP Kopdit Obor Mas, L. Frediyanto M. Lering menggambarkan sejumlah peran koperasi yang salah satunya yaitu menjadi penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Indonesia.
Namun, ia mengatajan bahwa selama ini ada kekeliruan dari rekan-rekan Gerakan Koperasi Kredit Indonesia (GKKPI) tentang KUR.
Hal ini ia sampaikan saat menjadi panelis diskusi tentang Posisi Gerakan Koperasi Kredit Indonesia (GKKI) dalam Industri Jasa Keuangan (IJK) dalam Rapat Anggota Tahunan Nasional (Ratnas) Induk Koperasi Kredit Indonesia (Inkopdit) yang digelar di Qubu Resort Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar).
“Ada kesalahpahaman yang terjadi yang di mana para pelaku koperasi kredit menilai bahwa menjadi penyalur KUR itu dapat melemahkan nilai swadaya yang merupakan salah satu pilar penting dalam koperasi kredit,” ujar Frediyanto, Rabu (12/6/2024).
“Jadi, pada kesempatan ini saya ingin memberikan sharing terkait penyaluran KUR karena kebetulan koperasi kami ini dipercaya pemerintah menjadi penyalur KUR,” imbuhnya.
Ia menjelaskan, seluruh modal yang pihaknya salurkan tersebut bukan merupakan modal dari pemerintah, melainkan dari para anggota.
Yanto mengungkapkan, hingga saat ini Kopdit Obor Mas telah mendapatkan subsidi bunga KUR sebesar 700-an juta setiap bulannya.
“Selama ini teman-teman berpikir bahwa kami menjadi penyalur KUR karena kami dapat modal dari pemerintah itu salah, karena modal yang kami salurkan kepada anggota dalam bentuk pinjaman KUR itu adalah modal kami sendiri, sedangkan pemerintah hanya membantu dalam bentuk subsidi bunga,” jelas Yanto.
“Apalagi, Kopdit Obor Mas telah dipercaya oleh pemerintah menjadi penyalur KUR sejak 2017 dengan memperoleh kinerja kredit yang sangat bagus yakni tidak ada kredit macet atau NPL 0 persen,” sambungnya.

Oleh karena itu ia mengajak agar rekan-rekan gerakan koperasi kredit Indonesia dapat berjuang menjadi penyalur KUR di tanah air.
Hal ini dikarenakan, menurutnya karena dapat sangat membantu para anggota untuk memperoleh modal usaha dengan suku bunga yang murah.
“KUR saat ini ada tiga kelas yakni KUR super mikro dengan maksimal plafon sebesar sepuluh juta rupiah, KUR mikro dengan plafon pinjaman di atas sepuluh juta hingga seratus juta rupiah dan KUR kecil di atas seratus juta rupiah hingga lima ratus juta rupiah,” kata Yanto.
“Untuk KUR super mikro itu bunga hanya 3% per tahun atau 0,25% efektif (menurun – red), sedangkan KUR mikro dan kecil dengan suku bunga 6% per tahun atau 0,5% efektif. Dengan demikian bukankah akan sangat membantu anggota kita?” lanjutnya.
Oleh karena itu, ia menerangkan, untuk KUR super mikro anggota hanya membayar bunga 3% per tahun sedangkan pemerintah memberikan subsidi 15% per tahun sehingga secara tidak langsung pinjaman tersebut suku bunganya sebesar 18% per tahun.
“Dengan demikian, maka akan sangat menguntungkan anggota karena bunga yang ia bayar sangat murah dan juga menguntungkan koperasi karena mendapat tambahan bunga berupa subsidi bunga dari pemerintah,” ucapnya.
Apabila gerakan koperasi kredit Indonesia tidak masuk menjadi penyalur KUR, lanjut Yanto, maka akan kalah bersaing dengan lembaga keuangan lain yang memberikan kredit dengan suku bunga murah dan akan berdampak pada idle money karena koperasi tidak mampu menjual uang yang ada.
Sebagai informasi, kegiatan rapat anggota tahunan nasional Induk Koperasi Kredit Indonesia digelar mulai hari ini, Rabu (12/6/2024) hingga Sabtu (15/6/2024).
Adapun rapat anggota tahunan tersebut terdiri dari sejumlah rangkaian kegiatan, yang di antaranga yaitu kegiatan Open Forum, Lokakarya, kunjungan ke Kopdit Pancur Kasih dan beberapa tempat wisata, dan Rapat Anggota Tahunan Nasional Inkopdit serta rapat anggota khusus untuk pemilihan pengurus dan pengawas Inkopdit.