
PeluangNews, Jakarta – Gencatan senjata antara Iran dan Israel memberikan dampak positif yang signifikan terhadap bursa saham Wall Street. Setelah pengumuman gencatan senjata, indeks saham utama AS melonjak dengan tajam: Dow Jones Industrial Average naik 507,24 poin (1,19%), S&P 500 naik 67,01 poin (1,11%), dan Nasdaq Composite naik 281,56 poin (1,43%).
Kenaikan ini didorong oleh meredanya kekhawatiran investor terhadap eskalasi konflik geopolitik yang selama ini membebani pasar. Sektor teknologi dan keuangan memimpin penguatan, sementara sektor energi justru turun karena harga minyak menurun drastis setelah risiko gangguan pasokan mereda.
Selain itu, nada dovish dari beberapa anggota FOMC yang menyatakan kemungkinan pemangkasan suku bunga lebih cepat juga memperkuat sentimen positif pasar, sehingga gencatan senjata ini berkontribusi pada reli luas di berbagai sektor saham.
Meski gencatan senjata Israel-Iran ini masih rapuh dan sempat ada pelanggaran, pasar menilai bahwa risiko eskalasi besar telah berkurang, sehingga investor kembali optimistis dan meningkatkan alokasi ke aset berisiko seperti saham.
Secara keseluruhan, Gencatan senjata Israel-Iran secara langsung mendorong kenaikan signifikan di Wall Street dengan reli saham yang luas, penurunan harga minyak, dan peningkatan optimisme investor terhadap stabilitas geopolitik dan prospek ekonomi AS dalam jangka pendek. Namun demikian, bursa saham Wall Street masih rapuh dari kenaikannya.
Gencatan senjata antara Israel dan Iran langsung disambut positif oleh bursa saham regional Asia. Berikut rangkuman dampaknya:
Bursa Asia Menguat: Mayoritas indeks saham Asia mencatat kenaikan setelah kabar gencatan senjata diumumkan. Indeks Nikkei Jepang naik 0,3%, ASX 200 Australia bertambah 0,1%, Hang Seng Hong Kong menguat 0,8%, dan indeks saham Taiwan melonjak 0,9%. Indeks saham unggulan di Tiongkok daratan juga naik 0,5%.
Optimisme Investor Meningkat: Sentimen pasar membaik karena investor menilai gencatan senjata ini sebagai sinyal positif untuk meredakan ketegangan geopolitik, sehingga mereka kembali berani masuk ke aset-aset berisiko seperti saham. Kekhawatiran akan guncangan pasokan energi global juga mereda, mendorong penguatan pasar.
Harga Minyak dan Dolar AS Melemah: Harga minyak mentah yang sebelumnya naik akibat konflik, mulai turun tajam setelah gencatan senjata. Dolar AS juga melemah terhadap mata uang utama Asia, menambah sentimen positif di kawasan.
IHSG dan Bursa Asia Tenggara Menguat: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia naik 1,21% usai kabar gencatan senjata, dengan mayoritas saham di zona hijau dan nilai tukar rupiah turut menguat.
Pasar Tetap Waspada: Meski pasar menguat, sebagian pelaku pasar tetap berhati-hati karena gencatan senjata dinilai masih rapuh dan potensi eskalasi ulang tetap ada. Namun, untuk jangka pendek, risiko konflik meluas dianggap menurun.
PERFORMA POSITIF WALL STREET TERBATASI OLEH JATUH TEMPO TARIF IMPORT BULAN JULI
Karena Naiknya tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintah AS, khususnya di masa kepresidenan Donald Trump, berdampak negatif cukup besar terhadap bursa saham Wall Street. Hal itu bersamaan dengan akan jatuh temponya penerapan tarif secara menyeluruh terhadap tarif trump, setelah mengalami penundaan selama Sembilan puluh hari.
- Tekanan Penurunan Saham: Penerapan tarif impor yang tinggi memicu kekhawatiran investor akan perlambatan pertumbuhan ekonomi AS dan potensi resesi. Hal ini menyebabkan indeks saham utama Wall Street seperti Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq sering mengalami penurunan tajam hingga ribuan poin dalam beberapa periode ketegangan tarif.
- Volatilitas Pasar Meningkat: Kebijakan tarif impor menimbulkan ketidakpastian besar di pasar saham, sehingga volatilitas meningkat tajam. Investor menjadi lebih berhati-hati dan cenderung menjual aset berisiko, yang membuat pasar saham bergejolak.
- Kerugian Kapitalisasi Pasar Besar: Dalam waktu singkat, perang tarif ini menyebabkan hilangnya nilai pasar saham Wall Street hingga sekitar US$5 triliun (setara Rp 80 ribu triliun), karena investor khawatir dampak negatif perang dagang terhadap ekonomi global.
- Dampak pada Sektor dan Emiten Tertentu: Sektor teknologi, manufaktur, dan ekspor sangat terpengaruh karena kenaikan tarif meningkatkan biaya produksi dan mengganggu rantai pasok global. Contohnya, saham Apple dan perusahaan ekspor lainnya sempat tertekan akibat ancaman tarif tinggi.
- Respons Positif Saat Relaksasi Tarif: Sebaliknya, ketika ada penundaan atau relaksasi tarif, Wall Street biasanya menguat signifikan karena sentimen investor membaik. Contohnya, pengumuman jeda 90 hari atas tarif impor baru membuat indeks saham utama melonjak tajam.
- Dampak Jangka Panjang: Tarif impor yang tinggi cenderung menekan pertumbuhan ekonomi AS sekitar 1-1,5 persen poin, menaikkan inflasi, dan menurunkan konsumsi, yang pada akhirnya membebani pasar saham untuk jangka menengah. Namun jangka Panjang kami meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan pulih dan bertumbuh pada performa terbaiknya.
Kesimpulan:
Naiknya tarif impor di AS menyebabkan tekanan besar pada bursa saham Wall Street melalui peningkatan volatilitas, penurunan indeks saham, dan kerugian kapitalisasi pasar yang sangat besar. Namun, pasar juga menunjukkan respons positif saat ada tanda-tanda pemulihan ekonomi dan meningkatkan optimisme investor. Secara keseluruhan, kebijakan tarif impor menjadi faktor risiko utama yang membebani sentimen pasar saham AS sepanjang 2025.
PT.Octa Investama Berjangka (OIB) menyediakan pelatihan tanpa dikenakan biaya, disamping itu Anda akan mendapatkan AKUN DEMO yang dapat digunakan untuk latihan bertransaksi di pasar bursa berjangka secara live. OIB merupakan perusahaan yang resmi terdaftar di Badan Pengawas perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). (Adv)