Arnold S. Goldstein
AKUNTAN-akuntan senantiasa menasihatinya, para profesor mengajarkannya di kampus-kampus, bankir-bankir menyukai keabsahan logika/mitos ini. Pada sisi lain, mereka yang mudah ditipu menelannya dengan begitu saja, bulat-bulat. Betapa tidak masuk akalnya!
Bob Kuzara mengetahui persis bagaimana cara meruntuhkan kebohongan macam ini. Bob memulai North Pine Furniture-nya yang berhasil itu dengan pinjaman dana US$80.000. Dan sekarang mempunyai penjualan kotor tahunan sebesar US$2 juta, seraya mendistribusikan kursi-kursi, meja-meja dan rak rak buku dari kayu pinus melalui took-toko perabotan rumah tangga setempat dan ruang pamernya sendiri yang penuh perkakas. Begitulah, sebagai seorang pengusaha modal dengkul yang luar biasa, Bob sering kali bergabung dengan saya untuk memberi ceramah pada kelompok-kelompok usahawan pemula, para perintis yang bergairah.
Belum lama ini, seorang wanita muda dengan penuh perhatian menyimak dengan pewnuh perhatian ceramah Bob pada sebuah seminar khusus para pemula. Pada sesi tanya jawab, ia berdiri tegak dan berkata dengan sangat percaya diri, “Apabila saya tidak melakukan investasi sejumlah besar uang tunai saya sendiri, usaha saya akan hancur karena terlampau banyak utang sebelum perusahaan itu mempunyai peluang untuk tinggal landas. Tiba-tiba saja anda bicara dengan gagah. Betapa beraninya anda menyarankan agar saya melakukannya dengan modal dengkul?!”
Bob mempunyai jawaban yang memang telah ia siapkan untuk pertanyaan setajam itu. “Pertama-tama, apakah usaha anda akan berhasil atau tidak, sedikit saja kaitannya dengan investasi anda sendiri. Rahasianya adalah mengatur uang itu agar utang tersebut cocok dengan kemampuan membayar perusahaan tadi. Anda dapat dengan aman memulai usaha apa saja dengan uang pinjaman US$100 setelah anda mengetahui bagaimana merencanakan uang itu. Saya setuju. Tidak ada perusahaan yang disebut kekurangan modal. Yang ada adalah perusahaan yang buruk (dari sisi) perencanannya.”
Bob melewatkan salah satu alasan paling penting mengapa suatu investasi yang tidak sehat tidak dengan sendirinya membentuk suatu usaha yang sehat. Sesungguhnya, hal itu lazimnya malah menciptakan suatu usaha yang sakit-sakitan. Para pemilik menaruh lebih banyak uang ke dalam suatu perusahaan daripada yang dibutuhkan. Uang itu membuat mereka manja. Mereka tidak mulai dengan “ramping dan sederhana”, dan awal tersebut menimbulkan jeniks-jenis pengeluaran yang bodoh.
Saya terkenang akan seorang lulusan MIT yang masih muda belia. Ia memulai sebuah perusahaan perakitan elektronik dengan investasi besar-besaran dari ayahnya yang kaya sebesar US$150.000. Lalu anda pikir dengan begitu lahir sebuah perusahaan yang sehat? Sama sekali tidak. Enam bulan kemudian, the Bankrupcy Trustee (semacam badan lelang negara) melelang perabotannya yang megah dan bergaya, sebuah mobil Mercedes seharga US$38.000, dan sebuah komputer seharga US$20.000 yang sama sekali tak pernah diperlukan.
Sebuah awal yang sehat kiranya adalah apabila sang ayah memberi putranya US$5.000 saja (bukan US$150.000) untuk menyewa sebuah garasi dan ia duduk di belakang meja kotak jeruknya sendiri. Apabila perusahaan itu ditakdirkan berhasil, perusahaan itu akan berhasil berkembang dari dasarnya, bukannya rusak dari atas. Dan cara satu-satunya untuk membangun dari dasar adalah menutup buku cek anda agar anda harus mengais uang-uang receh. Dan manakala utang anda sampai ke kepala, anda dipaksa keadaan untuk harus berhemat. Ini cara yang sungguh menyehatkan.●