Peluang News, Jakarta — Founder Rumah Perubahan Rhenald Kasali mengingatkan dampak merger antara Grab dengan GoTo terhadap risiko meningkatnya angka pengangguran di Indonesia.
“Apa yang akan terjadi? Ini [Isu rencana akuisisi GoTo oleh Grab] ini muncul ketika Kita sedang ramai membicarakan trend PHK dimana-mana,” ujarnya melalui akun Instagramnya yang dirilis pada Senin (12/5).
Menurut dia, sebelum ini, biasanya pilihan masyarakat yang terkena PHK kalau dulu ke sektor pertanian, kalau sekarang menjadi driver ojol atau UMKM.
Rhenald menyebutkan saat ini GoTo telah memiliki pelanggan yang sangat besar, mungkin diatas 200 juta orang, driver yang terdaftar ada 3,1 juta orang dan pelaku usaha UMKM ada 20,1 juta orang.
Kalau terjadi merger, akan terjadi konsolidasi, persaingan akan berkurang. Tarif akan naik dan sektor ini akan dikendalikan satu Perusahaan yang menguasai lebih dari 90% pasar, lanjutnya. Konsolidasi bisnis dikhawatirkan akan tak terhindarkan jika terjadi merger. “Apakah kita bisa menciptakan lapangan pekerjaan sebesar itu?”
Dia juga mengkhawatirkan persoalan national interest jika merger kedua raksasa aplikasi online ini benar-benar terjadi, termasuk dampaknya terhadap sektor UMKM.
Kantor Berita Reuters belum lama ini mengungkapkan perusahaan transportasi daring dan pengiriman makanan yang terdaftar di AS, Grab (GRAB.O), dikhabarkan tengah berupaya mencapai kesepakatan untuk mengambil alih saham GoTo (GOTO.JK).
Grab yang berkantor pusat di Singapura disebut-sebut telah menyewa penasihat untuk mengerjakan kesepakatan yang diusulkan. Kesepakatan tersebut tunduk pada ketentuan seperti pembiayaan, yang sedang didiskusikan Grab dengan bank, salah satu sumber menambahkan.
Namun, dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) memberikan klarifikasi terhadap kabar yang beredar di media terkait rencana akuisisi Grab atas GoTo.
Manajemen GoTo menyatakan bahwa Perseroan kerap menerima penawaran dari berbagai pihak. Namun, manajemen Perusahaan itu menegaskan bahwa belum ada keputusan apapun terkait penawaran yang diterima.
“Adalah kewajiban direksi untuk menjajaki secara menyeluruh dan mengevaluasi dengan cermat serta penuh kehati-hatian berbagai penawaran tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan nilai jangka panjang bagi seluruh pemegang saham perseroan, dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagi mitra pengemudi, mitra UMKM, pelanggan, karyawan dan seluruh pemangku kepentingan kunci,” kata manajemen GOTO, Kamis (8/5).
Kinerja GoTo sendiri dilaporkan terus mengalami pertumbuhan. Berdasarkan siaran pers yang dirilis Perusahaan itu, per triwulan I/2025 GoTo berhasil menggenjot GTV inti Grup (nilai transaksi bruto) dengan pertumbuhan sebesar 54% YoY menjadi Rp83,2 triliun
Pendapatan bersih perusahaan itu juga meningkat 37% YoY menjadi Rp4,2 triliun, sementara EBITDA Grup yang disesuaikan tetap kuat di Rp393 miliar dibandingkan Ku.artal I 2024 yang mencatatkan rugi
Bisnis Financial Technology emiten itu mencatatkan rekor EBITDA yang disesuaikan sebesar Rp47 miliar, dan pertumbuhan pendapatan bersih mencapai 90% YoY seiring dengan berkembangnya portofolio pinjaman
EBITDA yang disesuaikan On-Demand Services mencetak rekor Rp314 miliar. Capaian ini disebutkan sejalan dengan upaya unit bisnis yang fokus pada efisiensi dan eksekusi strategi yang berorientasi pada profitabilitas