BOGOR—Profesor Munif Ghulamahdi, inovator dari IPB University menyampaikan pihaknya berhasil menemukan teknologi budi daya jenuh air (BJA) kedelai yang cocok ditanam di lahan pasang surut.
“BJA adalah sistem penanaman kedelai dengan memberikan irigasi secara terus menerus dan membuat muka air tetap. Hal ini menyebabkan lapisan di bawah perakaran mengalami jenuh air,” ujar Munif seperti dikutip dari laman IPB, Kamis (24/2/22).
Dosen IPB University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura ini telah membuktikan bahwa teknologi BJA dapat meminimalisir sifat negatif dari lahan pasang surut. Dengan demikian, teknologi BJA layak dikembangkan untuk perluasan areal tanam kedelai.
Dalam mendukung teknologi BJA, diperlukan adanya tata kelola kawasan produksi BJA serta menjamin tersedianya benih unggul dan sarana produksi lainnya.
Benih kedelai unggul yang digunakan potensi produktivitasnya dapat mencapai 4,63 ton per hektar di penelitian.
Kegiatan BJA selanjutnya diterapkan pada lahan petani pada areal 500 ha di tipe luapan C pada lahan pasang surut dan diperoleh 2.6 ton per hektar. Sedangkan produktivitas nasional hanya 1,5 ton per hektar. Teknologi ini telah terapkan di Jambi, Palembang dan Lampung.
Pada tahun 2021, produksi kedelai nasional di lahan non pasang surut sekitar 200 ribu ton dengan konsumsi nasional sebesar 2.6 juta ton. Kekurangan sebesar 2.4 juta ton dapat dipenuhi dengan menggarap lahan pasang surut pada areal tanam 1juta hektar. Sementara, luas lahan pasang surut di Indonesia adalah sebesar 20 juta hektar.
“Jadi jika 5 persen saja dari lahan pasang surut tersebut dimanfaatkan untuk budi daya kedelai, diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan nasional. Jika kebutuhan benih sekitar 50 kg per hektar perlu penyediaan benih sebesar 50 000 ton” terang Munif.
Jika pemerintah mau serius untuk memanfaatkan teknologi temuan anak bangsa ini, niscaya swasembada kedelai bisa diwujudkan.
Untuk itu perlu langkah-langkah konkrit untuk mengimplementasikan berbagai teknologi temuan para akademisi dan peneliti, salah satunya teknologi BJA ini untuk membebaskan Indonesia dari problem kelangkaan kedelai yang terus berulang.